Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
BERAWAL dari kegelisahannya melihat pasien pada tahap terminal yang bukan hanya membutuhnya pelayanan medis, tapi juga pelayanan holistik jasa kesehatan profesional, Veronica Tan bersama Annette Anhar, Susah Nio, Dr. Venita Eng, dan Renold Sutadi, mengembangkan aplikasi Lovecare Indonesia pada 2019.
Aplikasi itu menjaid lokapasar (marketplace) pertama di Indonesia yang menyediakan jasa profesional kesehatan, seperti perawat, caregiver, dan babysitter untuk lansia dan anak-anak. LoveCare menghubungkan dan mencocokkan penyedia jasa medis maupun nonmedis dengan pengguna jasa berdasarkan kebutuhan, lokasi, dan preferensi secara aman, cepat, dan nyaman.
"Saya melihat bahwa kebutuhan akan tenaga perawat, caregiver selalu ada di mana-mana, realitanya, tidak mudah mendapatkan tenaga perawat dan caregiver ini. Itulah awalnya Lovecare dibuat, untuk menyediakan tenaga perawat untuk balita sampai lansia yang memiliki ketulusan, serta kasih dan sayang dalam merawat pasiennya dengan basis teknologi. Aplikasi lovecare ini mempertemukan kebutuhan klien dari berbagai kota, dengan tenaga perawat balita hingga lansia berkompetensi yang berada di berbagai daerah," kata Veronica.
Meski demikian, aplikasi yang pada 2021 memenangkan UN Women Care Accelerator itu, bukan tanpa kendala dalam perkembangannya. Veronica mengakui tidak mudah mendapatkan tenaga perawat dan caregiver homecare. Menurutnya, mencari tenaga caregivernya harus disiapkan dengan baik, mengingat orangtua, keluarga dan bayi merupakan anugerah dalam kehidupan.
"Sehingga tenaga caregiver ini menjadi bagian dari upaya mengelola kualitas kehidupan berkeluarga. Dan aplikasi inilah yang menjembataninya. Butuh homecare ingat Lovecare," sambung Veronica.
Namun, ia bersyukur dikeliling kerabat, teman, dan rekan-rekan pemuda yang fokus di dunia digital dan memiliki hati yang sama untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan mental kuat untuk melakukan perubahan.
"Saya berpikir, sepertinya akan jadi mudah ya, kalau ada aplikasi yang bisa mempertemukan pasien atau keluarganya dengan tenaga caregiver ini. Bayangan saya seperti Gojek tapi buat caregiver," kata Veronica.
Lewat Lovecare, Veronica dan ti tidak hanya ingin membuat usaha yang hanya menyelesaikan problem, mendapatkan laba, namun juga usaha harus bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat.
"Berupa membuka lapangan pekerjaan dengan tenaga kerja serta sumber daya manusia yang mentalnya terdidik dan terlatih dengan baik," kata Veronica.
LoveCare sempat melewati beberapa rintangan. "Sebelum ada sistem marketplace, kendala terbesar LoveCare adalah ketika harus mencocokkan klien dengan petugas yang tepat dalam waktu yang singkat," kata Susan Nio, sebagai CEO & CTO LoveCare.
Susan mengungkapkan, kondisi masing-masing customer itu unik, memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda-beda. Ada yang punya kebutuhan medis maupun non medis, ada yang membutuhkan bantuan perawat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
"Ada juga yang mau pekerja (perawat) menguasai kompetensi tertentu, termasuk juga preferensi gender, usia dan budget tertentu. Di sisi lain, setiap mitra petugas pun unik, memiliki kompetensi, preferensi bekerja dan latar belakang yang berbeda-beda. Dulu kami harus satu-persatu cek dan tanya mitra dan bolak balik konfirmasi dengan customer. Hal itu sangat tidak efisien," papar Susan.
Akhirnya team Lovecare memikirkan kemungkinan untuk menggabungkan konsep standarisasi dan personalisasi.
