Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KALANGAN rumah sakit menyatakan kalang kabut untuk bisa menyesuaikan biaya tes PCR yang baru ditetapkan Kementerian Kesehatan. Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis patologi klinik Aryati.
"Kawan-kawan saya direktur rumah sakit pada panik. Ini menjadi kepanikan nasional saat mereka harus menyesuaikan harga, tapi tidak ada waktu," ujar Aryati dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8).
Menurutnya, penentuan biaya tes PCR merupakan hal yang kompleks. Sebab, banyak komponen yang harus diperhitungkan. Seperti, biaya bahan baku, sumber daya manusia, biaya listrik, kebersihan, pemeliharaan, pengulangan testing, hingga pengelolaan limbah.
"Agak khawatir nantinya berpengaruh pada kualitas, kalau ada harga yang dipotong," pungkasnya.
Baca juga: Presiden Instruksikan Harga Tes PCR Maksimal Rp550 Ribu
Lebih lanjut, Aryati menegaskan bahwa pihaknya mendukung upaya pemerintah dalam penanganan covid-19. Namun, dengan penentuan harga yang sangat mendadak, banyak rumah sakit yang kewalahan.
Apalagi, pihaknya harus menghabiskan terlebih dahulu stok alat yang ada. Selanjutnya, perlu dilakukan penghitungan yang detil mengenai penyesuaian pengeluaran. Hal tersebut dilakukan agar kualitas testing bagi masyarakat dan keamanan bagi petugas kesehatan.
"Kalau mau naikin harga, silakan. Tapi untuk awal ini, bisa untuk rumah sakit pemerintah dulu. Untuk (rumah sakit) swasta, berikan waktu. Kira-kira 2-3 minggu ke depan. Karena kita minta tenggang waktu menghabiskan stok reagen dan lain-lain," jelasnya.
Ketua Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) Purwanto mengungkapkan kesulitan juga dirasakan laboratorium. Pihaknya menilai aturan mengenai harga alat komponen PCR hulu- hilir belum disesuaikan. Masih banyak alat yang harus diimpor, sehingga membuat biaya pelayanan tergolong tinggi.
Baca juga: Pemprov Klaim Tarif Tes PCR di Jakarta Sudah Turun
"Membuat harga memang harus dipikirkan komponen di dalamnya. Gak boleh lembaga dan rumah sakit swasta disamakan dengan fasilitas pemerintah. Ini nyaris tidak mungkin. Misalnya rumah sakit negeri dapat subsidi. Kalau swasta kan semua komponen masuk," urai Purwanto
Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium di Indonesia Randy H. Teguh menyebut 50-60% biaya PCR dialokasikan untuk pembelian alat kesehatan. Seperti, masker, APD, shoe cover, reagen hingga mesin PCR. Namun, kebanyakan alat tersebut masih belum diproduksi di dalam negeri.
"Misalnya untuk produsen reagen, dari 48 yang ada saat ini, hanya 3 yang merupakan produsen dalam negeri. Juga untuk mesin PCR, dari 28 podusen hanya 2 yang produksi dalam negeri," pungkas Randy.(OL-11)
Digitalisasi di rumah sakit bukan sekadar adopsi teknologi, tetapi transformasi budaya kerja dan keselamatan pasien
Di ranah kesehatan, Indonesia menyumbang lebih dari 60% wisatawan medis ke Malaysia setiap tahunnya (data Malaysia Healthcare Travel Council).
Penunjukan JLL memperkuat posisi BIH sebagai proyek unggulan sektor kesehatan nasional.
Kemenkes menyebut rumah sakit (RS) asing dimungkinkan untuk membuka cabang di Indonesia. Hal itu selaras dengan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto
Warga Indonesia dan Bali perlu mengetahui bahwa sejak Juni-Juli 2025, ada 21 penyakit yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
DPRD : RSUD tidak Boleh Menolak Pasien BPJS Kesehatan
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved