Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pasien Kanker Takut ke RS Karena Covid-19, Risiko Peningkatan Stadium Menghantui

M. Iqbal Al MAchmudi
06/10/2021 21:53
Pasien Kanker Takut ke RS Karena Covid-19, Risiko Peningkatan Stadium Menghantui
Ilustrasi kanker(Ilustrasi)

EFEK domino dari pandemi covid-19 nyatanya bisa menaikkan level keparahan kanker payudara yang diidap pasien karena takut datang ke rumah sakit untuk deteksi dini atau pengecekkan rutin. 

Ahli Bedah Onkologi sekaligus Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) Walta Gautama mengatakan adanya pandemi ini membuat ketakutan massal tidak mau ke rumah sakit sehingga terjadi peningkatan keparahan pasien kanker. 

Padahal prinsip penanganan kanker yakni jangan ditunda sementara akibat pandemi banyak penundaan ke dokter untuk deteksi dini atau pengecekkan rutin. Alhasil yang terjadi adalah peningkatan kasus-kasus yang memang sudah banyak di stadium III dan IV makin bertambah. 

"Bahkan sampai dengan beberapa hari yang lalu saya masih menerima pasien yang sudah merasakan ada benjolan kanker lebih dari 1 tahun lalu, karena angka covid-19 turun baru pasien tersebut berani datang berobat jadi ini sesuatu yang mempengaruhi kita dalam penanganan kanker," kata Walta dalam webinar yang diadakan Unicharm, Rabu (6/10). 

Selain itu di tengah pandemi ini Walta menyebutkan untuk deteksi dini sudah sangat dibantu dengan keterlibatan organisasi survival juga termasuk diantaranya Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang banyak membantu sosialisasi deteksi dini di luar pemerintah. 

Baca juga : MBKM Respons Terhadap Tren Perubahan Dunia Ketenagakerjaan

"Yang jadi masalah yakni pada stadium dini kanker payudara atau stadium lanjut terapi utamanya adalah operasi ketika pasien mengetahui benjolan harus melewati alur-alur yang panjang memakan waktu 1-2 bulan ke tempat pelayanan pertama dan baru bisa dilakukan terapi yang betul memakan waktu bisa sampai dengan 9-15 bulan untuk menjalani terapi yang betul," ungkapnya. 

Di kesempatan yang sama Ketua dan Pendiri YKPI Linda Agum Gumelar menyebutkan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) menjadi alternatif yang paten untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini. Agar ketika merasakan benjolan pada payudara bisa dikonsultasikan ke dokter jangan sampai ketika datang ke dokter sudah dalam kondisi parah. 

"Tentu hal ini mempengaruhi kualitas hidup pasien apabila ditemukan pada stadium awal kualitas hidupnya akan lebih baik," ungkapnya. 

Pemeriksaan payudara atau SADARI adalah cara penting dalam mencegah kanker payudara, memperhatikan kesehatan payudara sangat membantu mencegah kanker payudara yang harus dilakukan setiap wanita dengan dilakukan setiap bulan pada hari ke 7-10 setelah menstruasi hari pertama. 

"Diketahui kejadian kanker payudara di kawasan Asia mencapai 159 ribu kasus dengan tingkat kematian 59 ribu jiwa dan di Indonesia mendekati 56 ribu kasus baru dengan tingkat kematian lebih dari 25 ribu jiwa, dan umumnya pasien kanker payudara datang ke dokter sudah dalam kondisi parah," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya