Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
RAUT muka Poppy Ramadhani, 30, terlihat sumringah usai menjalani cek kesehatan gratis (CKG) di hari pertama program tersebut berjalan. Warga Serpong, Tangerang Selatan, ini mengikuti CKG sebagai bagian dari upaya deteksi dini penyakit di Puskesmas Ciater, Tangsel, pada Senin (10/2).
Poppy mengaku sempat cemas mengikuti program cek kesehatan gratis ini. Ia khawatir ada penyakit-penyakit yang terungkap setelah pemeriksaan.
“Namanya juga manusia ya, kalau diperiksa, takut ada ketahuan penyakit ini itu. Jadi kayak ada beban pikiran. Ternyata alhamdulillah tidak ada sama sekali. Jadi kecemasan yang sebelumnya ada sudah hilang karena lihat hasilnya yang memuaskan,” ungkapnya saat diwawancarai.
Walaupun awalnya cemas, Poppy percaya bahwa langkah preventif pengecekan kesehatan memang harus dilakukan.
“Harus memberanikan diri untuk mengecek kesehatan badan kita sendiri. Kalau gak dimulai dari sekarang mau kapan lagi?” ujarnya.
“Penting untuk ngecek karena kita harus tahu keadaan tubuh kita itu sehat atau tidak. Jadi kita bisa mengobati secara cepat biar penyakit yang di dalam tubuh kita itu tidak menjadi banyak atau tidak membesar. Kan bahaya juga,” imbuhnya.
Poppy mengaku senang dengan keberadaan program CKG ini. Karena itu ia memilih untuk mengikutinya di hari pertama.
“Kalau besok-besoknya biar gak ngantrinya padat gitu. Kalau hari pertama kan biasanya masih banyak yang belum tahu. Terus antreannya juga masih sedikit,” tuturnya.
Ia datang ke Puskesmas Ciater sejak jam 7.30 dan mendapat antrean nomor 2. Sebelumnya Poppy sudah mendaftar di aplikasi Satusehat. Ia mengaku hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit dari pendaftaran di Puskesmas hingga dipanggil untuk pemeriksaan.
Ia pun menuturkan alur pemeriksaan. “Pertama kita cek tinggi badan, berat badan. Terus tensi sama gula darah. Nah selanjutnya kita disuruh ke ruangan dokter untuk periksa mata,” paparnya.
“Terus pernapasan sama jantung diperiksa. Setelah itu baru kita ke poli gigi, diperiksa gigi sama mulut. Nah setelah itu baru kita ke bawah untuk ngecek bagian alat vital wanita. Kayak payudara dan alat kelamin,” katanya.
Hasilnya pun akan otomatis terisi di aplikasi Satusehat. “Daftarnya enggak sulit, sangat dipermudah,” ujarnya.
Peserta CKG lain di Puskesmas Ciater, Rina Bachmid, 49, juga antusias mengikuti program tersebut. Sama halnya dengan Poppy, ia sadar pentingnya deteksi dini kondisi kesehatan.
“Karena memang saya sudah terbiasa ya, kebetulan keluarga saya juga keluarga yang dari dokter juga. Jadi memang kalau kita gak periksa dari dini, siapa lagi yang periksa kita. Jadi memang sangat penting bagi kita, untuk keluarga. Karena kalau kita sehat kan, semua keluarga juga sehat,” tuturnya.
Rina mengetahui program cek kesehatan gratis ini baru 3 hari yang lalu berkat informasi dari lingkungan rumahnya di Ciater, Serpong. Ia juga menganggap proses pendaftarannya mudah.
Ditanya hasil pemeriksaannya, ia mengaku tidak ada masalah. “Hasilnya alhamdulillah bagus, cuma lingkar perut saja yang harus dikurangi. Tapi kalau gula darah dan lain-lain alhamdulillah bagus,” pungkasnya.
Hari ini tercatat ada 12 peserta CKG di Puskesmas Ciater. Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Chacha Anisa mengatakan setiap puskesmas bisa melayani cek kesehatan gratis hingga 30 orang.
“Kenapa ada kuota 30 orang? Supaya layanan yang memang seharusnya dilaksanakan atau layanan umum di puskesmas tersebut tidak terkendala dan juga tidak ada penumpukan,” katanya saat ikut meninjau program tersebut di Puskesmas Ciater, Senin (10/2). (Z-9)
Target CKG 2025/2026 sebanyak 1.997.082 yang terdiri dari pelajar jenjang SD sampai SMA dan anak usia 7-17 tahun yang tidak bersekolah atau tidak mengakses pendidikan formal.
Acara serupa akan digelar di tujuh kota lainnya hingga akhir 2025, yakni Palembang, Jakarta, Solo, Bandung, Semarang, Malang, dan Denpasar.
Pemerintah Kabupaten Garut luncurkan cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah untuk jenjang pelajar menyasar SD Muhammadiyah 5 Garut Kota.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintah melakukan pembenahan dan pemerataan infrastruktur kesehatan agar program Cek Kesehatan Gratis (CKG) merata di seluruh daerah.
KESEHATAN gigi dan anemia masih menjadi gangguan kesehatan yang sering ditemukan dalam program cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Baturaden.
KONDISI kesehatan dan tumbuh kembang anak yang baik akan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Setelah mendapatkan data adanya siswa yang mungkin obesitas, kurang gizi atau gangguan thalassemia, pemerintah perlu membuat langkah lanjutan.
Layanan yang disediakan dalam program Speling, antara lain poli spesialis anak, penyakit dalam, kandungan, paru, dan spesialis jiwa
CEK Kesehatan Gratis (CKG) pada siswa dilaksanakan pada hari pertama sekolah Senin (14/7) yang diawali di Sekolah Rakyat. Hasilnya cukup mengejutkan, ditemukan berbagai masalah kesehatan.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved