Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ahli: 10 Saran Bagi Pemimpin Dunia dalam Implementasikan Program One Health

Eni Kartinah
07/6/2022 14:32
Ahli: 10 Saran Bagi Pemimpin Dunia dalam Implementasikan Program One Health
Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur WHO Asia Tenggara.(MI/Himanda Amrullah)

SISTEM ketahanan kesehatan global terus dibayangi potensi ancaman kesehatan dari penularan penyakit. Seperti kondisi pandemi covid-19 saat ini, maupun ancaman lain seperti hepatitis akut misterius, cacar monyet (monkey pox), dan lain-lain.

Ancaman ini bukan hanya menarik perhatian pimpinan pemerintah, tetapi juga masyarakat luas yang kini lebih waspada setelah kejadian pandemi covid-19 melanda dunia.

“Kalau kita bicara pandemi covid-19 saat ini, kita bisa menyikapinya dengan mengantisipasi pandemi berikutnya yang mungkin saja bisa terjadi," ujar Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang kini didapuk sebagai ketua (chair) dalam rangkaian pertemuan G20 Side Event One Health di Indonesia.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Turunkan Kemampuan Sosial Anak

"Kita belum tahu kapan dan penyakitnya seperti apa, tetapi kita harus fokus pada masalah kesehatan hewan dan manusia, karena penting dan bisa berhubungan dengan pandemi,” jelas Prof. Tjandra dalam keterangan pers, Selasa (7/6).

Sebagian dari penyakit menular itu berhubungan dengan aspek penularan melalui hewan ke manusia, ataupun keamanan pangan, serta lingkungan tempat tinggal.

Karena itulah konsep One Health menjadi solusi baru untuk memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan manusia, hewan, keamanan pangan, dan lingkungan.

Baru-baru ini pada 17 Maret 2022, WHO (World Health Organization), FAO (Food Asociation Organization), WOAH (World Organization of Animal Health), dan UNEP (United Nations Environment Programme) dan dikenal sebagai Quadripartite, menandatangani kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) tentang new era of One Health.

Berhubungan dengan itu, pada presidensi G20 2022 saat ini Indonesia berperan penting dalam mendorong pemimpin negara anggota G20 supaya fokus dalam mengambil tindakan pencegahan, persiapan, dan respon terhadap pandemi (pandemic prevention, preparedness, response/PPR).

Salah satu pendekatan yang coba diusung dan dibahas lebih jauh adalah inisiatif One Health yang dinilai sangat vital.

“Karena seperti yang kita tahu pandemi COVID-19 tadinya diduga berhubungan dengan kelelawar atau trenggiling, begitu juga dengan wabah flu burung yang berhubungan dengan unggas, sangat terkait dengan kesehatan hewan,” ujar Prof. Tjandra

Pemimpin negara di dunia maupun pimpinan pemerintahan di Indonesia, perlu melakukan sepuluh hal, menurut Prof. Tjandra, agar bisa mengimplementasikan inisiatif One Health dengan lebih nyata.

Pemimpin negara di dunia maupun pimpinan pemerintahan di Indonesia, perlu melakukan sepuluh hal menurut Prof. Tjandra, agar bisa mengimplementasikan inisiatif One Health dengan lebih nyata.

Kedua, lebih lanjut Prof. Tjandra menjelaskan, baru-baru ini juga sudah dibuat Joint Plan of Action oleh Quadripartite yang terdiri dari 6 action track. Action tack yang pertama berkaitan dengan penguatan sistem kesehatan.

Kedua mengurangi risiko terjadinya kejadian luar biasa dan pandemi.

Ketiga mengendalikan dan mengeliminasi penyakit zoonosis, penyakit tropika terabaikan, dan waterborne disease. Keempat, berkaitan tentang keamanan pangan.

Kelima, tentang antimicrobial resistance atau ancaman mikroba yang mengganggu sistem ketahanan kesehatan. Lalu action track keenam, terkait dengan aspek lingkungan agar lebih terintegrasi dengan model One Health.

Agar pendekatan One Health ini terimplementasi dengan benar, maka harus diikuti oleh rencana aksi nasional (national action plan), serta untuk negara Indonesia yang luas, diikuti dengan rencana aksi sub nasional (sub national action plan).

“Ini sebenarnya bukan hal yang baru, karena program antimicrobial resistance (AMR) dulu sudah diinisiasi dalam global action plan (GAP). Saya berharap join plan of action sudah disetujui ditingkat global maka ada national action plan bahkan sub national action plan kedepannya,” kata Prof. Tjandra. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya