Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERNAH minum susu lalu perut jadi terasa tak nyaman? Kejadian seperti ini pernah dialami Anya Geraldine. Masalah itu tentu mengganggu kesibukan dan produktivitas Anya sebagai seorang aktris dan model.
“Karena penasaran, saya mulai cari tahu dengan membaca artikel, literatur, dan konsultasi ke dokter serta ahli gizi," kata Anya.
"Ternyata setelah baca-baca dan konsultasi, ketidaknyamanan ini disebabkan karena gula (laktosa) yang terkandung pada produk susu sapi. Hal ini menyebabkan gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Rupanya, ia mengalami intoleransi laktosa atau timbulnya rasa tak nyaman, seperti kembung, begah, bahkan diare, karena sistem pencernaan tidak mampu mencerna zat laktosa yang terkandung dalam susu sapi.
Setelah tau penyebabnya, Anya pun jadi lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman yang dikonsumsi. Beragam varian susu bebas laktosa yang beredar di pasaran, seperti susu plant based dapat menjadi solusi.
Tetapi, perempuan yang juga memiliki bisnis di bidang kuliner dan kosmetik itu tetap lebih menggemari susu sapi karena rasa yang lebih nikmat di lidah dan juga nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Sebetulnya, apakah intoleransi laktosa itu? Nutrisionist Dr. Arif Sabta Aji, menjelaskan, intoleransi laktosa terjadi ketika sistem pencernaan tidak mampu mencerna laktosa. Laktosa adalah salah satu jenis karbohidrat dalam susu sapi.
Normalnya, dalam sistem pencernaan, laktosa dipecah menjadi karbohidrat sederhana (gula) oleh enzim laktase untuk diserap usus. Tapi, tidak semua orang mampu memproduksi enzim laktase dalam jumlah cukup untuk memecah laktosa.
Laktosa yang tidak tercerna dengan baik itu pada akhirnya menimbulkan gejala-gejala mengganggu seperti kembung, bahkan diare. Gejala itu umumnya muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi susu sapi.
“Intoleransi laktosa banyak dialami orang Asia, termasuk Indonesia. Hal ini berkaitan dengan nenek moyang orang Asia yang ketika dewasa tidak terbiasa minum susu sapi dalam kesehariannya. Sehingga, kemampuan memproduksi enzim laktase lama kelamaan berkurang, bahkan tidak mampu sama sekali. Kondisi ini diturunkan secara genetis antar generasi,” terang Arif.
Intoleransi laktosa, lanjutnya, tidak sama dengan alergi susu sapi. Alergi merupakan bentuk reaksi sistem imun tubuh terhadap protein susu sapi.
Gejalanya lebih sering berupa ruam/gatal di kulit. Alergi bisa berkurang dan hilang ketika seseorang mencapai usia remaja/dewasa. Tapi, tidak demikian dengan intoleransi laktosa. “Kondisi intoleransi laktosa akan menetap seumur hidup,” kata ahli gizi itu.
Intoleransi laktosa kerap membuat seseorang enggan minum susu sapi. Padahal, Arif menekankan, susu sapi kaya akan berbagai zat gizi yang dibutuhkan seluruh golongan usia, mulai dari bayi hingga lansia.
“Susu sapi merupakan sumber protein terbaik kedua setelah telur. Susu sapi juga kaya akan vitamin dan mineral seperti kalsium, fosfor, vitamin B, vitamin D, dan kalium," kata Arif.
"Mengonsumsi susu dapat menambah kekuatan tulang, menjaga kesehatan jantung, meningkatkan massa otot, menurunkan risiko kanker, meningkatkan sistem imun tubuh, menurunkan kadar gula dalam darah, menjaga tekanan darah, meningkatkan energi dan kebugaran tubuh, mengoptimalkan fungsi otak, mencegah depresi, mencegah masalah gigi, mempercepat penyembuhan luka, menjaga berat badan, memelihara kesehatan mata, dan bisa membuat kulit lebih segar,” papar Arif.
Jadi, bagaimana solusi bagi mereka yang mengalami intoleransi laktosa agar bisa mengonsumsi susu sapi? “Pilih produk susu sapi yang bebas laktosa,” saran Arif.
Terkait hal itu, produsen susu terbesar kedua di Indonesia, PT. Global Dairi Alami, telah meluncurkan MilkLife Susu Bebas Laktosa, yaitu produk susu sapi segar yang tidak mengandung laktosa. “
Dalam proses produksi, kami menggunakan teknologi enzimatis, yaitu menambahkan enzim laktase ke dalam susu sapi untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga dihasilkan produk susu sapi segar yang bebas laktosa. Inovasi ini bisa membantu masyarakat yang mengalami intoleransi laktosa untuk tetap dapat menikmati kebaikan susu sapi bagi kesehatan tubuh,” ungkap CEO of Global Dairi Alami, Ihsan Mulia Putri.
Kehadiran MilkLife Susu Bebas Laktosa yang terdiri dari varian rasa original dan mocha itu sekaligus mendukung tujuan kampanye #BeraniMinumSusu yang digaungkan PT. Global Dairi Alami.
Kampanye itu bertujuan untuk mengajak masyarakat Indonesia rutin mengonsumsi susu setiap hari dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan nutrisi.
“Dengan adanya susu sapi segar yang bebas laktosa, kami berharap masyarakat yang tadinya enggan minum susu karena khawatir akan efek intoleransi laktosa, punya pilihan untuk menikmati susu sapi dengan aman dan nyaman,” imbuh Ihsan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, peluncuran kampanye #BeraniMinumSusu didasari oleh rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menyatakan jumlah rata-rata konsumsi susu di Indonesia sebesar 16.27 kg/kapita/tahun.
Angka tersebut jauh lebih sedikit di bawah rata-rata konsumsi susu dari negara tetangga seperti Malaysia 26.20 kg/kapita/tahun, Myanmar 26.7 kg/kapita/tahun, dan Thailand 22.2 kg/kapita/tahun.
Rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia tidak lepas dari rendahnya populasi sapi perah di Indonesia.
Hingga tahun 2021, tercatat populasi sapi perah hanya 584.582 ekor, dengan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) pertahun sebesar 997.35 ribu ton/tahun.
Jumlah sebesar itu baru mencukupi 22% dari total kebutuhan, yaitu 3,8 juta ton/tahun. Sisa kebutuhan dicukupi dari impor yang membuat harganya kurang terjangkau bagi sebagian masyarakat.
PT. Global Dairi Alami berupaya mengatasi kendala itu. Dalam memproduksi susu MilkLife, PT. Global Dairi Alami menghasilkan susu dari peternakan sendiri yang mengusung konsep From Farm to Table yaitu mulai dari produksi susu, hingga pendistribusian sampai di meja konsumen dilakukan secara terintegrasi.
“Kandungan gizi, dan kesegaran susu MilkLife, dihasilkan dari jenis sapi Friesian Holstein, yang dirawat dengan sangat baik mulai dari kualitas makanan sapi hingga peternakan yang dikelola dengan teknologi modern,” imbuh Ihsan.
Tidak hanya berfokus kepada produksi susu, PT. Global Dairi Alami juga peduli dan taat terhadap kesejahteraan lingkungan, melalui pengimplementasian sistem teknologi biogas, yang mampu mengolah kotoran sapi menjadi energi untuk pabrik sapi yang digunakan sebagai pemanas susu dalam proses pasteurisasi.
“Hal ini menjadi bagian dari upaya kami dalam menjaga kelestarian lingkungan,” pungkas Ihsan. (Nik/OL-09)
Untuk іtu, bаgі ibu hаmіl, mеnjаgа kondisi kеѕеhаtаn ѕаngаt реntіng dіlаkukаn. Sаlаh ѕаtunуа dengan tіdаk ѕеmbаrаngаn mеmіlіh jеnіѕ mаkаnаn.
Platform aduansalahsusu.id. merupakan sarana bagi masyarakat untuk mengawal kebijakan pemerintah terkait konsumsi dan promosi kental manis.
Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan, 1 dari 4 anak balita Indonesia mengalami risiko anemia. Cegah dengan kecukupan asupan zat besi.
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Niar Umar menyayangkan masih adanya produk susu anak dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) menggunakan gula tambahan.
Munculnya jerawat pada wajah dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya makanan yang dikonsumsi.
Penyebab obesitas sebenarnya bukanlah susu, melainkan asupan makan yang berlebih, termasuk pola hidup yang tidak aktif.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Budi Setiabudiawan mengungkapkan bahwa prevalensi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi (ASS) mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
Risiko alergi pada anak yang masih sering terjadi ternyata belum diikuti dengan pemahaman serta penanganan alergi yang tepat dari orangtua.
Alergi susu sapi dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang dimiliki anak bereaksi berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi.
Konsumsi susu sapi memang sudah menjadi bagian dari menu harian banyak orang. Tapi tidak dipungkiri ada banyak orang yang tidak bisa mengkonsumsi nya diakibatkan berbagai hal.
Alergi susu sapi terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak.
Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh tidak mampu mencerna laktosa, yaitu gula alami yang terdapat dalam susu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved