Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Cek Kesehatan Gratis Tingkatkan Kesadaran Pentingnya Hidup Sehat

M Iqbal Al Machmudi
15/8/2025 05:00
Cek Kesehatan Gratis Tingkatkan Kesadaran Pentingnya Hidup Sehat
Tenaga medis memeriksa kesehatan gigi dan mulut pelajar saat Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SMP N 13 Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (5/8/2025).(ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/rwa)

PROGRAM Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah telah dimulai Agustus 2025, sebanyak 53.844.419 peserta didik dari 282.317 satuan pendidikan akan menjadi sasaran program tersebut. Selain peserta didik, masyarakat yang berulang tahun juga dapat memeriksakan kesehatan di puskesmas. Program itu disebut dapat menjadi pintu masuk menuju kesadaran hidup lebih sehat. Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hariqo Wibawa Satria mengatakan program ini tidak sekadar layanan medis, ia menuturkan CKG sebuah upaya mengubah pola pikir masyarakat terhadap kesehatan. "Program CKG itu titik start menuju merdeka dari penyakit. Dari sini masyarakat akan muncul kesadaran untuk terus menjaga kesehatan," ujarnya dikutip dari siaran pers, Selasa (12/8). 

Ia berharap, setiap ulang tahun kemerdekaan pada 17 Agustus, bertambah pula jumlah warga yang bebas dari sakit. Presiden Prabowo, ujar dia, disebut telah menyiapkan program prioritas berkesinambungan, mulai dari CKG, Stop TBC, revitalisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), hingga tunjangan khusus bagi dokter spesialis di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).

PENYAKIT BEBANI EKONOMI

Menurut Hariqo, beban penyakit di Indonesia masih berat. Penyakit tidak hanya menggerus produktivitas tenaga kerja, tetapi juga menekan pertumbuhan ekonomi. Studi mencatat kehilangan produktivitas akibat sakit mencapai 6,5% Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2015, dan diprediksi naik menjadi 7,2% pada 2030 jika tak ditangani. Kerugian ekonomi juga muncul dari rokok, obesitas, dan penyakit tropis. 

Pemerintah menargetkan CKG dapat meningkatkan angka harapan hidup yang kini berada di kisaran 73–74 tahun. Setiap warga dianjurkan memeriksakan kesehatan setidaknya sekali setahun, dengan akses layanan terbuka untuk semua.

TEMUAN GANGGUAN KESEHATAN

Di sisi lain, dari hasil pelaksanaan CKG ditemukan berbagai permasalahan kesehatan di antaranya anemia dan masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Baturraden, Jawa Tengah, mengungkap gangguan pada kesehatan gigi dan mulut menjadi temuan terbanyak. Itu didapat dari hasil skrining yang dilakukan terhadap 360 siswa kelas X.

Perwakilan dari Puskesmas Baturaden 2, dr.Anisa, menjelaskan bahwa sebagian besar siswa menunjukkan kondisi gigi berlubang, penumpukan karang, hingga sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi akibat kebiasaan menyikat gigi yang kurang optimal.

"Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi yang kurang tepat. Banyak siswa hanya menyikat gigi saat mandi pagi, padahal menyikat gigi sebaiknya dilakukan setelah makan. Akibatnya, saat tiba di sekolah, kondisi gigi sudah kembali kotor," jelas dr. Anisa dalam keterangannya, Jumat (8/8).

 Selain masalah gigi, tim medis juga menemukan tanda-tanda anemia ringan, terutama pada siswi. Temuan ini terdeteksi dari kadar hemoglobin (Hb) yang rendah saat pemeriksaan.

"Anemia ringan cukup sering muncul. Sedangkan pada siswa laki-laki, kami menemukan tekanan darah tinggi yang bersifat reaktif, kemungkinan karena kurang tidur atau kebiasaan begadang,” lanjutnya.

Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, pihak puskesmas juga membagikan Tablet Tambah Darah (TTD) kepada para siswi sebagai langkah pencegahan anemia. TTD ini diharapkan dapat membantu menjaga kadar hemoglobin tetap stabil dan mendukung kesehatan para remaja putri.

Selain pemberian tablet, tim medis juga memberikan edukasi langsung di lokasi. Materi yang disampaikan mencakup teknik menyikat gigi yang benar, pentingnya sarapan sebelum beraktivitas, serta menjaga pola tidur yang cukup sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

KETERBATASAN ALAT

Di sisi lain  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti banyak daerah yang mengalami keterbatasan alat pemeriksaan dasar seperti timbangan, stadiometer, atau alat ukur hemoglobin. Hal ini menyebabkan pemeriksaan CKG sering terbatas pada pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah, tanpa pemeriksaan lanjutan seperti tes hemoglobin untuk anemia. Ketua PP IDAI Piprim Basarah Yanuarso Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, atau skrining gangguan mental juga bisa terkendala. Akibatnya akan mengurangi efektifitas program tersebut. Dalam jangka panjang, pihaknya berharap beberapa penyakit penting bisa jadi bagian pemeriksaan seperti  skrining thalasemia yang pembiayaannya sangat besar. 

"Dari sisi masyarakat, masih ada tantangan untuk menyadarkan orangtua dan pihak sekolah. Masih terdapat persepsi bahwa cek kesehatan hanya diperlukan untuk anak yang sedang sakit, bukan sebagai tindakan preventif," kata Piprim, Jumat (8/8). (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya