Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pengembangan Media Fokus ke Konten Jangan Terpaku pada Platform

Mediaindonesia.com
04/9/2021 16:08
Pengembangan Media Fokus ke Konten Jangan Terpaku pada Platform
Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG) Indra Yudhistira saat diwawancari.(Ist)

TELAH terjadi perubahan cara masyarakat dalam mengonsumsi program televisi atau konten media. Hal tersebut dipengaruhi perkembangan pesat internet.

Kini masyarakat dapat menikmati hiburan dan berita tidak hanya melalui televisi (TV), tapi juga lewat telepon genggam yang berisi beragam aplikasi hiburan.

“Internet menyebabkan pengguna telepon genggam  memegang kontrol atas semua konten yang akan mereka lihat, juga waktunya, kapan saja,” kata Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG) Indra Yudhistira.

Pernyataan tersebut diungkapkan Indra Yudhistira ketika memberikan pandangannya tentang perubahan media dalam acara “Pembukaan Masa Kuliah  Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Tahun Akademik  2021-2022” melalu meeting zoom, Sabtu (4/9)

Pemaparan Indra yang disampaikan saat menjawab pertanyaan dan diwawancarai dengan mahasiswi ATVI, Nadya.

Lebih lanjut, Indra mengatakan dari data, penetrasi orang nonton TV memang masih cukup tinggi, namun, semakin banyak yang menonton  hiburan maupun program lain, tidak melalui saluran TV.

“Dalam situasi seperti itu, dibutuhkan peningkatan keahlian dan perubahan  pola pikir. Jangan hanya berpikir untuk  platform saja (TV dan lain-lain) tapi kontennya. Jadi, penting sekali untuk mulai berpikir, buat konten jangan pikirkan platform-nya dulu,” ujar Indra yang kini menjabat Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG)

Menjawab pertanyaan tentang pentingnya institusi pendidikan, Indra mengatakan pendidikan formal seperti ATVI sangat perlu.

“Sebab kampus akan memberikan bekal dan pengatahuan yang mumpuni.  Dengan sekolah kita belajar tehnik membuat konten yang baik sehingga hasilnya bermanfaat bagi masyarakat banyak,” jelasnya.

“Namun,  orientasi pada media baru  yang konten kreatornya bisa disebar atau ditayangkan di banyak platform itu yang harus diperhatikan, jadilah konten kreator. Karena itu kesempatan untuk memproduksi kebebasan bagi mahasiswa,” kata Indra yang pernah dipercaya merancang acara besar melibatkan enam artis dan selebritas enam negara dan ditayangkan di enam negara secara bersamaan.

Menuju D-4 sarjana terapan

Sementara itu, Ketua Yayasan Indosiar, Maria Suryani  mengatakan, saat ini teknologi komunikasi yang berkembang pesat, memicu perubahan yang amat cepat pula, bahkan tidak terduga dan penuh ketidakpastian. Pandemi Covid-19 turut mewarnai percepatan ragam perubahan ini.

“Bagi ATVI, situasi ini merupakan tantangan-tantangan yang suka atau tidak suka, siap atau belum siap, harus diatasi, diantisipasi dan dijawab. Cara yang terbaik menghadapi perubahan adalah melakukan penyesuaian atau adaptasi, artinya kita pun harus berubah, jika tidak ingin dilindas oleh perubahan,” ujar Maria Suryani.

Dalam realitas ini, lanjut Maria, ATVI  tengah mempersiapkan diri dengan pelbagai upaya, antara lain memproses perubahan program studi dari diploma tiga (D3), menjadi program studi diploma empat atau sarjana terapan dalam bidang Produksi konten Media digital.

Selain itu, ATVI tengah mengolah kurikulum baru dengan fokus pada keterampilan digital (digital skills).  ATVI juga tengah mempersiapkan infrastruktur pendidikan yang lebih memadai dalam bentuk gedung baru dan kemudahan pendidikan yang lain.

Sementara Direktur ATVI, Eduard Depari MA mengajak  para mahasiswa baru diharapkan mempersiapkan diri dengan mengubah pola pikir (mindset) dari sekadar penerima pengetahuan.

“Mahasiswa harus menjadi pembelajar dan sekaligus pengolah pengetahuan sehingga memahami apa yang dipelajari dan dapat memanfaatkannya dalam hidup di kemudian hari,” jelasnya.

Eduard menjelaskan,”Kita hidup ditengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi yang cenderung mengubah hampir semua aspek kehidupan sosial kita.”

“Teknologi digital mendisrupsi pola komunikasi massa (media cetak hampir sirna perannya, pola belanja daring menyusutkan peran pasar dan sebagainya), mendisrupsi jasa kerja konvensional (teller di Bank, mekanisasi pertanian, dan sebagainya),” paparnya.

Daftar disrupsi ini, menurut Eduard, akan terus bertambah dan pertanyaann lanjutannya adalah bagaimana pendidikan mengatasi masalah tersebut atau bagaimana seharusnya pendidikan bersikap, sehingga disrupsi tidak berdampak negatif pada output (keluaran) pendidikan.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jendral Vokasi, Dr. Beny Bandanadjaya, mengatakan,  ATVI di bawah bendera Elang Mahkota Teknologi , sudah dikenal reputasinya sehingga sistem pendidikannya sudah tidak diragukan lagi yakni link and match.

Mahasiswa ATVI  mempunyai akses pada peralatan, produksi dan studio yang lengkap dan mahasiswa dapat mengakses SCTV, Indosiar, Ochannel, dan Video.com. “Di situ mahasiswa akan merasakan bagaimana sebetulnya proses kerja yang riil jika sudah lulus,” katanya.

Sedangkan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (Dikti) Wilayah III, Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc mengatakan, meski dalam masa pandemi dan pembelajaran masih daring tapi para mahasiswa harus semangat dan optimistis.

“Menjadi mahasiswa artinya memasuki fase kehidupan baru di mana kita akan membentuk jati diri menjadi  manusia seutuhnya,” katanya. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya