Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Peternakan Ayam masih Abaikan Kesehatan Lingkungan

Siswantini Suryandari
26/8/2021 19:57
Peternakan Ayam masih Abaikan Kesehatan Lingkungan
Truk membawa unggas di Blancafort, Prancis.( Jean-Francois MONIER / AFP)

SEBAGIAN besar daging ayam yang disajikan di restoran cepat saji (QSR) berasal dari ayam yang tinggal di lingkungan sempit dan tandus, lembab dan kadang tanpa sinar matahari. Tidak sedikit ayam yang pincang dan luka kulit karena mereka tinggal di kandang yang sempit dan berdesakan.

Metode peternakan intensif juga sering mengandalkan penggunaan antibiotik rutin sebagai solusi cepat untuk menjaga hewan yang stres dan sakit tetap hidup. Laporan WHO pada 2020 menyebutkan penggunaan antibiotik yang berlebihan ini memicu krisis bakteri kebal (superbugs) mematikan yang membunuh lebih dari 700.000 orang per tahun. Kasusnya terus meningkat. Tidak hanya ayam-ayam ini yang menderita, kesehatan manusia juga terancam.

Bulan lalu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menerbitkan laporan berjudul Laporan Pengujian Daging Broiler Resistensi Antimikroba di Jabodetabek. Laporan tersebut menunjukkan bahwa antibiotik terlarang dan AMR ditemukan pada daging ayam yang berasal dari produsen ayam ternama di Indonesia.

Temuan ini menjadi sorotan organisasi World Animal Protection. Organisasi ini telah meluncurkan penilaian global yang menyelidiki kesejahteraan ayam pedaging, yang dipasok ke rantai makanan cepat saji di seluruh dunia.

Pecking order 2021 memberi peringkat restoran cepat saji secara global berdasarkan kinerja mereka dalam komitmen, ambisi, dan transparansi mterhadap kesejahteraan ayam dalam rantai pasokan mereka.

Kriteria untuk pemberian poin didasarkan pada Better Chicken Commitment (BCC). Serangkaian perbaikan sederhana dan kuat untuk produksi ayam yang telah dibuat oleh organisasi perlindungan hewan terkemuka di dunia dan mengacu pada bukti ilmiah terbaru. Beberapa ratus perusahaan kini telah mendaftar ke BCC, termasuk beberapa perusahaan di 'Pecking order' di pasar tertentu.

Laporan menyebutkan perusahaan-perusahaan Indonesia duduk di dekat bagian bawah peringkat. Negara ini duduk di urutan ke-12 dari 14 negara yang termasuk dalam penilaian, dengan skor perusahaan rata-rata 5%.


Rully menjelaskan pada 2019 World Animal Protection melakukan penelitian audiens di Indonesia dan menemukan bahwa 9 dari 10 orang memiliki kekhawatiran dengan metode peternakan ayam saat ini dan 76% menganggap merek makanan cepat saji bertanggung jawab terhadap kesejahteraan ayam.

"Menariknya dari penelitian yang melibatkan 100 koresponden di seluruh Indonesia itu menunjukkan 67% konsumen Indonesia bersedia membayar lebih jika ayam dibesarkan dengan standar kesejahteraan lebih tinggi," kata Rully dalam webinar bertema Menakar Komitmen Bisnis Fast Food di Indonesia dalam Memastikan Kesejahteraan Hewan Ternak Sesuai Standar secara virtual, Kamis (26/8).

baca juga: Peternakan

Menurut Rully, bila pengelolaan peternakan menomorsatukan kesehatan maka ayam tidak perlu disuntik antibiotik. "Bila disuntik antibiotik artinya ayamnya tidak sehat," tegasnya.

Webinar bertepatan dengan Hari Hari Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasional yang dirayakan setiap 26 Agustus.

Kepala Kampanye Global World Animal Protection Jonty Whittleton menambahkan bahwa industri peternakan yang dipasok ke restoran cepat saji masih mempraktikan pola-pola tidak sehat terhadap hewan ternak mereka.

"Banyaknya ayam di kandang sempit, dengan sirkulasi udara yang tidak mencukupi. Hewan ternak tidak pernah melihat sinar matahri. Mereka berhak tumbuh sehat dan berperilaku alami," ujar Jonty.

Ia mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengajarkan kepada manusia bahwa  kesejahteraan hewan dan kesehatan manusia saling terkait. "Tidak boleh ada bisnis seperti biasa. Motif komersial mendorong kekejaman dan penderitaan, dan ini harus diakhiri," tegasnya.

World Animal Protection menyerukan kepada perusahaan-perusahaan global ini untuk memimpin dan memastikan bahwa setiap ayam yang disajikan di restoran mereka dijamin kehidupan yang layak. Perusahaan yang dinilai dalam 'Pecking order' memiliki peluang membuat perubahan besar di tangan mereka.

"Dan dapat menggunakan kekuatan mereka untuk meningkatkan kehidupan ratusan juta hewan," pungkas Jonty. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik