Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
DOKTER spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia Marya Haryono menyarankan Anda mengetahui status gizi Anda sebagai salah satu upaya mendeteksi obesitas.
"Ketahui dulu status gizi masing-masing. Jangan sampai merasa tidak (obesitas) atau ketakutan sekali kayaknya kalau mengukur indeks massa tubuh ternyata masuk obesitas," kata dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) itu dalam webinar kesehatan, dikutip Selasa (8/3).
Anda bisa memeriksa indeks massa tubuh (IMT) yang perhitungannya melibatkan berat dan tinggi badan untuk mengetahui klasifikasi Anda apakah terlalu kurus atau berat badan berlebih. Tetapi ini bukan menjadi satu-satu ukuran.
Baca juga: Tidak Sediakan Gorengan Saat Rapat Bisa Bantu Cegah Obesitas
"BMI atau IMT bisa untuk ancer-ancer, berdasarkan berat badan dan tinggi badan lalu kita masukkan ke klasifikasi. Tapi kalau kita melihat namanya obesitas yakni tumpukan lemak, kita merasa badan yang gede-gede ini namanya obesitas. Bisa jadi iya, tetapi bisa jadi tidak," kata Marya.
Sebagai contoh, mereka yang yang rajin berolahraga bila diukur IMT-nya dapat seolah-olah masuk kriteria overweight atau obesitas. Tetapi begitu mereka diperiksa komposisi tubuhnya, ternyata didominasi massa otot dan ini justru hal yang baik.
Kondisi sebaliknya juga bisa terjadi, yakni orang dengan IMT normal, tetapi begitu dilihat komposisi tubuhnya ternyata didominasi lemak. Kondisi ini menempatkan mereka pada faktor risiko yang sama dengan orang-orang yang obesitas.
Dalam hal ini, maka pengukuran komposisi tubuh menjadi hal yang disarankan Marya.
Obesitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan.
Selain IMT, Anda juga bisa melakukan pengukuran lingkar perut menggunakan pita pengukur untuk mengetahui apakah Anda termasuk kategori obesitas sentral. Kondisi Anda dikatakan obesitas sentral jika lingkar perut lebih dari 80 cm (untuk perempuan) dan 90 cm (untuk laki-laki).
"Yang kita kuatirkan lemak bukan semata-mata angka timbangan. Kalau untuk menurunkan angka timbangan, enggak usah makan sudah pasti turun. Tetapi yang kita pentingkan sekarang bagaimana supaya badan tetap sehat, sistem imunnya baik," ujar Marya.
Dia mengingatkan pentingnya Anda menerapkan prinsip nutrisi seimbang yang bukan hanya semata memangkas asupan kalori demi mendapatkan berat badan normal.
"Turunkan berat badan ada prosesnya, kita enggak bisa mengacaukan sistem metabolisme tubuh dengan membuat risiko timbulnya penyakit yang baru. Jadi, ayo segera kembalilah pikirkan isi piringku. Kalau penasaran berapa kebutuhan nutrisi ayo lakukan pengukuran komposisi tubuh," kata Marya.
Kemudian, bila Anda memiliki penyakit tertentu, segeralah berobat ke dokter. Jangan lupa rajin beraktivitas fisik dan mencermati label pangan untuk mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular akibat pola makan tak sehat termasuk asupan berlebihan gula, garam dan lemak. (Ant/OL-1)
Dalam dunia kerja, obesitas dapat mengganggu keberlangsungan produktivitas (brain fog) dan penurunan kesehatan karena penyakit penyerta dari obesitas.
Samoa, Nauru, dan Tonga masuk dalam daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Simak data terbaru dari WHO.
Menurut data Survei Kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan, prevalensi obesitas nasional 2023 pada penduduk umur di atas 18 tahun, mengalami peningkatan.
Poin yang membedakan Lighthouse Advanced dari klinik lain adalah pendekatannya yang menyeluruh dan berkelanjutan melalui Companion Program.
OBESITAS pada anak merupakan kondisi yang bisa memicu munculnya berbagai penyakit berbahaya. Asupan Protein hewani bisa menjadi cara untuk mengatasi obesitas pada anak.
Protein hewani bukan sekadar pelengkap—bagi anak, ia adalah fondasi utama untuk tumbuh sehat dan terhindar dari obesitas.
Kegiatan dikemas dalam format talkshow, workshop, dan nonton bareng, dengan melibatkan para ibu rumah tangga sebagai peserta aktif.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga sangat menentukan perkembangan kognitif, motorik, hingga sosial emosionalnya.
ICW menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya menjadi program untuk menghamburkan uang negara. MBG tidak memenuhi standar gizi dan justru berpotensi menjadi pemborosan anggaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved