Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perjalanan 25 Tahun Tim Bedah Saraf Siloam Melayani Indonesia

Humaniora
15/12/2021 20:30
Perjalanan 25 Tahun Tim Bedah Saraf Siloam Melayani Indonesia
Press Conference - 25 Tahun Tim Bedah Saraf Siloam Melayani Indonesia” yang digelar virtual pada Rabu (15/12/2021)(Dok Alia Karimatu)

SUDAH 25 tahun sejak pertama kali Tim Bedah Saraf Siloam melayani Indonesia. Penghargaan pun diberikan kepada 80 dokter yang telah mendedikasikan dirinya untuk memberikan kesembuhan bagi masyarakat khususnya di Indonesia.

Dokter spesialis bedah saraf dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp. BS (K) menjelaskan tentang awal mula pembuatan tim dokter bedah saraf dan bagaimana pada sekitar tahun tersebut belum ada praktik operasi untuk beberapa kasus saraf dan otak.

“Terbesit dalam benak saya, begitu banyak prosedur tindakan bedah saraf yang waktu itu kita tidak bisa lakukan di Indonesia,” ucapnya. “Waktu itu sebagian besar yang kami lakukan itu masalah kecelakaan lalu lintas, masalah kelainan bawaan, dan beberapa kasus stroke. Mengenai kasus operasi mikro, kasus endovascular, kasus radiosurgery, belum pernah ada. Sehingga terbesit suatu pikiran, ‘Kenapa Indonesia tidak bisa?’,” kata dia dalam konferensi pers “Press Conference - 25 Tahun Tim Bedah Saraf Siloam Melayani Indonesia” pada Rabu (15/12),

Baca jugaKasus Positif Harian Bertambah 205 Orang. Terbanyak di Jabar

Tim ahli bedah saraf ini bertujuan agar fungsi dari seluruh anggota tim menjadi maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Kita ingin tim ini menjadi makin kompeten dan makin besar. Tujuannya bukan hanya sekedar besar, tetapi memberikan layanan yang terbaik,” tutur dr. Julius July, Sp. BS (K), spesialis bedah saraf.

Jika dilihat secara garis besar, hingga hari ini tindakan bedah saraf yang paling banyak ditangani, antara lain tumor, tumor, dan gangguan tulang belakang. Selama pandemi covid-19, kasus bedah saraf sempat turun karena adanya batasan dan masih kurangnya informasi mengenai penyebaran virus.

Namun, semakin hari ternyata ada peningkatan masyarakat Indonesia mulai mencari layanan kesehatan, khususnya untuk kasus bedah saraf, di dalam negeri. Dengan ini dapat menjadi kesempatan kepada masyarakat bahwa tim bedah saraf di Indonesia sudah mulai maju juga dengan adanya teknologi-teknologi yang semakin maju. 

“Saya kira ini memang satu kesempatan untuk kita membuktikan kepada masyarakat Indonesia secara umum bahwa hasil di kita juga cukup baik,” jelas Julius. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya