IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerima laporan dari 14 IDAI cabang terkait 131 kasus gagal ginjal akut (Acute Kidney Injury/AKI) yang misterius.
"Tentu saja ini menimbulkan kewaspadaan untuk kita semua, karena kasus ginjal akut ini sebabnya juga mirip dengan hepatitis akut. Puncaknya juga tampaknya pada September lalu dan Oktober ini relatif menurun," ujar Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers, Selasa (11/10).
Awalnya, IDAI menduga kondisi itu terkait dengan SARS-CoV-2. Namun, berdasarkan diskusi dan analisis, ada juga kasus yang muncul dengan status negatif covid-19. Dalam hal ini, terkait anak yang mengalami kasus ginjal akut.
Baca juga: Masyarakat Diminta Waspadai Penyakit Menular Saat Musim Hujan
"Kami memang sejak awal kasus terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Kami melakukan investigasi dan membuat panduan kepada dokter anak, apa saja yang perlu dilakukan," imbuhnya.
Pihaknya menyarankan orang tua untuk melakukan monitoring terhadap urin anak ketika di rumah. Urin anak dikatakan normal jika berat anak 10 kg, maka sekitar 10cc/kg/jam. Lalu, dalam satu hari, sekitar 240 cc atau satu botol air minum.
Baca juga: Ketahui Dampak KDRT pada Anak
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menyebut ada beberapa kasus gagal ginjal akut yang sudah pulih. "Beberapa pasien yang sudah pulih dengan kondisi ginjal pulih sempurna. Ada juga yang masih dilakukan cuci darah," jelas Eka.
Apabila muncul gejala batuk, pilek, muntah dan tidak buang air kecil, sebaiknya anak segera dibawa ke rumah sakit. Anak disarankan mendapat terapi obat dan dipantau. Jika tidak berhasil, perlu dilakukan cuci darah.
"Hingga kini, belum ada pasien yang masuk pada periode kronis, karena kasusnya baru muncul. Sementara pada periode Juli, semua pasien pulih sempurna. Tidak ada yang memerlukan cuci darah berkelanjutan," tutupnya.(OL-11)