"Kami membuat standarisasi proses rekrutment para mitranya, sehingga jelas apa kompetensinya, bersedia bekerja di lokasi mana, jangka panjang atau pendek, masuk level mana dan berapa fee-nya. Sehingga kemudian customer bisa tinggal klik, otomatis mencocokkan dan personalisasi kebutuhannya dengan mitra-mitra yang memang sesuai pada saat pemesanan melalui aplikasi," lanjut Susan.
Langkah itu dinilai Susan lebih mudah, cepat, dan akurat. Maka lahirlah marketplace LoveCare yang segera ditawarkan pada masyarakat.
Saat ini sudah ribuan mitra dari berbagai wilayah Indonesia yang mendaftar menjadi mitra LoveCare, namun yang lolos tes hanya 20%. LoveCare memastikan tiga faktor penting yang wajib dimiliki mitra LoveCare, yaitu Kompetensi, Mental, dan Hati (KOMET).
"Saat ini ada 200 mitra yang tersebar di lebih dari 50 kota dan kabupaten Indonesia. Detailnya, caregiver sekitar 40%, perawat 30%, babysitter 7%, dan selebihnya dokter, bidan, dan terapis," kata Susan yang bersama tim melakukan rekruitmen setiap hari.
Di akhir April dan Mei LoveCare melakukan roadshow ke daerah-daerah untuk rekruitmen mitra Caregiver LoveCare.
Lovecare Indonesia langsung disambut baik, karena banyak orang membutuhkan tenaga-tenaga yang disediakan Lovecare Indonesia. Salah satunya adalah 'generasi sandwich' yang harus mengurus keluarga mereka sendiri, tetapi juga harus mengurus orangtua dalam waktu bersamaan.
Baca juga : Biaya Pendidikan Kedokteran Mahal, AIPKI Minta Pemerintah Beri Subsidi
Roslina Verauli, Psikolog klinis anak, remaja, & keluarga, mengatakan, keberadaan ‘generasi roti lapis’ atau ‘sandwich generation’ tak dipungkiri merupakan beban berat bagi orang dewasa, terutama bagi perempuan bekerja saat ini.
"Umumnya, anak perempuan dalam keluarga, terutama di Asia, dituntut untuk lebih available terlibat dalam pengasuhan orangtua yang sudah lanjut usia dibandingkan anak laki-laki. Demikian data menyebutkan. Padahal, perempuan dalam rumah tangga juga dituntut untuk memiliki peran yang lebih besar dalam pengasuhan anak-anaknya. Tak heran bila kebutuhan akan 'in-home non-relative care,' seperti; perawat, care giver, nanny, semakin dirasa penting," lanjut Verauli.
Tentu saja kebutuhan tiap keluarga dan rumah tangga akan sangat bervariasi.
"Itulah sebabnya, keberadaan marketplace yang mampu memberikan intervensi yang trust-based dalam bentuk program pelatihan yang berguna menjadi sangat penting, lanjut Verauli.
Veronica Tan menambahkan, tenaga kesehatan, adalah profesi yang tidak hanya mengandalkan skill, akan tetapi juga harus memiliki mental yang sehat.
"Mereka harus bisa memberikan layanan dari hati berupa perhatian, kasih sayang, ketulusan yang semuanya berawal dari kemampuan menaklukkan dirinya sendiri," katanya.
Soal itu, Verauli pun setuju. secara psikologis, peran dan tantangan menjadi pelaku ‘in-home non relative care’ sangat besar. Dibutuhkan kemampuan berempati, menjalin komunikasi, sekaligus memberikan lingkungan yang aman, dan paham kebutuhan individu yang mereka rawat.
"Termasuk untuk mampu secara aktif memberi support agar yang dirawat adjust dengan ‘new life-nya.’ Jadi, tekanan care giver sedemikian besar, terutama dalam bentuk tekanan emosional dalam jangka panjang," jelasnya.
Salah satu alasan utama seorang caregiver harus memiliki mental yang sehat adalah caregiver merupakan salah satu sumber semangat dari para pasien. Veronica menceritakan kisah mengharukan ketika klien mengatakan ketakutannya karena usianya yang sudah lanjut, atau kondisi penyakitnya yang sudah terminal.
"Kadang klien itu menahan ketakutannya karena tidak mau membuat keluarganya khawatir, tapi dia bisa bercerita pada caregiver. Sampai ada yang cerita mau mengakhiri hidupnya saja, tapi untungnya dimotivasi oleh caregiver, sehingga punya semangat hidup kembali,” kata Veronica.
Susan Nio memastikan bahwa caregiver yang disediakan oleh LoveCare sangat berkualitas dan sudah melewati training yang cukup.
“LoveCare menyediakan program training tambahan untuk mitra Caregiver yang ingin upgrade kompetensi mereka. Yang diajarkan dalam program training LoveCare bukan hanya kompetensi dasar dalam merawat klien, namun juga pengetahuan lain seperti hospitality, service excellence, dan communication," ujarnya.
Soal training yang mumpuni, memang amat penting. Verauli menambahkan, merawat klien dalam hal ini, mereka rentan mengalami stres dan burn out, bahkan mengalami masalah yang berkaitan dengan isu kesehatan mental lainnya, seperti depresi.
"Care giver membutuhkan support terutama skills atau keterampilan ‘coping strategies’ yang efektif agar mampu tetap terjaga kesehatan mentalnya," katanya.
Melalui Visi dan Misi-nya, LoveCare ingin terus berkembang menjadi marketplace yang terpercaya bagi keluarga Indonesia untuk terhubung dengan perawat, caregiver, dokter, dan babysitter lokal melalui aplikasi LoveCare.
LoveCare berkomitmen untuk memberikan kesempatan sukses yang sama kepada semua karyawan dan mitra, tanpa memandang jenis kelamin mereka dan membantu mereka belajar dan berkembang secara profesional.
"Layanan perawatan di rumah harus profesional, disesuaikan, dan terjangkau. LoveCare adalah layanan yang menekankan pada penyediaan perawatan berkualitas tinggi kepada pasien dan keluarganya," tambah Dr. Akhilesh, Advisor of LoveCare.
"Beruntung sekali keluarga Indonesia mendapatkan layanan Lovecare Indonesia. Semoga koalisi "multi-caregiver" yang harmonis dapat lebih tercipta," ucap Verauli. (RO/OL-7)
First Mate akan merancang, memproduksi, dan membagikan konten tentang bahasa dan budaya Korea melalui berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
Aplikasi ini menjadi jembatan antara teknologi finansial dan kebutuhan nyata para trader di Indonesia karena mudah diakses, transparan, dan terpercaya.
Konsumen merasa tertipu, karena harga awal yang ditampilkan berbeda dengan total yang harus dibayar. Ini tentu menimbulkan ketidakpercayaan dan membuat loyalitas konsumen menurun.
QuantumByte, platform artificial intelligence app builder yang dikembangkan oleh startup Indonesia, Quantum Teknologi Nusantara terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Peluncuran MyPro+ ini merupakan inovasi digital besar kedua pada tahun ini setelah MyGo+ baru-baru ini diperkenalkan kepada publik.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Oloan menegaskan pentingnya menjaga integritas dan etos kerja selama berada di luar negeri.
Tunjangan sebesar Rp1,5 juta per bulan diberikan bagi guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di pulau-pulau yang lebih dekat.
Serenic.ai percaya teknologi harus meringankan beban tenaga medis, agar setiap detik kembali berarti untuk mengobati pasien dan menyelamatkan nyawa.
Peristiwa perundungan antar-dokter ataupun kasus pelecehan seksual oleh tenaga kesehatan beberapa waktu terakhir ini telah membentuk atmosfer sosial penuh prasangka.
Prefektur Mie di Jepang menyatakan kesiapannya menerima hingga 300 perawat Indonesia setiap tahun, dengan dukungan anggaran subsidi bagi institusi penerima.
Pemerintah melalui Program Tiga Juta Rumahmenetapkan sejumlah syarat khusus agar penyaluran rumah subsidi bagi tenaga kesehatan Indonesia tepat sasaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved