Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Ini Strategi BMKG Kuatkan Manajemen Penanganan Bencana

Ferdian Ananda Majni
29/7/2021 15:00
Ini Strategi BMKG Kuatkan Manajemen Penanganan Bencana
Petugas BMKG mengamati pergerakan siklon tropis Seroja melalui citra satelit Himawari.(Antara)

FENOMENA cuaca, iklim dan tektonik di Indonesia cenderung makin dinamis, kompleks, tidak pasti dan ekstrem. Sehingga risiko kejadian multibencana geohidrometeorologi semakin meningkat.

Oleh karena itu, BMKG menggelar Rapat Koordinasi Nasional sekaligus memperingati Hari Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika ke-74, pada Kamis (29/7).

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya akan fokus melakukan beberapa langkah, adaptasi dan informasi mitigasi bencana, guna mencegah terjadinya korban jiwa dan kerusakan akibat semakin kompleks, dinamis, dan ekstrem fenomena cuaca, iklim serta tektonik di Indonesia. Berikut ini strategi BMKG.

1. Modernisasi teknologi
Kepala BMKG menyampaikan, pihaknya akan terus berinovasi pada modernisasi teknologi sistem dan peralatan observasi serta processing data cuaca maritim, cuaca penerbangan, cuaca publik dan iklim yang terintegrasi dalam single platform.

Yang sudah dilakukan BMKG saat ini ialah melakukan penguatan flight information regional atau Fir di 10 wilayah Timur dan barat Indonesia yaitu di beberapa bandara, antara lain Bandara Internasional Sentani Jayapura, Bandara Internasional Pattimura Ambon, dan Bandara Labuan Bajo Komodo.

Kemudian, Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado serta Bandara Internasional Silangit Tanuli Utara dan Bandara Internasional Kualanamu Deli Serdang.

2. Integrasi sistem
BMKG juga melakukan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) yaitu sistem integrasi untuk memberikan layanan informasi gas rumah kaca.

Aapun, bentuk informasi yang dihasilkan berupa prediksi sebaran ke depan dan estimasi gas rumah kaca dari berbagai jenis tata guna lahan, inovasi berikutnya adalah penguatan dan pengembangan teknologi untuk monitoring dan peringatan dini gempa bumi dan tsunami versi merah putih.

3. Pengembangan sistem
Secara bersamaan, BMKG juga mengembangkan sistem peringatan multibahaya geohidrometeorologi.

4. Advokasi
BMKG terus melakukan advokasi dan kolaborasi untuk pemanfaatan info BMKG dalam mewujudkan keselamatan dan produktivitas multisektor antara lain sektor transportasi atau pembangunan, sektor pertanian, pariwisata, tata ruang kesehatan dan lain sebagainya.

5. Perencanaan wilayah
Guna mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi yang berkesinambungan, BMKG akan memasukkan informasi terkait kebencanaan sebagai rekomendasi evaluasi dan penyusunan penyesuaian perencanaan pembangunan.

Pengembangan wilayah tata ruang, kata Kepala BMKG, harus mempertimbangkan faktor multibencana geo hidrometeorologi dengan memanfaatkan info BMKG serta mengintensifkan data integrasi untuk mewujudkan informasi yang lebih cepat tepat akurat.

6. Koordinasi dan edukasi
BMKG bertekad melakukan koordinasi dan sinergi dengan pemerintah daerah, masyarakat, pihak swasta, akademisi dan media ataupun berbagai pihak terkait agar lebih menggencarkan program edukasi, pelatihan dan literasi guna meningkatkan pemahaman kepedulian kepatuhan dan kemampuan masyarakat serta semua pihak pengguna dalam merespons lanjut info BMKG.

BMKG juga melakukan kerjasama dengan berbagai pihak pentahelix, dengan target mewujudkan sikap dan budayawan waspada cuaca, peduli iklim dan selamat dari multi bencana geo hidrometeorologi.

Saat ini, kegiatan edukasi yang telah dan akan dilakukan antara lain meliputi sekolah lapang iklim yang merupakan kegiatan literasi informasi sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman informasi iklim khususnya kepada petani dan petugas penyuluh pertanian Lapang yang dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 16.056 orang.

Kemudian juga sekolah lapang cuaca nelayan yang merupakan kegiatan literasi dalam memahami cuaca dan iklim untuk nelayan dan penyuluh perikanan yang dilaksanakan sejak tahun 2016 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 6.233 orang.

Selanjutnya sekolah lapang gempa bumi, tsunami yang merupakan kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah daerah di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami yang dilaksanakan sejak tahun 2015 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 8.810 orang.

BMKG juga melakukan Jambore iklim dan literasi iklim generasi muda yang bertujuan mengenalkan pengetahuan iklim dan menumbuhkembangkan karakter tangguh bencana dan peduli iklim sejak usia dini, usia pelajar dan generasi muda melalui peningkatan pemahaman risiko bencana terkait iklim serta memantik aksi iklim di kalangan generasi milenial. (Fer)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya