Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Tenaga Kesehatan Kekurangan, AI Dianggap Solusi

Muhammad Ghifari A
23/7/2025 18:23
Tenaga Kesehatan Kekurangan, AI Dianggap Solusi
Krisis tenaga medis(MI/Muhammad Ghifari A)

KECERDASAN buatan (AI) menjanjikan transformasi besar dalam layanan kesehatan Indonesia. Namun, seperti diungkap oleh laporan Future Health Index (FHI) 2025 dari Philips, manfaat maksimal hanya bisa dicapai bila ada kepercayaan, transparansi, dan desain yang inklusif.

Survei lintas 16 negara—termasuk Indonesia—menyoroti bahwa AI berpotensi memperluas akses, meningkatkan kualitas, dan memperkuat daya tahan sistem kesehatan nasional. Indonesia pun muncul sebagai salah satu negara paling optimis, meski tetap dihadapkan pada tantangan mendesak: membangun kepercayaan, memperluas edukasi, dan menerapkan desain yang manusiawi.

“AI bisa mempercepat akses layanan, mengurangi waktu tunggu, dan meringankan beban tenaga medis,” kata Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia. “Namun, keberhasilan hanya datang jika kita merancang dengan empati dan menerapkan secara bertanggung jawab.”

Krisis Tenaga Medis dan Harapan pada Teknologi

Sistem kesehatan Indonesia kini tertekan: permintaan meningkat, sementara tenaga medis terbatas. Dengan hanya 2.700 dokter spesialis baru per tahun, dari kebutuhan 29.000, ketimpangan pun tak terhindarkan.

Laporan FHI 2025 mencatat:

  • 77% pasien mengalami waktu tunggu panjang untuk bertemu spesialis.
  • 33% telat mendapat perawatan primer.
  • 51% menyatakan kondisi kesehatannya memburuk karena keterlambatan layanan.
  • 45% akhirnya harus dirawat di rumah sakit.

Bagi tenaga kesehatan, situasinya tak kalah pelik.

  • 56% merasa lebih banyak waktu tersita untuk administrasi daripada merawat pasien.
  • 62% kehilangan waktu klinis karena data pasien yang tidak terintegrasi—setara 23 hari kerja per tahun.

Tanpa intervensi AI, 57% khawatir pasien akan terus menumpuk, dan 46% memperkirakan tingkat kelelahan akan meningkat.

Meski demikian, harapan tetap hidup.

  • 84% tenaga kesehatan dan 74% pasien di Indonesia percaya AI bisa meningkatkan layanan kesehatan.
  • 85% profesional medis percaya pada kemampuan predictive analytics AI untuk menyelamatkan nyawa.
  • 73% melihat teknologi digital sebagai jalan untuk mengurangi kebutuhan rawat inap.

Penerapan AI: Kepercayaan dan Desain yang Manusiawi

Optimisme tinggi tak serta-merta mencerminkan kesiapan.

Hanya 41% tenaga kesehatan merasa teknologi saat ini sesuai dengan kebutuhan mereka, meskipun 79% turut terlibat dalam pengembangannya.

Kunci untuk membangun kepercayaan:

  • Kejelasan tanggung jawab hukum (46%)
  • Dukungan TI yang andal (43%)
  • Panduan penggunaan yang jelas (37%)
  • Pemantauan berkelanjutan terhadap sistem (35%)
  • Keamanan data (32%) dan pengurangan bias (31%)

Menariknya, hanya 17% tenaga kesehatan mengkhawatirkan ancaman terhadap pekerjaan mereka, menandakan bahwa AI dilihat sebagai pendamping, bukan pesaing.

Dari sisi pasien, kekhawatiran utama:

  • Hilangnya interaksi langsung dengan dokter (54%)
  • Risiko terhadap keamanan data pribadi (38%)

Bahkan mereka yang paham AI tetap menyimpan kekhawatiran serupa—menandakan bahwa edukasi saja tidak cukup tanpa pendekatan yang empatik.

Masa Depan: Membangun Sistem Kesehatan yang Lebih Cerdas

Pasien kini semakin mengandalkan platform digital.

82% lebih nyaman menerima informasi AI dari media sosial ketimbang saluran formal.
Ini menegaskan pentingnya kurasi informasi kesehatan digital yang akurat, terutama di daerah terpencil.

Dengan jangkauan luas JKN dan komitmen terhadap digitalisasi, Indonesia punya posisi strategis untuk memimpin adopsi AI secara etis dan efektif.

“Tantangan AI bukan semata teknologi, tapi juga soal kemanusiaan,” tegas Astri.
“Kombinasi transparansi, desain berbasis kebutuhan manusia, regulasi yang jelas, dan kolaborasi lintas sektor akan menjadi fondasi sistem kesehatan yang tangguh.”

Laporan FHI menyimpulkan: Masa depan AI dalam kesehatan Indonesia sangat menjanjikan—jika dikelola dengan bijak dan inklusif. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya