Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
LIMA Destinasi Wisata Super Prioritas Indonesia harus dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan agar kegiatan pariwisata tidak berdampak buruk pada pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Diakui Wakil Menteri LHK Alue Dohong, saat ini memang pengelolaan lingkungan, khususnya sampah di destinasi pariwisata masih menjadi tantangan utama. Berdasarkan Survei Sapu Gunung yang dilakukan KLHK bersama komunitas pencinta alam pada 2016, diketahui terdapat sebanyak 453 ton sampah di 8 destinasi wisata alam taman nasional. Dari jumlah tersebut, 240 ton atau 53% persennya merupakan sampah plastik yang dipastikan dapat merusak ekosistem taman nasional.
"Sampah plastik memang menjadi tantangan utama dalam mengembangkan 5 destinasi wisata super prioritas," kata Alue dalam acara bertajuk Membangun Destinasi Paiwisata Super Pioritas, Melalui Pengelolaan Sampah Berwawasan Lingkungan, Selasa (1/3).
Namun demikian, Alue memastikan KLHK telah memberikan perhatian serius mengenai penyelesaian persoalan sampah di lima destinasi wisata super prioritas dengan berbagai pendekatan. Mulai dari memberikan bantuan kepada pemerintah daerah, memberikan sarana dan prasarana, pendampingan bimbingan teknis, membangun pilot project, kampanye, edukasi ke masyarakat dan meningkatkan kapasitas aparat dan pemda.
"KLHK terus memberikan perhatian dan dukungan serius untuk mewujudkan pengelolaan sampah yan terintegrasi dan berwawasan lingkungan di lima wilayah tersebut," beber Alue.
Baca juga: Aturan Plastik Sekali Pakai di Daerah Belum Diimplementasikan dengan Baik
Dalam hal ini, Alue menegaskan pengelolaan sampah di lima destinasi wisata prioritas bukan hanya tanggung jawab KLHK, melainkan semua pihak yang terlibat di dalamnya seperti pihak swasta, akademisi, hingga masyarakat.
"Yang menjadi kunci dari pengelolaan sampah di destinasi pariwisata adalah cegah, pilah dan olah sampah. Ini perlu diterapkan di destinasi pariwisata dan membutuhkan komitmen dan tanggung jawab semua pihak, terutama pengelola destinasi itu sendiri dan pemerintah daerah di lokasi itu," imbau Alue.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Toba Rajaipan O. Sinurat mengungkapkan pihaknya terus berupaya melakukan terobosan pengelolaan sampah, terlebih saat pemerintah menetapkan Toba sebagai kawasan destinasi pariwisata super prioritas.
"Kita telah melakukan sosialisasi. Kita libatkan lintas sektor mulai dari tokoh agama, pemuda, termasuk dari beberapa gereja. Kita buatkan surat imbauan agar bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik," ucap Rajaipan.
Upaya lainnya yang dilakukan dengan mengadakan acara Kamis Bersih bagi ASN untuk memberikan contoh kepada masyarakt bagaimana melakukan pemilahan sampah yang baik.
"Kita juga melibatkan masyarakat. Kita tahu bagaimana permasalahan sampah di Toba jadi prioritas utama Untuk itu kita akan tetap bekerja sama dengan berbagai pihak," pungkas dia.(OL-5)
Pelibatan anak-anak dalam berbagai upaya mengurangi sampah plastik disebuat bisa membuat kesuksesannya lebih maksimal.
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
a mengungkapkan khusus untuk sampah plastik masih menjadi permasalahan di desanya karena belum mampu untuk diolah.
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
Pendanaan konservasi ini memerlukan anggaran besar sehingga memerlukan kontribusi semua pihak untuk menutup gap antara anggaran dengan kebutuhan yang tersedia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved