Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Setiap Hari, 50 Kematian di Indonesia Diakibatkan Kanker Serviks

Dinda Shabrina
02/11/2022 21:50
Setiap Hari, 50 Kematian di Indonesia Diakibatkan Kanker Serviks
Petugas kesehatan memberikan sosialisasi dan deteksi dini bahaya kanker serviks.(Antara)

BERDASARKAN Data Observasi Kanker Dunia pada 2020, Indonesia memiliki 36.633 kasus baru dan 21.003 kasus kematian akibat kanker serviks. Angka ini menunjukkan terdapat 88 kasus baru dan lebih dari 50 kematian akibat kanker serviks setiap hari.

Fakta ini menjadikan kanker serviks sebagai kanker dengan insiden dan kematian tertinggi kedua setelah kanker payudara di Indonesia. Diperlukan edukasi kanker serviks bagi masyarakat, khususnya perempuan, untuk meningkatkan kesadaran terhadap upaya pencegahan dan pemeriksaan kanker serviks sedini mungkin.

Dokter spesialis kandungan dan ginekologi Cindy Rani menjelaskan awalnya kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala. Sehingga, sering kali baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut. 

Baca juga: 70% Pasien Kanker Payudara Terdeteksi di Stadium Akhir

Namun, terdapat gejala umum dari kanker serviks yang harus diwaspadai. Seperti, pendarahan vagina yang tidak normal, keputihan yang tidak biasa, frekuensi buang air kecil meningkat, mudah lelah, nyeri saat berhubungan intim, hingga bercak darah di urine.

“Sayangnya, perempuan masih sering takut untuk melakukan kontrol, karena stigma dan mitos yang banyak beredar. Misalnya, takut dicap gemar gonta ganti pasangan," jelas Cindy.

"Selain itu, riwayat keturunan, pola hidup tidak sehat, penggunaan pil KB, hingga belum adanya proteksi dari vaksinasi HPV, juga menjadi faktor utama penyebab kanker serviks,” imbuhnya.

Baca juga: Jumlah Kasus Kanker di Negara Berkembang Meningkat karena Deteksi Dini tidak Optimal

Menanggapi mitos terkait vaksinasi HPV yang akan menimbulkan efek samping dan kesuburan, dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog Dirga Sakti Rambe menjelaskan bahwa sebelum memahami konsep vaksinasi sebagai upaya pencegahan infeksi sebuah penyakit, masyarakat harus memahami alasan di balik vaksinasi.

"Orang yang tidak divaksinasi harus sakit atau terinfeksi dahulu, baru memiliki antibodi. Tentu ini bukan hal yang diinginkan. Sebaliknya, orang yang sudah divaksinasi lengkap, akan memiliki kekebalan optimal, sehingga terhindar dari penyakit, termasuk kanker serviks," terang Dirga.

Saat ini, lanjut dia, vaksin HPV sudah tersedia di banyak rumah sakit dan klinik, baik jenis bivalen maupun quadrivalent. "Saya sangat menganjurkan masyarakat untuk proaktif berdiskusi dengan tenaga medis. Untuk memastikan perlindungan maksimal dari vaksin yang didapat,” sambungnya.(OL-11)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya