Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintah melakukan pembenahan dan pemerataan infrastruktur kesehatan agar program Cek Kesehatan Gratis (CKG) merata di seluruh daerah.
Kesiapan infrastruktur menjadi sorotan IDAI selama ini karena masih banyak daerah yang mengalami keterbatasan alat pemeriksaan dasar seperti timbangan, stadiometer, atau alat ukur hemoglobin. Hal ini menyebabkan pemeriksaan sering terbatas pada pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah, tanpa pemeriksaan lanjutan seperti tes hemoglobin untuk anemia.
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, atau skrining gangguan mental juga bisa terkendala. Akibatnya akan mengurangi efektifitas program tersebut. Dalam jangka panjang, beberapa penyakit penting juga diharapkan menjadi bagian dari Pemeriksaan Kesehatan Gratis seperti skrining thalasemia yang pembiayaannya sangat besar.
Ketua PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan skrining thalasemia sangat penting untuk mencegah terjadinya sakit thalasemia sehingga akan sangat mengurangi pembiayaan kesehatan.
"Dari sisi masyarakat, masih ada tantangan untuk menyadarkan orangtua dan pihak sekolah. Masih terdapat persepsi bahwa cek kesehatan hanya diperlukan untuk anak yang sedang sakit, bukan sebagai tindakan preventif," kata Piprim, Jumat (8/8).
Program CKG seharusnya disertai juga dengan penguatan edukasi masyarakat mengenai upaya pencegahan penyakit.
IDAI berharap program ini tidak hanya menjadi formalitas, tetapi dapat berjalan secara berkelanjutan. Selama ini, program sering bergantung pada pendanaan jangka pendek sehingga tidak konsisten. Diperlukan pula koordinasi antarsektor, baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun organisasi profesi terkait.
"Dengan anggota lebih dari 5.600 dokter spesialis anak yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, IDAI berkomitmen mendukung program ini melalui berbagai cara, seperti pelatihan tenaga kesehatan untuk memperkuat kapasitas dokter umum, perawat, dan kader kesehatan sekolah dengan standar pemeriksaan anak berbasis ilmu terkini," ungkapnya.
Selain itu, IDAI melakukan sosialisasi dan advokasi pentingnya cek kesehatan rutin. Kedua program ini telah dijalankan sejak 2022 melalui Paediatrician Social Responsibility (PSR), yang telah menjangkau tenaga medis di puluhan wilayah di Indonesia.
"IDAI juga telah mengembangkan panduan protokol pemeriksaan kesehatan anak sekolah yang terstandarisasi," pungkasnya. (H-3)
KESEHATAN gigi dan anemia masih menjadi gangguan kesehatan yang sering ditemukan dalam program cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Baturaden.
KONDISI kesehatan dan tumbuh kembang anak yang baik akan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
CEK Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah akan dimulai pada Agustus 2025, sebanyak 53.844.419 peserta didik dari 282.317 satuan pendidikan akan menjadi sasaran CKG Sekolah.
CEK Kesehatan Gratis (CKG) pada siswa dilaksanakan pada hari pertama sekolah Senin (14/7) yang diawali di Sekolah Rakyat. Hasilnya cukup mengejutkan, ditemukan berbagai masalah kesehatan.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Setelah mendapatkan data adanya siswa yang mungkin obesitas, kurang gizi atau gangguan thalassemia, pemerintah perlu membuat langkah lanjutan.
Layanan yang disediakan dalam program Speling, antara lain poli spesialis anak, penyakit dalam, kandungan, paru, dan spesialis jiwa
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved