Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KALANGAN rumah sakit menyatakan kalang kabut untuk bisa menyesuaikan biaya tes PCR yang baru ditetapkan Kementerian Kesehatan. Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis patologi klinik Aryati.
"Kawan-kawan saya direktur rumah sakit pada panik. Ini menjadi kepanikan nasional saat mereka harus menyesuaikan harga, tapi tidak ada waktu," ujar Aryati dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8).
Menurutnya, penentuan biaya tes PCR merupakan hal yang kompleks. Sebab, banyak komponen yang harus diperhitungkan. Seperti, biaya bahan baku, sumber daya manusia, biaya listrik, kebersihan, pemeliharaan, pengulangan testing, hingga pengelolaan limbah.
"Agak khawatir nantinya berpengaruh pada kualitas, kalau ada harga yang dipotong," pungkasnya.
Baca juga: Presiden Instruksikan Harga Tes PCR Maksimal Rp550 Ribu
Lebih lanjut, Aryati menegaskan bahwa pihaknya mendukung upaya pemerintah dalam penanganan covid-19. Namun, dengan penentuan harga yang sangat mendadak, banyak rumah sakit yang kewalahan.
Apalagi, pihaknya harus menghabiskan terlebih dahulu stok alat yang ada. Selanjutnya, perlu dilakukan penghitungan yang detil mengenai penyesuaian pengeluaran. Hal tersebut dilakukan agar kualitas testing bagi masyarakat dan keamanan bagi petugas kesehatan.
"Kalau mau naikin harga, silakan. Tapi untuk awal ini, bisa untuk rumah sakit pemerintah dulu. Untuk (rumah sakit) swasta, berikan waktu. Kira-kira 2-3 minggu ke depan. Karena kita minta tenggang waktu menghabiskan stok reagen dan lain-lain," jelasnya.
Ketua Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) Purwanto mengungkapkan kesulitan juga dirasakan laboratorium. Pihaknya menilai aturan mengenai harga alat komponen PCR hulu- hilir belum disesuaikan. Masih banyak alat yang harus diimpor, sehingga membuat biaya pelayanan tergolong tinggi.
Baca juga: Pemprov Klaim Tarif Tes PCR di Jakarta Sudah Turun
"Membuat harga memang harus dipikirkan komponen di dalamnya. Gak boleh lembaga dan rumah sakit swasta disamakan dengan fasilitas pemerintah. Ini nyaris tidak mungkin. Misalnya rumah sakit negeri dapat subsidi. Kalau swasta kan semua komponen masuk," urai Purwanto
Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium di Indonesia Randy H. Teguh menyebut 50-60% biaya PCR dialokasikan untuk pembelian alat kesehatan. Seperti, masker, APD, shoe cover, reagen hingga mesin PCR. Namun, kebanyakan alat tersebut masih belum diproduksi di dalam negeri.
"Misalnya untuk produsen reagen, dari 48 yang ada saat ini, hanya 3 yang merupakan produsen dalam negeri. Juga untuk mesin PCR, dari 28 podusen hanya 2 yang produksi dalam negeri," pungkas Randy.(OL-11)
Dengan menyandang nama Nusantara, lanjut Imas, menjadikan rumah sakit tersebut sebagai pelayanan kesehatan yang mencakup masyarakat lebih luas tanpa membeda-bedakan
BANYAK penyakit akibat kerja saat ini tetapi belum dilaporkan. Karenanya, RS Umum Pekerja diharapkan menjadi menjalankan pelayanan yang cepat, inklusif, dan profesional.
Seminar dan Workshop Perumahsakitan PERSI Wilayah DKI Jakarta ke-5 & IRSJAM Expo 2025 dibuka Selasa (24/6) di Jakarta.
Di tengah menunggu perkembangan kondisi kesehatan sang suami, Inul pun menebar romantismenya dengan sang suami.
Festival ini mengusung tema "Strategi Pengembangan Layanan Center of Excellence Rumah Sakit Berbasis Kompetensi dengan Pendekatan Lean Management".
RSUD Ki Ageng Brondong ini memenuhi empat layanan dasar RSUD type D yakni Poli anak, Poli penyakit dalam, Poli bedah, dan Poli kandungan, Poli gigi dan medical check up.
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
KETUA Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengungkapkan bahwa human metapneumovirus atau HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi seperti yang terjadi pada covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved