Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DOSEN Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pelita Harapan (UPH), Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K)., M.Kes., IFAANS., dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Bedah Saraf pada Rabu (15/12) berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertanggal 1 Juli 2021.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Pemahaman dan Penerapan Neuroplastisitas Otak: Berawal dari Rehabilitasi Fungsi Otak dalam Bidang Bedah Saraf hingga Proses Belajar dan Psikomotor”, Prof. Julius menjabarkan keistimewaan salah satu organ manusia yaitu otak.
Melalui paparannya, Prof. Julius juga menjelaskan terkait neuroplastisitas otak; yaitu istilah yang menggambarkan kemampuan otak untuk selalu belajar, berubah dan beradaptasi sepanjang hidup kita, baik secara struktur maupun fungsi.
“Selama bertahun-tahun berkecimpung dalam bidang bedah saraf, mulai dari masa sebagai dokter residen bedah saraf hingga saat ini, saya memperhatikan dan mempelajari banyak hal tentang keistimewaan organ manusia yaitu otak. Terutama kemampuan otak untuk pulih dari gangguan fungsi yang kita sebut defisit neurologis," paparnya.
"Salah satu contoh kasusnya ada pada pasien saya, wanita muda usia 17 Tahun, dengan riwayat kejang berulang, dan tangan kirinya spastik dengan kekuatan motorik 4," kata Prof.Julius.
Pasien itu berkeinginan kuat untuk sembuh dari kelainan pembuluh darah otak (Arteriovenous malformation / AVM) yang dia alami. Akhirnya operasi dilaksanakan dan AVM berhasil diangkat dengan baik.
"Pasca-operasi, pasien mengalami kelumpuhan sisi kiri selama beberapa bulan dan menjalani fisioterapi. Setelah sembilan bulan, fungsi motorik sisi kiri kembali seperti semula," katanya.
"Saya ikut bahagia, karena pasien sudah sehat. Banyak kasus AVM kortikal (di permukaan otak) yang juga memperlihatkan hasil yang sama. Hal ini benar-benar membuktikan kemampuan otak untuk pulih dari gangguan fungsi yang kita sebut defisit neurologis,” jelas Prof. Julius.
Menurut Prof.Julius, sebagai seorang dokter spesialis bedah saraf, tidak hanya perlu memahami teknik operasi saja, tetapi juga harus menguasai ilmu dasar seperti mengenal dan memahami bagaimana neuron bekerja, berkomunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya, dan bagaimana kehidupan neuron yang sehat dalam keseimbangan (homeostasis).
Di samping itu juga anatomi otak, pembuluh darah yang mensuplai aliran darahnya, termasuk semua faktor yang bisa mempengaruhi fungsinya, seperti asupan dan pengaruh lingkungan.
"Jika ada indikasinya, para dokter juga masih harus menguasai pengobatan lanjutan dan implikasinya seperti radiasi, kemoterapi, molekuler terapi, dan imunoterapi," tuturnya.
"Tidak menutup kemungkinan juga untuk perkembangan terapi lainnya yang jauh lebih baik, untuk itu para dokter harus selalu up to date mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan," papar Prof,Julius.
“Sebagai seorang spesialis bedah saraf, kita harus selalu menerapkan prinsip-prinsip kesehatan untuk pemulihan pasien-pasien kita, disamping tindakan dan obat-obatan yang kita berikan," ucapnya.
"Kita perlu memastikan bahwa nutrisi pasien cukup, oksigenasi harus baik dan memadai, pemulihan fungsi juga harus didukung oleh fisioterapi yang baik dan benar, edukasi pasien dan keluarga juga penting, dan tentunya penatalaksanaan gangguan tidur," jelasnya.
"Kita senantiasa harus mengingatkan pasien dan keluarga untuk menerapkan berbagai prinsip kesehatan, supaya kita mendapatkan hasil pengobatan yang optimal,” jelas Prof. Julius.
Dalam pengukuhannya, Prof. Julius July juga berharap dan juga berpesan untuk para dokter bedah saraf, terutama kepada para mahasiswa FK UPH dan seluruh residen bedah saraf di seluruh Indonesia untuk terus mengasah kemampuan dan keahlian dalam memahami sifat dan uniknya otak manusia.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi UPH, atas dikukuhkannya Prof. Dr. dr. Julius July sebagai Guru Besar di Bidang Ilmu Bedah Saraf.
Penambahan guru gesar ini membuktikan bahwa UPH terus mendukung kemajuan ilmu pendidikan kedokteran di Indonesia agar semakin berkarya dan melahirkan dokter-dokter yang memiliki kemampuan intelektual yang baik, terampil, komitmen dalam melayani, mewujudkan kesehatan masyarakat, serta memiliki sikap profesional. (Nik/OL-09)
Sebanyak 46 perawat muda Indonesia secara resmi dilepas menuju Wina, Austria, dalam program International Nurse Development Program Scholarship (INDPS) Cycle 2.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
Fasilitas yang diresmikan antara lain Lobby Karol Wojtyla, ATMACanteen dan Goa Maria Immaculata.
Semakin banyak mahasiswa internasional kini memilih Inggris atau Kanada sebagai tujuan kuliah.
Prof. Bo An menjelaskan tentang peran penting Autonomous Agents dalam memecahkan berbagai permasalahan kompleks di dunia nyata.
Rektor UP menekankan pentingnya membangun kerja sama antar institusi pendidikan tinggi dalam mengimplementasikan praktik-praktik keberlanjutan yang konkret dan berdampak luas.
DERETAN kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum dokter di berbagai wilayah telah memicu kemarahan publik karena tercela dan mencoreng profesi kedokteran.
DUNIA kedokteran regeneratif berkembang sangat pesat. Hal terutama dalam inovasi terapi sel punca dan teknologi kedokteran masa depan.
Proktologi adalah cabang spesialisasi kedokteran bedah yang menangani penyakit area anorektal, seperti wasir (hemoroid), fistula ani, fisura ani, striktur, abses, hingga prolaps rektum.
KEMENTERIAN Agama terus memperkuat kajian terkait integrasi Islam dan sains, terutama dalam konteks kedokteran dan kesehatan masyarakat.
KESEHATAN masyarakat merupakan salah satu pilar ketahanan negara.
Deby Vinski menekankan pentingnya teknologi ini sebagai masa depan dunia kedokteran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved