Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
PEMERINTAH memulai cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah pada Senin (4/8). Terkait hal itu, Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Iqbal Mochtar mengungkapkan, program tersebut sejatinya bukan hal yang baru. Sejak dulu, kata Iqbal, Puskesmas sudah melaksanakan upaya pengecekan kesehatan di sekolah dalam berbagai bentuk. Mulai dari penyuluhan, pengecekan gigi, pengecekan mata dan sebagainya.
"Kalau yang dilakukan saat ini itu merupakan perluasan dari kegiatan yang pernah dilakukan sejak dulu, ya saya kira ini merupakan satu kemajuan," kata Iqbal saat dihubungi, Selasa (5/8).
Namun, ucap dia, hal yang paling penting untuk diperhatikan ialah jangan sampai cek kesehatan dilakukan hanya sebatas menjadi data screening. Setelah mendapatkan data adanya siswa yang mungkin obesitas, kurang gizi atau gangguan thalassemia, pemerintah perlu membuat langkah lanjutan.
"Pertanyaan berikutnya, screening itu tidak hanya sampai pada screening, perlu ada tindakan lanjut untuk memfollow up ini. Nah itu tindakan lanjutnya itu apa," ungkapnya.
Seperti diketahui, CKG Sekolah menargetkan 53,8 juta siswa dari tingkat dasar hingga menengah, mencakup sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah, pesantren, sekolah rakyat, dan sekolah luar biasa (SLB).
Kemudian, Iqbal juga mengingatkan tentang pentingnya pendanaan pada program tersebut agar memberikan dampak positif bagi masyarakat.
"Saya kasih contoh misalnya, ada 20% atau 30% anak yang didiagnosa menderita overweight atau obesitas. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah? Atau misalnya ada anak yang merokok, apa yang mereka bisa lakukan pada tahap ini?" tutur Iqbal.
Ia menilai, semestinya program tersebut bukan hanya sampai pada tahap screening yang telah dilakukan sejak lama. Perlu ada pembaruan agar program itu bisa meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.
"Saya kira kita tidak boleh berhenti hanya pada screening ya. Karena screening tidak perlu dilakukan kalau tidak ada follow upnya. Kalau screening itu berhenti di sana berarti kita hanya mengumpulkan data dan saya kira itu bukan tindakan yang tepat," pungkas Iqbal. (M-2)
Layanan yang disediakan dalam program Speling, antara lain poli spesialis anak, penyakit dalam, kandungan, paru, dan spesialis jiwa
CEK Kesehatan Gratis (CKG) pada siswa dilaksanakan pada hari pertama sekolah Senin (14/7) yang diawali di Sekolah Rakyat. Hasilnya cukup mengejutkan, ditemukan berbagai masalah kesehatan.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Kemenag menyebut program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menyasar siswa dan santri bisa melengkapi kebutuhan pemeriksaan kesehatan di pesantren.
PENYAKIT hipertensi, diabetes melitus, hingga masalah gigi menjadi penyakit yang banyak ditemukan dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Kemenkes mengatakan bahwa program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Sekolah akan digelar setiap setahun sekali, yang bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved