Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
TEKNOLOGI Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan akan kembali dilaksanakan pada 14 Agustus 2021 mendatang.
"TMC akan mulai pada 14 Agustus. Karena pesawat baru siap di tanggal itu," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jon Arifian kepada Media Indonesia, Kamis (12/8).
Adapun, Jon Mengungkapkan rencananya TMC akan dilakukan mulai dari Riau, selanjutnya ke wilayah Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.
Sebagai informasi, sebelumnya TMC untuk pencegahan karhutla terakhir dilaksanakan pada 3 Juli 2021 lalu di Riau. Adapun, operasi TMC tersebut berhasil menambah 2% curah hujan di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan Indeks ENSO Juli 2021 menunjukkan kondisi netral dan diprakirakan kondisi ini berlangsung hingga awal tahun 2022.
Sebanyak 72% daerah zona musim telah memasuki musim kemarau, hari tanpa hujan berada pada kategori ekstrem panjang terpantau di beberapa daerah seperti NTB dan NTT.
“Bulan Agustus - Oktober 2021 curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masuk kategori rendah, sedangkan November - Januari 2021 kategori menengah hingga tinggi. Potensi karhutla berada di Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB (Nusa Tenggara Barat) dan NTT, (Nusa Tenggara Timur),” jelas Dwikorita.
Berdasarkan pemantauan BMKG pada 28 Juli 2021, BMKG telah mencatat adanya 3 titik panas dengan level high convidence di Riau dan Sumatera Selatan dan 16 titik di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Adapun, dalam 10 hari terakhir, jumlah hotspot di Riau berjumlah sebanyak 39 titik dan Kalimantan Barat sebanyak 72 titik.
Untuk itu, mengingat sejumlah wilayah yang telah memasuki musim kemarau dan munculnya titik panas, maka BMKG mengimbau sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan untuk mewaspadai kemuculan karhutla.
Wilayah tersebut ialah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. Selanjutnya Kalimantan tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Terpisah, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi mengungkapkan mengingat titik hotspot saat ini terbanyak terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat, pihaknya akan meningkatkan pemantauan yang lebih ketat dan upaya penanganan yang lebih giat lagi.
“Kegiatan pemadaman darat dalam beberapa minggu terakhir menunjukan Riau dan Kalimantan Barat masih melakukan upaya pemadaman dan terus bersiaga agar tidak ada api yang membesar,” ungkap Laksmi.
Laksmi menambahkan kebakaran yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim dan Kaltara juga sudah berhasil dipadamkan, ke depan perlu terus meningkatkan kesiap-siagaan untuk mengantisipasi kejadian karhutla.
“Kita terus mengantisipasi agar luas karhutla pada tahun 2021 ini tidak lebih tinggi dari angka pada tahun 2020 untuk itu kami terus meningkatkan upaya dengan melibatkan berbagai pihak,” jelas Laksmi.
Laksmi menambahkan beberapa upaya yang masih terus dilaksanakan adalah Patroli Mandiri Manggala Agni dan Patroli Terpadu yang terus dilaksanakan di berbagai provinsi rawan karhutla.
Sedangkan upaya TMC perlu terus dilaksanakan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.TMC telah berhasil meningkatkan jumlah curah hujan dibandingkan dengan jumlah alaminya.
“Di Riau, Kalimantan Barat, Jambi dan Sumatera Selatan juga terus dilaksanakan waterbombing untuk membantu pemadaman darat, jelas Laksmi.
Ia menjabarkan, berkat upaya pencegahan yang dilakukan, terdapat penurunan jumlah hotspot pada 2021 dibanding tahun lalu. Untuk tahun ini sejak Januari hingga Juli 2021 terdapat 684 jumlah titik panas atau menurun sebanyak 32,4% dibanding tahun lalu. (Ata/OL-09))
Sebagai negara dengan area hutan yang didominasi oleh lahan gambut, komitmen pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan dan mitigasi karhutla dinilai masih harus terus ditingkatkan.
Berdasarkan informasi, bibit kelapa sawit yang ditanami telah mencapai seluas 1 hektare (ha) di lokasi karhutla yang menghanguskan sekitar 50 ha lahan gambut.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Jambi selama 10 hari, sejak 10 hingga 19 Agustus 2025.
BNPB mencatat luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas tahun ini relatif kecil, hanya sekitar 3.000 hektare
Sejumlah langkah strategis yang dilaksanakan oleh Polri, TNI, BNPB, BMKG, instansi terkait, relawan dan elemen masyarakat, khususnya di Kalbar sudah berjalan baik dan kompak.
PEMERINTAH memastikan penegakan hukum menjadi instrumen utama dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), seiring meningkatnya potensi kebakaran di berbagai wilayah.
Bibit Siklon Tropis 93W terpantau di perairan timur Filipina. Sementara itu, Siklon Tropis Kajiki terlihat di Laut Cina Selatan, sebelah timur laut Vietnam
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Senin 25 Agustus 2025.
BMKG memprediksi sejumlah wilayah Indonesia akan mengalami cuaca ekstrem. Berikut prakiraan cuaca di sejumlah daerah, Minggu, 24 Agustus 2025.
Masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya yang berencana menghabiskan akhir pekan di ibu kota diminta waspada terhadap kondisi cuaca hari ini.
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah, cukup berisiko terhadap aktivitas pelayaran.
BMKG merilis prakiraan cuaca untuk Sabtu, 23 Agustus 2025. Berdasarkan prediksi, terpantau bibit siklon tropis 90W yang diperkirakan intensitasnya meningkat
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved