Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Orangtua Diminta Fasilitasi Anak untuk Bermain

Basuki Eka Purnama
15/12/2021 07:30
Orangtua Diminta Fasilitasi Anak untuk Bermain
Sejumlah anak bermain permainan tradisional yang dilukis di Gang Sayuran 2, Jalan Gempolsari, Bandung, Jawa Barat.(ANTARA/Raisan Al Farisi)

FISIOTERAPIS di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Mahasin Amaliya mengingatkan para orangtua agar memfasilitasi anak-anak saat bermain dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka.

"Jangan terlalu sering melarang anak, namun pastikan lingkungannya aman dan diawasi," kata dia dalam siaran pers RSUI, dikutip Rabu (15/12).

Kiat lainnya yakni orangtua perlu mengatur pola tidur anak agar tidak terlalu malam dan membatasi makanan yang mengandung tinggi gula, khususnya pada anak-anak hiperaktif.

Baca juga: Ayo Kenali Empat Indikator Perkembangan Anak

"Pada anak-anak dengan autisme disarankan untuk melakukan diet terkontrol baik diet sensoris atau diet makanan tertentu, perlu konsultasi dengan ahli," tutur Mahasin.

Selain itu, sebaiknya orangtua jangan memberikan gadget untuk anak di bawah 2 tahun. 

Sementara untuk anak 2 tahun ke atas, orangtua perlu membatasi screen time atau waktu layar mereka dalam sehari maksimal 1 jam dengan pendampingan.

Menurut Mahasin, banyak perkembangan sensoris yang terabaikan jika anak menonton gawai terus menerus.

Kiat terakhir, sebaiknya orangtua meluangkan waktu bermain dengan anak di rumah minimal 10 menit setiap harinya, tanpa gawai atau distraksi lainnya.

"Jangan lupa untuk rajin memantau perkembangan anak, jika dirasa mengalami gangguan segera konsultasi ke klinik tumbuh kembang dan rehabilitasi medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat," kata Mahasin.

Sistem sensoris pusat menjadi pondasi yang mendukung kegiatan pembelajaran anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang memiliki sensoris normal dapat menampilkan perilaku normal.

Sementara untuk yang mengalami gangguan sensoris dapat terjadi hipersensitif atau hiposensitif. Hipersensitif diantaranya perilaku menghindar, kurang nyaman, mudah lelah, atau takut dan bereaksi secara berlebihan terhadap stimulus yang diterima.

Sementara hiposensitif yaitu perilaku sibuk mencari stimulus secara berlebih, tidak bisa diam atau banyak gerak, dan atau kurang berespon terhadap stimulus yang diterima.

"Orangtua perlu untuk mengenali profil sensoris anak jika dirasa mengalami gangguan. Untuk penentuan jenis gangguan ini tidak bisa hanya ditebak-tebak, sebaiknya dikonsultasikan ke ahlinya. Okupasi terapis RSUI memiliki instrumen tersendiri untuk menilai aktivitas sensoris anak," pungkas Mahasin. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya