Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
KECERDASAN buatan (AI) menjanjikan transformasi besar dalam layanan kesehatan Indonesia. Namun, seperti diungkap oleh laporan Future Health Index (FHI) 2025 dari Philips, manfaat maksimal hanya bisa dicapai bila ada kepercayaan, transparansi, dan desain yang inklusif.
Survei lintas 16 negara—termasuk Indonesia—menyoroti bahwa AI berpotensi memperluas akses, meningkatkan kualitas, dan memperkuat daya tahan sistem kesehatan nasional. Indonesia pun muncul sebagai salah satu negara paling optimis, meski tetap dihadapkan pada tantangan mendesak: membangun kepercayaan, memperluas edukasi, dan menerapkan desain yang manusiawi.
“AI bisa mempercepat akses layanan, mengurangi waktu tunggu, dan meringankan beban tenaga medis,” kata Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia. “Namun, keberhasilan hanya datang jika kita merancang dengan empati dan menerapkan secara bertanggung jawab.”
Sistem kesehatan Indonesia kini tertekan: permintaan meningkat, sementara tenaga medis terbatas. Dengan hanya 2.700 dokter spesialis baru per tahun, dari kebutuhan 29.000, ketimpangan pun tak terhindarkan.
Laporan FHI 2025 mencatat:
Bagi tenaga kesehatan, situasinya tak kalah pelik.
Tanpa intervensi AI, 57% khawatir pasien akan terus menumpuk, dan 46% memperkirakan tingkat kelelahan akan meningkat.
Meski demikian, harapan tetap hidup.
Optimisme tinggi tak serta-merta mencerminkan kesiapan.
Hanya 41% tenaga kesehatan merasa teknologi saat ini sesuai dengan kebutuhan mereka, meskipun 79% turut terlibat dalam pengembangannya.
Kunci untuk membangun kepercayaan:
Menariknya, hanya 17% tenaga kesehatan mengkhawatirkan ancaman terhadap pekerjaan mereka, menandakan bahwa AI dilihat sebagai pendamping, bukan pesaing.
Dari sisi pasien, kekhawatiran utama:
Bahkan mereka yang paham AI tetap menyimpan kekhawatiran serupa—menandakan bahwa edukasi saja tidak cukup tanpa pendekatan yang empatik.
Pasien kini semakin mengandalkan platform digital.
82% lebih nyaman menerima informasi AI dari media sosial ketimbang saluran formal.
Ini menegaskan pentingnya kurasi informasi kesehatan digital yang akurat, terutama di daerah terpencil.
Dengan jangkauan luas JKN dan komitmen terhadap digitalisasi, Indonesia punya posisi strategis untuk memimpin adopsi AI secara etis dan efektif.
“Tantangan AI bukan semata teknologi, tapi juga soal kemanusiaan,” tegas Astri.
“Kombinasi transparansi, desain berbasis kebutuhan manusia, regulasi yang jelas, dan kolaborasi lintas sektor akan menjadi fondasi sistem kesehatan yang tangguh.”
Laporan FHI menyimpulkan: Masa depan AI dalam kesehatan Indonesia sangat menjanjikan—jika dikelola dengan bijak dan inklusif. (Z-10)
AIPKI bersama para pimpinan fakultas kedokteran dari seluruh Indonesia sepakat mendukung penuh harapan Presiden untuk menambah tenaga dokter dan tenaga Kesehatan.
KETUA Umum PP PAPDI Eka Ginanjar menilai meski pemerintah memberi karpet merah pada rumah sakit asing atau klinik asing untuk beroperasi di Indonesia, tapi SDM lokal harus dilibatkan.
Rendahnya literasi kesehatan di masyarakat juga menjadi faktor penyebab. Banyak warga tidak memahami siapa saja yang memiliki kewenangan legal untuk memberikan layanan medis.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Oloan menegaskan pentingnya menjaga integritas dan etos kerja selama berada di luar negeri.
Tunjangan sebesar Rp1,5 juta per bulan diberikan bagi guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di pulau-pulau yang lebih dekat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved