PEMERINTAH Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyiapkan program Kampung Siaga Bencana (KSB) sebagai salah satu bentuk mitigasi bencana untuk kota itu.
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid mengatakan, Palu sudah menjadi kota yang rawan bencana alam. Hal tersebut, lanjutnya, berdasarkan kejadian besar yang dialami kota tersebut pada 28 September 2018 silam. "Pascaperistiwa itu, 80 persen wilayah Palu masuk dalam zona merah rentan bencana," terang Hadianto, Kamis (9/6).
Menurutnya, bencana alam itu akhirnya memberikan hikmah yang besar. Du mana, Palu harus mampu menyiapkan diri untuk lebih mampu menghadapi bencana dengan mitigasi bencana. "Salah satunya adalah penyiapan dan penguatan KSB itu," tegas Hadianto.
Mantan anggota DPRD Palu itu, ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam KSB tersebut, di antaranya logistik, tim penyelamat, dapur umum, dan trauma healingnya.
"Misalnya, ada bencana mau evakuasi ternyata tidak ada peralatan dan perlengkapan untuk evakuasi. Semuanya harus betul-betul diperhatikan baik pra maupun pascabencana,” ungkapnya.
Hadianto menambahkan, berdasarkan pertemuan terakhir bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan para peneliti, terungkap bahwa kejadian 2018 itu sama seperti di Jepang dan akan terjadi sekitar 30 tahun lagi. Karena itu, ia sangat berharap agar KSB betul-betul dapat dibangun dengan baik, dan membangunnya bukan hanya satu tahun tetapi bertahun-tahun.
"Jangan kita pikir aman. Inilah yang disebut siaga. Jadi kita harus betul siaga. Ini tidak bisa hanya dikerjakan oleh Dinas Sosial, harus ada keterlibatan dari OPD, dan semua pihak," tandas Hadianto. (OL-15)