Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

KSP: Kaum Muda Harus Tanggap Bencana

Andhika Prasetyo
26/4/2022 22:54
KSP: Kaum Muda Harus Tanggap Bencana
Sejumlah warga mengikui pelatihan tanggap bencana perairan(Antara/Novrian Arbi)

KANTOR Staf Presiden mendorong kaum muda untuk tanggap dan siap siaga terhadap potensi bencana yang selalu mengintai.

Demikian disampaikan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Abetnego Tarigan dalam rapat koordinasi yang digelar bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana, Selasa (26/4).

“Budaya kesiapsiagaan bencana sebenarnya sudah dimiliki orang tua kita, kearifan orang tua perlu diwariskan ke generasi muda,” ujar Abetnego melalui keterangan resmi.

Beberapa praktik kehidupan masyarakat tradisional Tanah Air sedianya efektif mengurangi risiko bencana. Misalnya, nenek moyang yang tinggal di pesisir pantai selalu berupaya menjaga hutan mangrove untuk menghindari risiko abrasi. 

Pembangunan rumah adat Oma Hada di Nias, Sumatera Utara dengan struktur tiang dan sambungan tanpa menggunakan paku juga tahan terhadap gempa.

Menurutnya, jika praktik-praktik tersebut dikolaborasikan dengan kemampuan generasi milenial dan Z, risiko bencana akan dapat ditekan secara maksimal. Sebagaimana diketahui, kaum muda juga memiliki keunggulan dalam hal mewaspadai bencana. 

Pasalnya, mereka sudah dibekali begitu banyak teknologi canggih yang mampu menjadi alarm atau bahkan memprediksi sejumlah bencana.

Baca juga : KLHK Pastikan Pengelolaan Sampah Selama Libur Mudik Lebaran Sesuai Standar

“Oleh karena itu, melibatkan peran anak muda sangatlah penting. Jika tidak, di masa depan kita tidak hanya akan menghadapi dampak hilangnya jiwa manusia namun juga dampak ekonomi yang tidak kecil," tuturnya.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, rata-rata kerugian ekonomi akibat bencana mencapai Rp22,8 trilliun pada periode 2005-2017.

Secara geografis, Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.073 bencana terjadi pada 2012. Angka itu meningkat signifikan menjadi 2.372 bencana di 2017. 

Adapun, selama kurun 2005-2017, Kementerian Keuangan mengeluarkan dana cadangan rata-rata sebesar Rp3,1 triliun per tahun untuk pembiayaan penanggulangan bencana.

"Pembiayaan penanggulangan bencana gempa bumi mengisi peringkat pertama dengan besaran mencapai Rp7,56 triliun. Bencana kebakaran menempati peringkat kedua dengan biaya penanggulangan mencapai Rp6,32 triliun. Disusul bencana longsor Rp 4,29 triliun, bencana banjir Rp4,04 triliun, tsunami Rp2,71 triliun, letusan gunung api Rp1,25 triliun, cuaca ekstrem dan gelombang ekstrim Rp 1triliun dan kekeringan Rp0,01 triliun. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya