Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

TMC Cegah Karhutla akan Dimulai Kembali Pekan Ini

Atalya Puspa
02/8/2021 13:21
TMC Cegah Karhutla akan Dimulai Kembali Pekan Ini
Karhutla di Kalsel(ANTARA FOTO/Bayu Pratama)

KEPALA Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jon Arifian mengungkapkan pihaknya tengah mempersiapkan TMC dalam waktu dekat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah.

"Rencananya akan dimulai dari Riau, bertahap ke Sumatra Selatan dan mungkin juga ke Kalimantan Barat. Sedang kami siapkan dan koordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana," kata Jon kepada Media Indonesia, Senin (2/7).

Jika persiapan tersebut berjalan lancar, Jon mengungkapkan operasi TMC rencananya akan dimulai pada pekan ini. Sebagai informasi, TMC pencegahan karhutla telah beberapa kali dilakukan pada tahun ini. Terakhir, TMC dilakukan pada 3 Juli 2021 lalu di Riau. Adapun, operasi TMC tersebut berhasil menambah 2% curah hujan di wilayah Riau.

Adapun, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan Indeks ENSO Juli 2021 menunjukkan kondisi netral dan diprakirakan kondisi ini berlangsung hingga awal tahun 2022. Sebanyak 72% daerah zona musim telah memasuki musim kemarau, hari tanpa hujan berada pada kategori ekstrem panjang terpantau di beberapa daerah seperti NTB dan NTT.

“Bulan Agustus - Oktober 2021 curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia masuk kategori rendah, sedangkan November - Januari 2021 kategori menengah hingga tinggi. Potensi karhutla berada di Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB dan NTT,” jelas Dwikorita.

Baca juga:  Karhutla Seluas 1,6 Hektare di Wilayah Penajam Paser Utara Berhasil Dipadamkan

Berdasarkan pemantauan BMKG pada 28 Juli 2021, BMKG telah mencatat adanya 3 titik panas dengan level high convidence di Riau dan Sumatra Selatan dan 16 titik di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Adapun, dalam 10 hari terakhir, jumlah hotspot di Riau berjumlah sebanyak 39 titik dan Kalimantan Barat sebanyak 72 titik.

Untuk itu, mengingat sejumlah wilayah yang telah memasuki musim kemarau dan munculnya titik panas, maka BMKG mengimbau sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan untuk mewaspadai kemuculan karhutla. Wilayah tersebut ialah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. Selanjutnya Kalimantan tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Terpisah, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi mengungkapkan mengingat titik hotspot saat ini terbanyak terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan Barat, pihaknya akan meningkatkan pemantauan yang lebih ketat dan upaya penanganan yang lebih giat lagi.

“Kegiatan pemadaman darat dalam beberapa minggu terakhir menunjukan Riau dan Kalimantan Barat masih melakukan upaya pemadaman dan terus bersiaga agar tidak ada api yang membesar,” ungkap Laksmi.

Laksmi menambahkan kebakaran yang terjadi di Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim dan Kaltara juga sudah berhasil dipadamkan, ke depan perlu terus meningkatkan kesiap-siagaan untuk mengantisipasi kejadian karhutla.

“Kita terus mengantisipasi agar luas karhutla pada tahun 2021 ini tidak lebih tinggi dari angka pada tahun 2020 untuk itu kami terus meningkatkan upaya dengan melibatkan berbagai pihak,” jelas Laksmi.

Laksmi menambahkan beberapa upaya yang masih terus dilaksanakan adalah Patroli Mandiri Manggala Agni dan Patroli Terpadu yang terus dilaksanakan di berbagai provinsi rawan karhutla. Sedangkan upaya TMC perlu terus dilaksanakan di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.TMC telah berhasil meningkatkan jumlah curah hujan dibandingkan dengan jumlah alaminya.

“Di Riau, Kalimantan Barat, Jambi dan Sumatra Selatan juga terus dilaksanakan waterbombing untuk membantu pemadaman darat," jelas Laksmi.

Ia menjabarkan, berkat upaya pencegahan yang dilakukan, terdapat penurunan jumlah hotspot pada 2021 dibanding tahun lalu. Untuk tahun ini sejak Januari hingga Juli 2021 terdapat 684 jumlah titik panas atau menurun sebanyak 32,4% dibanding tahun lalu.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya