CAPAIAN pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di Aceh, dari data Kementerian Kesehatan di tahun 2019 tercatat 62,81%, meningkat menjadi 65,6% pada tahun 2020 dan 66,6% di tahun 2021.
"Sementara rata-rata nasional tercatat 71,58%, di bawah target yang ditetapkan sebanyak 80%,” kata Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Dyah Erti Idawati dalam keterangannya, Senin (7/3).
Angka-angka tersebut mengisyaratkan bahwa para orangtua khususnya ibu tidak boleh berhenti meningkatkan capaian pemberian ASI eksklusif demi masa depan anak-anak.
“Pemberian ASI secara eksklusif bukan tindakan kuno,” ujarnya.
Dyah menegaskan kegiatan pemenuhan asupan nutrisi lengkap untuk bayi demi menciptakan anak-anak Aceh yang sehat, tangguh dan kuat. Sebab asupan nutrisi lengkap yang terkandung dalam ASI, teruji mampu menjaga daya tahan tubuh bayi.
“Pemberian ASI tidak hanya penting bagi daya tahan tubuh bayi, tapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi ibu,” tuturnya.
Dia menambahkan, pentingnya ASI bagi bayi dan ibu membuat pemerintah melahirkan sejumlah kebijakan untuk peningkatan capaian pemberian ASI eksklusif yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
Bahkan pemerintah setempat juga mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 49 Tahun 2016 Tentang Pemberian ASI Eksklusif serta Pergub Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh.
“Pemberian ASI Eksklusif berhubungan erat dengan pencegahan stunting pada anak,” lanjutnya.
Baca juga: ASI Eksklusif Mampu Cegah Alergi pada Anak
Saat ini, pihaknya juga sangat konsen terhadap pencegahan stunting, upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap stunting pun terus digenjot agar kesadaran semakin meningkat. Hal ini untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kabupaten dan Kota mulai dari peluncuran Rumah Gizi Gampong (RGG), memaksimalkan pemanfaatan Posyandu untuk kampanye dan sosialisasi ASI Eksklusif, mendidik kader Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) sampai pemanfaatan dana gampong untuk penanganan stunting dan gizi buruk.
Dyah berharap melalui momentum dan para anggota Komunitas Aceh Menyusui (KAM) yang telah bergabung dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) terus-menerus berbuat dan bergerak demi menciptakan anak-anak Aceh yang sehat, tangguh dan kuat.
“Marilah sama-sama bekerja mengubah pandangan semua orang, bahwa pemberian ASI Eksklusif tidaklah kuno, dan merupakan pilihan terbaik bagi anak–anak,” pungkasnya.(OL-5)