Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BERDASARKAN data studi gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institut Guttmacher, satu dari empat kehamilan di dunia setiap tahunnya berakhir dengan aborsi.
Angka aborsi di Tanah Air sendiri pun masih terbilang cukup tinggi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat kasus aborsi di Indonesia bisa mencapai 2,4 juta per tahun.
Baca juga: Ini Daftar Makanan yang Harus Dihindari Ibu Hamil
Sama seperti setiap tindakan medis lain, aborsi juga memiliki risiko, apalagi jika dilakukan di tempat dengan fasilitas terbatas, bukan oleh tenaga medis, tidak ada kondisi medis yang mendasari, serta dilakukan dengan metode yang tidak aman.
Berikut adalah risiko dari aborsi:
1. Perdarahan berat
Aborsi kehamilan di bawah 13 minggu memiliki risiko perdarahan yang lebih kecil dibandingkan kehamilan yang usianya sudah di atas 20 minggu.
Perdarahan berat juga lebih berisiko terjadi jika masih ada jaringan janin atau ari-ari yang tertinggal di dalam rahim setelah aborsi.
Untuk menanganinya, diperlukan transfusi darah dan tindakan kuret untuk mengangkat sisa jaringan.
2. Cedera pada rahim atau infeksi akibat aborsi yang tidak tuntas
Infeksi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi akibat aborsi. Kondisi ini biasa ditandai dengan munculnya keputihan yang berbau, demam, dan nyeri yang hebat di area panggul.
Pada kasus infeksi yang berat, bisa terjadi sepsis setelah aborsi.
3. Menurunnya kemungkinan kembali hamil
Dalam waktu 4-6 minggu setelah aborsi, haid akan kembali seperti biasa. Dengan kata lain, pasien dapat hamil lagi setelah aborsi.
Namun, pasien perlu melakukan pemeriksaan rutin selama setidaknya 2 minggu setelah aborsi, guna memastikan aborsi yang dilakukan berhasil dan tidak menimbulkan komplikasi.
Setelah aborsi, risiko gangguan kesuburan tetap ada jika pasien mengalami perdarahan parah, infeksi pada rahim yang tidak ditangani, atau kerusakan dinding rahim.
Selain dapat menimbulkan masalah kesuburan, hal-hal tersebut juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik dan persalinan prematur di kehamilan berikutnya.
4. Kerusakan pada rahim dan vagina
Bila tidak dilakukan dengan benar, aborsi dapat menyebabkan kerusakan pada rahim dan vagina. Kerusakan ini dapat berupa lubang maupun luka berat pada dinding rahim, leher rahim, serta vagina.
Semua metode aborsi memiliki risiko atau komplikasi. Usia kehamilan turut berperan dalam menentukan tingkat risiko. Semakin tua usia kehamilan, semakin tinggi pula risiko dari tindakan aborsi yang dilakukan. (OL-1)
Tersangka baru yang diamankan adalah seorang perempuan berinisial H, kelahiran 1969, yang sebelumnya memiliki latar belakang sebagai apoteker.
Ahmad menegaskan bahwa pihaknya tidak mentolerir segala bentuk pelanggaran hukum.
Robert F. Kennedy Jr., menekan pandangannya tentang vaksin, kebijakan aborsi, dan kritiknya terhadap industri makanan olahan.
Tidak hanya persoalan kehamilan yang tidak terencana dan ancaman penyakit seksual menular, edukasi seksual yang minim juga ikut memicu terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
Idol asal Korea Selatan, Seunghan, telah memutuskan untuk keluar secara permanen dari boy group RIIZE setelah menjalani hiatus selama 10 bulan.
Razman membantah absennya Vadel Badjideh dalam pemeriksaan hari ini untuk menghindari proses hukum terkait kasus yang dilaporkan Nikita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved