Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pentingnya Sistem Pengelolaan Sampah demi Pembangunan Berkelanjutan

Laela Zahra - Metro TV
26/12/2021 10:05
Pentingnya Sistem Pengelolaan Sampah demi Pembangunan Berkelanjutan
Contoh pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku di Jimbaran, Badung, Bali, Jumat (10/9).(ANT/Fikri Yusuf)

SAMPAH menjadi persoalan serius yang dihadapi seluruh dunia saat ini. Berbagai kebijakan dibentuk pemerintah setiap negara untuk mendorong pengelolaan sampah menuju ekonomi sirkular. 

Pendidikan dan penerapan tentang kepedulian terhadap lingkungan dan cara mengelola sampah menjadi isu sangat penting yang di beberapa negara sudah dijadikan materi pengajaran mulai dari tingkat pendidikan usia dini, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.  

Idealnya, setiap negara perlu memiliki fasilitas pengelolaan limbah modern. Dengan fasilitas ini pengelolaan limbah dapat lebih berdampak besar bagi lingkungan. Persoalannya, untuk membangunnya membutuhkan dana yang tidak sedikit alias mahal. 

Pakar teknik lingkungan dari Universitas Kyonggi, Korea Selatan, Seung Whee Rhee, mengatakan Indonesia dan Korea Selatan dapat membentuk kolaborasi program atau penelitian sistem pengelolaan limbah. 

Di Korea Selatan, ia menjelaskan, pengelolaan sampah menuju ekonomi sirkular sudah mulai dipertegas melalui sejumlah kebijakan pemerintah dan praktik berkelanjutan. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan itu pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat Korea.

"Tapi (untuk sekarang) lebih dimungkinkan untuk membangun lebih banyak kolaborasi Indonesia-Korea dari kelompok masyarakat. Ini penting bahwa masyarakat menginginkan ini terlebih dahulu untuk menuju masyarakat ekonomi sirkular," kata Rhee dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia, di Jakarta, pekan ini.
 
Rhee menerangkan, Korea Selatan mengimpor 95% kebutuhan energi dan sumber dayanya dengan total anggaran impor sebesar US$503,3 miliar setiap tahun. Pada 2019, sebanyak 65% penggunaan energi bergantung pada bahan bakar fosil.

Sementara itu, jumlah sampah di Korea Selatan meningkat dari 346.669 ton per hari pada 2007 menjadi 497.238 ton per hari pada 2018. Selama 10 tahun tingkat pertumbuhan tahunannya sekitar 3,05%. Ini diikuti juga dengan peningkatan industri dengan kecepatan yang sama pesat. 

"Secara global, masalah terpenting di bidang pengelolaan sampah dan sirkulasi sumber daya adalah pertumbuhan pembangunan berkelanjutan (SDG's) dan ekonomi sirkular yang menyertai netralitas karbon. Keberlanjutan adalah isu yang paling penting, yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan," jelas Rhee. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya