Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
Konselor Laktasi dari Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro Jaya, dr. Nia Wulan Sari, menegaskan bahwa masalah tongue tie dan lip tie pada bayi tidak selalu memerlukan tindakan medis seperti insisi atau pembedahan.
Menurutnya, diagnosis tongue tie dan lip tie membutuhkan observasi yang cermat terhadap kondisi ibu dan bayi secara keseluruhan.
"Tongue tie tidak selalu harus diinsisi atau digunting. Sebelumnya, perlu dilakukan observasi yang lebih mendalam," ujar dr. Nia dalam diskusi daring yang berlangsung pada Senin (4/8).
Ia menjelaskan bahwa baik tongue tie maupun lip tie memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Tongue tie sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yakni anterior (depan), tengah, dan posterior (belakang).
Penilaian apakah tindakan medis diperlukan tidak bisa langsung diambil. Fokus utama, menurut dr. Nia, adalah menilai fungsi menyusui bayi terlebih dahulu.
"Jika tongue tie menghalangi pergerakan lidah secara signifikan, misalnya bayi tidak bisa menjulurkan lidah atau mengangkatnya, barulah tindakan medis seperti insisi bisa dipertimbangkan. Namun, semua ini harus melalui observasi terlebih dahulu," ujarnya.
Biasanya, observasi dilakukan selama 1 hingga 3 minggu. Dr. Nia menambahkan, hampir semua ibu dan bayi mengalami masalah dalam proses latching (penempelan mulut bayi pada payudara) pada awalnya, baik ada atau tidaknya tongue tie. Oleh karena itu, langkah pertama yang disarankan adalah memperbaiki latching terlebih dahulu.
Selain dari sisi bayi, dr. Nia juga menekankan pentingnya memperhatikan faktor ibu. Kondisi seperti payudara besar, puting pendek, inverted (masuk ke dalam), atau flat dapat mempersulit proses menyusui, meskipun tidak ada kaitannya langsung dengan tongue tie.
"Sebagai contoh, jika bayi mengalami tongue tie depan, sementara ibu memiliki puting inverted, itu bisa menjadi penyebab kesulitan menyusui," jelasnya.
Penilaian terhadap tongue tie dan lip tie harus dilakukan secara komprehensif. Beberapa indikator yang perlu diperhatikan antara lain posisi menyusui, teknik latching, penurunan berat badan bayi yang drastis, proses menyusui yang tidak kunjung selesai, serta kondisi ibu seperti puting lecet atau payudara bengkak.
"Semua itu bergantung pada kemampuan ibu dan bayi. Tidak semua kasus perlu tindakan insisi. Ingat, menyusui adalah tentang kemampuan bayi dalam menyusu dari ibunya," tutup dr. Nia. (Z-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved