Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Ini Tips Ajarkan Rivalitas Sehat Pada Anak

Basuki Eka Purnama
18/10/2022 06:45
Ini Tips Ajarkan Rivalitas Sehat Pada Anak
Ilustrasi--Tiga anak bersaing dalam lomba makan kerupuk di peringatan HUT Kemerdekaan RI.(ANTARA/Prasetia Fauzani)

PSIKOLOG anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI) Vera Itabiliana Hadiwdjojo membagikan kiat bagi para orangtua untuk mengajarkan rivalitas yang sehat kepada anak-anak.

Hal itu perlu diajarkan agar ketika berada dalam situasi menang ataupun kalah, anak bisa menyikapinya dengan positif dan tidak merugikan orang lain.

"Menekankan dalam pertandingan yang terpenting bukan hanya kemenangan tapi bagaimana menunjukkan performa terbaik hasil dari latihan selama ini. (Orangtua juga) dapat mengajarkan anak tentang sportivitas tentang bagaimana menghargai kemenangan lawan dan menerima kekalahan dengan lapang dada," kata Vera, dikutip Selasa (18/10).

Baca juga: Bermain di Luar Ruangan Penting untuk Perkembangan Anak

Orangtua sebagai pengajar pertama di keluarga harus berperan sebagai pemberi contoh agar anak memahami konsep rivalitas secara sehat dalam berbagai pertandingan ataupun kompetisi.

Vera mengatakan pemberian pemahaman terkait rivalitas yang sehat kepada anak bisa dilakukan sejak usia dini.

Contoh mudah mengajarkan rivalitas sehat tersebut bisa dimulai dari tindakan orangtua dengan cara tidak membandingkan anak dengan kakak atau adik maupun teman sebagainya.

Setelah berhasil memahami rivalitas dengan konsep tersebut, orangtua bisa mulai mengenalkan konsep rivalitas dalam sebuah kompetisi atau pertandingan di usia sekitar 9 tahun ke atas.

Ajarkan anak menggambarkan emosi dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain ketika mengalami situasi di luar ekspektasinya.

"Ajarkan dan biasakan sejak dari rumah atau lingkungan keluarga bagaimana mengekspresikan emosi yang tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain dan tidak merusak barang," tambah Vera.

Apabila orangtua mendampingi, adanya baiknya orangtua bisa membantu anak menenangkan diri anak ketika mengalami emosi menggebu-gebu setelah mengalami kekalahan.

Karena sangat wajar apabila dalam sebuah pertandingan seseorang bisa terbawa emosi mengingat adanya adrenalin tinggi yang bisa memicu hal tersebut.

"Sehingga perlu ada orang-orang yang bersiap untuk mengantisipasi hal ini," tutupnya. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya