Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
SEKITAR 60% spesies kaktus akan berakhir di iklim yang kurang ramah selama beberapa dekade mendatang seiring pemanasan global. Ini menurut penelitian baru yang menantang asumsi lama bahwa tanaman gurun ikonis akan berkembang dengan lebih banyak panas.
Pada 2070, hingga 90% jenis kaktus dapat terancam punah karena perubahan iklim, hilangnya habitat, dan penyebab stres lain. Ini tiga kali lipat persentase saat ini, menurut laporan para ilmuwan di Nature Plants.
Sekitar 1.500 spesies kaktus yang tersebar di seluruh Amerika hidup di berbagai iklim, mulai dari gurun di permukaan laut hingga pegunungan Andes yang tinggi, dari ekosistem kering tulang hingga hutan tropis lembab. Tempat keanekaragaman hayati yang kaya spesies dan jumlah, termasuk Meksiko tengah dan Hutan Atlantik Brasil.
Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Hujan Ekstrem di Musim Badai
Untuk menguji gagasan bahwa kaktus mendapat manfaat dari dunia yang lebih hangat dan lebih rentan kekeringan, para peneliti yang dipimpin oleh Michiel Pillet dari University of Arizona memeriksa data lebih dari 400 spesies dan menjalankan model yang memproyeksikan cara kaktus bertahan di abad pertengahan dan seterusnya di bawah skenario emisi gas rumah kaca yang berbeda.
"Temuan itu menggambarkan masa depan yang lebih pesimistis," menurut penelitian yang diterbitkan Kamis (14/4). Saat ini, ancaman utama kaktus yaitu perluasan pertanian bersama dengan degradasi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pemanenan untuk berbagai penggunaan.
Bahkan tanpa perubahan iklim, kaktus menjadi salah satu kelompok organisme yang paling terancam punah di planet ini. Lebih dari 30% diklasifikasikan sebagai berisiko kepunahan, catat para penulis.
Di bawah skenario emisi moderat sejalan dengan kebijakan saat ini, pemanasan global akan segera menjadi ancaman yang signifikan juga. "Hasil kami menunjukkan bahwa perubahan iklim akan menjadi pendorong utama risiko kepunahan kaktus dengan 60% hingga 90% spesies dinilai terkena dampak negatif oleh pemanasan global," para peneliti melaporkan.
Baca juga: Covid-19 Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah hingga Enam Bulan
Dalam empat atau lima dekade, sekitar 25% spesies kaktus dapat mengalami iklim asing lebih dari seperempat dari jangkauan mereka saat ini. Studi sebelumnya menunjukkan gangguan fotosintesis--proses tanaman menggunakan sinar matahari untuk membuat makanan dari CO2 dan air--dengan hanya dua derajat celsius pemanasan global.
Suhu rata-rata permukaan bumi, termasuk lautan, sudah 1,1 derajat celsius lebih hangat daripada masa praindustri. Sekitar 1,7 derajat celsius lebih hangat di daratan saja. (AFP/OL-14)
Penelitian terbaru mencatat lebih dari 5.000 mamalia laut terdampar di pesisir Skotlandia sejak 1992.
Studi terbaru di jurnal One Earth mengungkap 60% wilayah daratan Bumi kini berisiko, dengan 38% menghadapi risiko tinggi.
Banjir monsun telah menyapu bersih seluruh desa, memicu tanah longsor, dan menyebabkan banyak orang hilang.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
Pemanis buatan seperti sakarin dan asesulfam K sudah lama digunakan sebagai pengganti gula. Namun, rasa pahit yang menyertai sering kali menjadi kendala.
Kemajuan teknologi dan hasil riset yang menjanjikan pada tikus telah membuka jalan bagi pengobatan untuk gangguan otak yang mematikan.
Penelitian di India ungkap, mangga bisa aman untuk penderita diabetes tipe 2 jika dikonsumsi terkontrol. Simak manfaat, riset, dan tips aman makannya.
Peneliti menemukan 6% burung liar di Australia memiliki kromosom satu jenis kelamin, tapi organ reproduksi milik jenis kelamin lain.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dialog kebijakan antara Australia dan Indonesia merupakan langkah penting menuju pembangunan kemitraan yang lebih dinamis dan saling menguntungkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved