Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
BAYI yang baru lahir memiliki tekstur kulit yang sangat berbeda dengan anak-anak atau orang dewasa. Perawatan terhadap kulit bayi perlu dilakukan secara menyeluruh, mulai dari asupan nutrisi hingga kegiatan mandi.
Dokter anak dr. Andreas, Sp.A. menjelaskan bahwa bayi memerlukan suhu yang tepat untuk mandi. "Memandikan bayi dengan suhu air yang tepat mampu membantu merawat kulit anak dan bayi agar terhindar dari ruam, biang keringat, dan permasalahan kulit lain, seperti dermatitis, ruam popok, infeksi bakteri, dan infeksi jamur. Selain itu, bayi memang dianjurkan mandi menggunakan air hangat dengan suhu 36-37 derajat Celcius," kata dr. Andreas, Sp.A dalam siaran pers pada Rabu (26/10).
Sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu merawat kulit anak yaitu kegiatan mandi dengan air hangat perlu didukung dengan produk pemanas air yang mumpuni. Kebanyakan ibu masih ragu memilih water heater baik listrik maupun gas karena faktor keamanannya.
Namun demikian, penyediaan air hangat dengan memasak air panas dengan kompor pun tidak lepas dari bahaya, terutama permasalahan suhu yang tidak stabil dan perlu waktu yang lama. Oleh karena itu, pemanas air listrik menjadi pilihan yang paling diminati untuk memberikan pengalaman kegiatan mandi bayi optimal.
"Selain air hangat, ketersediaan air bersih untuk pengalaman mandi bayi juga akan membantu merawat kulit bayi. Jika ada produk pemanas air yang mampu mencegah pertumbuhan pertumbuhan jamur dan bakteri, hal tersebut akan sangat baik untuk mendukung kesehatan kulit bayi," kata dr. Andreas, Sp.A. (Ant/OL-14)
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Kegiatan tersebut dapat meningkatan perkembangan si kecil. Namun, orang tua seringkali mendapatkan kesulitan karena anak menolak untuk diajak mandi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved