Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Jakarta Menuju Kota Global

Mohamad Farhan Zhuhri
15/8/2025 05:00
Jakarta Menuju Kota Global
Suasana gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta. Gubernur Pramono Anung menargetkan Jakarta masuk 50 besar Global City Index pada 2029 melalui penguatan infrastruktur, peningkatan daya tarik investasi, dan promosi kebudayaan(MI/Ramdani)

GUBERNUR DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan komitmennya menjadikan Jakarta masuk jajaran 20 kota global teratas pada 2045. Pemprov DKI telah menyiapkan peta jalan yang mencakup penguatan sumber daya manusia (SDM), reformasi birokrasi, penguatan identitas budaya, hingga pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.

Dalam beberapa kesempatan Pramono kerap menunjukan keseriusan kepada dunia soal visi Jakarta menuju Kota Global. Ambisi ini kembali ia tegaskan saat berbicara di ASEAN Sustainable Urbanisation Forum (ASUF) 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (12/8). "Perjalanan ini akan kita tempuh dengan transformasi berkelanjutan, kolaborasi kuat, dan kemajuan bersama, sejalan dengan semangat ASEAN,” ujar Pramono.

Saat ini, berdasarkan Kearney’s 2024 Global Cities Index, Jakarta berada di peringkat 74. Untuk melompat ke posisi 20 besar, sejumlah program prioritas tengah dijalankan, seperti Jakarta Future Festival sebagai forum dialog kebijakan, layanan bus khusus perempuan, program kesehatan komunitas Pasukan Putih, balai latihan kerja, hingga pengembangan aplikasi JAKI agar layanan publik lebih terhubung.

TIGA FONDASI KUNCI

Pramono menyebut ada tiga fondasi utama menuju kota global: transportasi dan mobilitas, infrastruktur fisik, serta infrastruktur digital. Ia menyoroti kemacetan yang melibatkan mobilitas empat juta orang setiap pagi dan sore sebagai masalah krusial.

Di bidang infrastruktur, aset kota seperti Jakarta International Stadium (JIS) dan Taman Ismail Marzuki (TIM) akan dioptimalkan. “JIS akan kita hubungkan dengan Ancol, perbaiki akses transportasi, dan beri peluang kolaborasi dengan Persija. Bahkan PSSI tertarik menjadikannya home base timnas,” katanya.

Sementara itu, infrastruktur digital menjadi prioritas untuk mendukung Government Digital Network sebagai dasar Jakarta Smart Giga City. Langkah ini mencakup jaringan internet publik cepat dan stabil, pusat data yang mudah diakses, serta penerapan Green and Sustainable Building.

Kepala Bappeda DKI, Atika Nur Rahmania, menegaskan ketersediaan infrastruktur digital menjadi syarat utama transformasi layanan publik, transportasi, perencanaan tata ruang, dan pertumbuhan ekonomi kota. “Saat ini, Indonesia berada di peringkat 112 untuk kecepatan internet seluler dan ke-137 untuk broadband.

"Ini tentunya lebih kurang kompetitif untuk bisa mengangkat Jakarta memperbaiki posisinya di elemen pertukaran informasi," kata dia.

Untuk itu, inisiatif kota pintar (smart city) di Jakarta yang terus berkembang dipandang perlu ditingkatkan lebih baik. Salah satunya melalui integrasi platform JAKI yang kini sudah digunakan lima juta pengguna aktif. Menurutnya, penggunaan JAKI dapat dimanfaatkan secara lebih optimal lagi.

MENJAGA IDENTITAS BUDAYA

Ketua DPRD Khoirudin menegaskan, Jakarta harus menata diri menuju kota global tanpa kehilangan jati diri budaya. DPRD mengapresiasi program pembangunan yang telah dijalankan, mulai dari peningkatan layanan publik, penanganan banjir, pengembangan transportasi massal, hingga perluasan ruang terbuka hijau.

“Pembangunan Jakarta tidak hanya harus menciptakan kemajuan fisik, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi seluruh warga,” tegasnya.

Meskipun berupaya masuk dalam jajaran kota global dunia, Pemprov DKI juga memastikan kebudayaan Betawi tetap menjadi identitas Jakarta. Budaya tetap menjadi penanda kekhasan Jakarta sekaligus daya tarik untuk memperkenalkan wajah Indonesia kepada dunia

Revisi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi menjadi Rancangan Perda tentang Pemajuan Kebudayaan Betawi tengah dipercepat.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menyebut Raperda ini akan menjadi pilar kesejahteraan dan regenerasi kebudayaan Betawi maupun budaya lain di Jakarta. Ia mengakui tantangan terbesar adalah menyatukan berbagai unsur dan keragaman.

”Tapi, saya ingatkan, Jakarta ini bukan hanya milik Betawi. Kita harus adil kepada semua kebudayaan yang ada di Jakarta. Nah, jadi artinya, itu yang sedang kami siapkan,” ujar Rano.

PERKUAT SDM

Sementara itu, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai penguatan SDM merupakan tantangan paling mendasar dalam upaya menjadikan Jakarta sebagai kota global. Menurut Yayat, meskipun Jakarta terus membenahi aspek fisik dan infrastruktur, tantangan terbesar justru terletak pada kualitas manusianya.

Sebagai solusi, Yayat menekankan perlunya peningkatan kapasitas SDM secara menyeluruh melalui pendidikan formal dan pelatihan vokasional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global "Kalau masyarakatnya lebih teredukasi, mereka akan lebih terbuka, mudah diarahkan, dan bisa berkontribusi pada kemajuan kota," ujarnya. (Ant/P-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal
Berita Lainnya