Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Riset Aksi Holosentrik untuk Pembangunan Pertanian

Mediaindonesia.com
19/5/2022 16:16
Riset Aksi Holosentrik untuk Pembangunan Pertanian
Dalam penerapan riset aksi holosentrik, peneliti tidak lagi mengambil jarak dengan petani, melainkan bersama petani untuk melakukan kajian.(DOK IPB.)

RISET aksi holosentrik sangat mendorong lahirnya kerja sama pemerintah, peneliti, dan petani dalam kerangka kerja kolaboratif dengan berorientasi pada pemecahan masalah-masalah pertanian di lapangan. Institut Pertanian Bogor (IPB) diharapkan bisa menjadi institusi pendidikan yang mendorong riset aksi holosentrik sebagai solusi dalam memecahkan kebuntuan sektoralisme pada program pembangunan pertanian yang selama ini masih menggunakan pendekatan teknosentrik. 

Hal itu disampaikan oleh Profesor Hermanu Triwidodo dalam orasi ilmiah berjudul Riset Aksi Holosentrik untuk Mengatasi Ledakan Hama pada penetapan guru besar IPB yang dibacakannya pada konferensi pers di Bogor, Kamis (19/5/2022). "Riset aksi holosentrik bisa menjadi inovasi pendekatan dalam mengatasi kasus-kasus ledakan hama yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Riset aksi holosentrik bisa menjadi prototipe riset untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan," kata Hermanu. 

Sebagai peneliti yang bergelut secara langsung di lapangan bersama petani selama lebih dari tiga dekade, Hermanu melihat pendekatan teknosentrik masih menjadi pendekatan utama dalam melihat permasalahan pertanian. Teknosentrik merupakan pendekatan yang digunakan dan menjadi dasar dari revolusi hijau. Implementasi pendekatan ini, kata dia, dilakukan dengan menerapkan paket teknologi yang dikembangkan oleh pusat kepakaran dengan cara pikir linier. 

Di sini, petani, kata Hermanu, hanya ditempatkan sebagai pengguna dari teknologi yang diproduksi oleh pusat kepakaran (center of excellence). Dalam hal ini, lanjutnya, permasalahan di lapangan didokumentasikan, dibawa, dan diteliti hingga mendapatkan kesimpulan dan teknologi yang siap untuk diterapkan oleh para petani. "Pada pendekatan ini penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimiawi sintitek menjadi satu hal penting. Pendekatan ini secara nyata memiliki kelemahan dan memunculkan situasi gagal dengan terjadinya ledakan hama wereng cokelat dan penggerek batang putih," tutur pria kelahiran Tulungagung, 65 tahun silam ini.

Dalam penerapan riset aksi holosentrik, Hermanu menjelaskan peneliti tidak lagi mengambil jarak dengan petani, melainkan bersama petani untuk melakukan kajian. Di sinilah, kata dia, membuka ruang dan kesempatan kepada semua pihak untuk berkontribusi dalam upaya penyelesaian masalah secara konstruktif. "Riset aksi holosentrik dalam pengelolaan hama memungkinkan peneliti dan petani menciptakan inovasi baru dari proses belajar bersama. Hal ini berbeda dengan pendekatan teknosentrik yang menempatkan petani sebagai pengguna dari teknologi yang dirancang oleh sumber pakar. Di sini, kontribusi peneliti dalam pendekatan holosentrik yaitu keterlibatan secara kolaboratif untuk menghasilkan solusi secara langsung tanpa menunggu publikasi ilmiah," ujarnya.

Baca juga: Perhutani Raih BUMN Entreprenurial Marketeers Award 2022

Hermanu juga menjelaskan salah satu implementasi dan instrumen dari pendekatan riset aksi holosentrik yaitu laboratorium lapang. Ini, kata dia, menjadi media tumbuh dan berkembang terhadap proses pembelajaran manusia dengan rasionalitas komunikatif. "Pada laboratorium lapang terlihat bahwa komunikasi menjadi lebih efektif. Antara peneliti dan petani tidak ada lagi jarak sebagaimana pada model teknosentrik," ujarnya. 

Dalam penelitian yang dikembangkannya, Hermanu melihat hamparan sawah tidak hanya dipandang secara fisik tetapi juga soft side of land. Ia melihat ada potensi tersembunyi dari pengalaman dan kearifan petani serta keanekaragaman biologi dengan berbagai tingkatan dan fungsinya. "Selama saya melakukan penelitian ini, interaksi unsur-unsur sistem lingkungan dan sistem sosial dengan nyata mempengaruhi dan menentukan hasil panen, bahkan interaksi berbagai pemangku kepentingan ini juga menentukan. Hal ini ditunjukkan dalam pendayagunaan musuh alami, lampu perangkap hama, pengumpulan kelompok telur yang melibatkan aparat desa hingga anak-anak sekolah yang menekan serangan penggerek padi," jelas ayah dua anak ini. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya