Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MASIH banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa kebiasaan membakar sampah di tempat terbuka merupakan salah satu penyebab dari polusi udara.
Padahal, di tengah pandemi ini, kualitas udara yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan pernapasan manusia.
Prigi Arisandi, Direktur Ecological Observation & Wetland Conservation (Ecoton), sebuah Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah mengatakan, ada dua hal yang perlu didorong agar pembakaran sampah tidak lagi menjadi kebiasaan masyarakat, yaitu edukasi kepada masyarakat serta peran dari pemerintah dalam mengelola sampah.
“Yang pertama, bagaimana masyarakat harus mendapatkan edukasi melalui sekolah dan dunia pendidikan, bahwa membakar sampah mengeluarkan bahan-bahan kimia (yang berdampak buruk),” ujar Prigi dalam video yang diunggah akun instagram Bicara Udara, diakses Senin (10/1).
Sedangkan yang kedua, lanjut Prigi, perlu adanya upaya dan aksi nyata dari pemerintah untuk menyediakan sarana pengelolaan sampah yang baik dan memadai. Sebab, menurutnya, saat ini regulasi pengelolaan sampah dari pemerintah masih belum optimal.
“Pemerintah selalu saja banyak membuat aturan tapi kurang baik dalam implementasi dan pengawasan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Prigi menuturkan bahwa jika dilihat secara nasional, setiap tahun masyarakat menghasilkan 8 juta ton sampah plastik. Sementara hanya 3 juta ton yang dikelola oleh pemerintah.
“Artinya, ada 5 juta ton sampah yang terabaikan. 2,6 juta ton sampah dibuang ke sungai, sisanya 2,4 juta ton akan dibakar. Jadi, perilaku membakar sampah itu terjadi di mana-mana,” terangnya.
Oleh karena itu, Prigi mengatakan perlu peran dari masyarakat melalui berbagai macam komunitas yang secara mandiri dapat aktif untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai lingkungan, khususnya tentang pengelolaan sampah.
“Memang untuk mewujudkan masyarakat yang berpartisipasi dan berkontribusi pada lingkungan dibutuhkan akses informasi. Dari tersedianya informasi ini, kami yakin lambat laun akan tercipta masyarakat yang kritis, mandiri, dan memperjuangkan lingkungan yang sehat dan bebas pencemaran,” pungkasnya. (RO/OL-09)
DI tengah krisis iklim yang kian nyata dan ketidakadilan sistemis terhadap perempuan yang terus menganga, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar kepemimpinan yang cerdas dan tegas.
Ketika wilayah jelajah buaya menyempit akibat alih fungsi lahan dan pembangunan permukiman, buaya cenderung masuk ke lingkungan manusia untuk mencari makan.
PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) menyelenggarakan serangkaian kegiatan lingkungan bertema Beat Plastic Pollution atau Hentikan Polusi Plastik.
Sebagai bentuk implementasi nyata dari komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), Krakatau Posco menjalankan program konservasi mangrove di Desa Lontar, Serang
Hotel ibis Palembang Sanggar dengan bangga mengumumkan keberhasilan meraih sertifikasi Green Key, sebuah penghargaan prestisius bertaraf internasional
Kepolisian RI dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk sinergi dalam penegakan hukum guna memastikan kelestarian lingkungan hidup Indonesia.
Autothermix, solusi pengolahan sampah tanpa TPA, efisien dan ramah lingkungan, cocok untuk kawasan permukiman dan perkotaan.
Sampah plastik multilayer diolah menjadi serpihan (flakes) yang dapat dimanfaatkan oleh industri daur ulang.
Dengan banyaknya sampah di dunia maya maupun di dunia nyata Media Indonesia berkolaborasi dengan Trash Ranger Indonesia
Salah satu aksi atasi sampah dilakukan sekelompok anak muda yang tergabung dalam Trash Ranger Indonesia.
PT Pertamina International Shipping menjaga ekosistem laut di Kepulauan Seribu dengan melakukan aksi transplantasi terumbu karang dan pembersihan sampah di area tersebut.
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved