Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Rekombinasi Tiga X di Omikron Belum Tentu Lebih Infeksius

M Iqbal Al Machmudi
06/4/2022 17:55
Rekombinasi Tiga X di Omikron Belum Tentu Lebih Infeksius
Virus korona.(CDC)

GURU besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menekankan bahwa varian SARS Cov 2 dengan nama Tiga X belum tentu memiliki dampak signifikan kepada manusia.

Sebelumnya tentang berbagai rekombinasi sub varian dari omikron serta yang gabungannya dengan varian Delta, yang secara umum dapat juga disebut dalam bentuk tiga X. Pertama dan ke dua adalah XD dan XF, yang merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian omikron BA.1.

Sedangkan, saat ini lebih banyak dibicarakan adalah X yang ke tiga, yaitu XE, yang merupakan gabungan dari varian Omikron BA.1 dan BA.2.

"Varian baru dan rekombinasi dapat saja terjadi pada virus pada umumnya, dan juga pada SARS CoV 2 penyebab covid-19. Rekombinasi memang dapat saja terjadi 'not an unusual occurrence' khususnya bila di populasi ada berbagai varian yang beredar," kata Tjandra dalam keterangannya, Rabu (6/4).

"Tetapi, adanya mutasi varian baru dan atau rekombinasi belum tentu punya dampak pada manusia, sebagian besar malah tidak ada dampaknya dan akan hilang, disebut sebagai most die off relatively quickly," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu .

Rekombinasi varian Delta dan varian omikron BA.1 yakni XD dan XF kasusnya tidak sampai 100 di seluruh dunia. Sampai akhir Maret 2022 ada sekitar 49 kasus XD di dunia, sebagian besar di Perancis. Sementara itu, dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus XF di Inggris.

"Di Inggris subvariant XE ini pertama kali di deteksi pada pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 sudah dideteksi 763 sampel XE di Inggris, selain juga di Tiongkok dan beberapa hari yang lalu di Thailand," ujarnya.

Karena jumlah kasus masih sedikit maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ke tiga X tersebut. Tjandra mengatakan bahwa hanya yang XE memang diperkirakan 10% lebih mudah menular. Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak tiga X ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin.

"Jadi kalau ada berita varian atau rekombinasi baru maka kita tidak perlu panik, ikuti saja perkembangan ilmu yang ada dan berita dari sumber yang benar," ungkapnya.

Di sisi lain, perlu juga diketahui bahwa virus korona secara umum juga dapat saja melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus.

Tetapi, kalau nanti ini terjadi maka belum tentu punya dampak berarti bagi kesehatan manusia, mungkin hanya fenomena di virus.

Hal yang sama dikemukakan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. "Karena rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi termasuk pada virus selain covid-19. Terlebih lagi, ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita," kata Wiku dalam pernyataannya.

Menurut Wiku, saat ini Thailand telah mengkonfirmasi adanya temuan varian baru Covid-19, yaitu Omicron XE. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa Omicron XE merupakan gabungan/rekombinan dari 2 varian Omicron yang sudah ada, yaitu BA.1 dan BA.2.

Jika merujuk data awal penelitian mendapati kemampuan penularan Omicron XE sekitar 10% lebih tinggi dari Omicron BA.2. Akan tetapi, WHO sendiri menekankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait temuan awal ini. Sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan, varian yang pertama kali ditemukan di Inggris ini belum ditemukan di Indonesia.

"Untuk itu, Pemerintah selalu memantau dan menggunakan data terkini dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berbagai penyesuaian kebijakan," pungkas Wiku. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik