Laboratorium di Kanada Gunakan Metode Sel Dendritik untuk Pengobatan

Mediaindonesia.com
14/7/2022 15:47
Laboratorium di Kanada Gunakan Metode Sel Dendritik untuk Pengobatan
Tim Peneliti Utama Vaksin Nusantara ketika memberikan vaksinasi.(DOK Pribadi.)

SEL dendritik yang merupakan basis pembuatan vaksin Nusantara sebagai salah satu solusi mengatasi pandemi covid-19 juga digunakan sebagai metode pengobatan sejumlah penyakit lain di luar negeri. Penelitian untuk mengobati HIV/AIDS baru saja diselesaikan para peneliti di Institut Riset Vaksin Prancis.

Sel dendritik ialah antigen presenting cell (APC) terkuat di tubuh manusia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh. Terbaru, Rajan George dari Paladin Biosciences, divisi dari Paladin Labs Inc. di Kanada, segera memproduksi vaksin dengan antigen malaria menggunakan basis sel dendritik. Hal itu dilakukan sebagai upaya menginduksi antibodi dan respons imun dengan perantara sel terhadap parasit malaria pada berbagai tahap infeksi.

Menukil laporan grandchallenges.org, laboratorium itu menargetkan membuat vaksin malaria menggunakan basis sel dendritik. Namun demikian, penemuan vaksin baru untuk mengobati diare, HIV, malaria, pneumonia, dan TB secara historis bergantung pada proses trial and error yang panjang dan mahal serta memiliki catatan keberhasilan tidak merata. 

Selain itu, banyak infeksi yang ditemukan bersifat kronis dan memerlukan cara yang sangat berbeda untuk menghasilkan kekebalan protektif dibandingkan dengan vaksin tradisional. Dalam pendekatan saat ini, laboratorium itu mengombinasikan antigen dengan adjuvant dan diformulasikan untuk merangsang respons imun yang diinginkan. "Kandidat ini harus menjalani penelitian kepada hewan dan uji kemanjuran manusia yang besar pada populasi target untuk menilai potensi mereka," tulis laporan itu. 

Penelitian menggunakan sel dentritik tersebut bertujuan menghasilkan petunjuk vaksin baru yang belum dicoba untuk diare, HIV, malaria, pneumonia, dan TB. "Kami mencari proposal yang di luar jalur, berani dalam premis, dan jelas berbeda dari pendekatan yang sedang dikembangkan atau digunakan saat ini," lanjut laporan itu. 

Di Indonesia penelitian serta pengembangan sel dentritik dilakukan dan diprakarsai mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Metode tersebut kemudian dinamakan vaksin Nusantara. Vaksin berbasis sel dendritik ini aman untuk masyarakat dan orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Dalam prosesnya, sel dendritik akan dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium, sehingga memiliki kemampuan untuk mengenali SARS-CoV-2 penyebab covid-19. Pendekatan sel dendritik sebenarnya dipakai dalam imunoterapi kanker. Metode ini dipilih setelah mendapatkan amanah untuk mencari vaksin yang bisa digunakan pada kelompok komorbid (penderita autoimun dan kanker). Kelompok tersebut tidak bisa divaksinasi menggunakan vaksin covid-19 yang ada. 

Dalam perkembangannya, vaksin Nusantara terbukti mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit akibat inflamasi pasca-covid-19. Ini seperti yang dialami Vanessa, 13, dan Yeferi Sutanto, 48. Sebelum disuntik vaksin Nusantara, Vanessa sudah tiga kali keluar masuk rumah sakit. Awalnya, dia dinyatakan terjangkit demam berdarah dengue (DBD).

Penyakit yang dialami Vanessa tersebut membuat dirinya mengalami kelumpuhan. Dia kemudian mendapatkan vaksin Nusantara. Hari ketiga setelah divaksinasi, Vanessa sudah bisa naik turun tangga dan makan banyak. Sekarang Vanessa sudah belajar dan sekolah kembali.

Begitu juga yang dialami Yeferi. Ia mendapatkan suntikan vaksin Nusantara setelah mengalami sejumlah penyakit sejak Oktober 2021. Yeferi mengaku mengalami sakit usai menjalani vaksinasi covid-19 dengan vaksin konvensional pada 22 Juni 2021 dan 13 Juli 2021. 

Baca juga: Kemenkes Tegaskan Tidak Ada Karantina Bagi Jemaah Haji

Awalnya, Yeferi merasakan mengalami pelemahan otot di kedua kaki, sehingga menyebabkannya sulit berjalan, berdiri, dan tak bisa lagi naik tangga. Yeferi kemudian berkonsultasi dengan dokter Terawan Agus Putranto dan memutuskan untuk melakukan vaksinasi dengan vaksin Nusantara. Hasilnya, Yeferi langsung merasakan perubahan drastis. "Saya merasakan sejak di Vaknus (vaksin Nusantara) pada 31 Mei 2022, otot kaki, tangan, dan mata saya mengalami penguatan yang signifikan. Saya langsung lebih mudah berjalan dan menaiki tangga. Otot tangan saya sudah bisa lebih kuat mengangkat beban dan mata saya sudah lebih fokus lagi," ujarnya.

Untuk diketahui, artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional, yakni situs jurnal Taylor & Francis Online dengan judul artikel Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo? terbit daring pada 26 Mei 2022. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya