Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kasus Covid-19 Melonjak di Indonesia, Berpotensi Timbulkan Varian Baru

M. Iqbal Al Machmudi
26/7/2021 19:55
Kasus Covid-19 Melonjak di Indonesia, Berpotensi Timbulkan Varian Baru
Morfology virus korona(AFP/Lizabeth Menzies)

EPIDEMIOLOG dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan varian baru virus covid-19 lahir dari negara-negara yag tak mampu mengendalikan lonjakan kasus positif.

"Dari potensi varian ini kan sebagian besar varian tidak sehebat delta dan mutasi-mutasi banyak yang tidak membahayakan manusia. Tapi akan ada varian sehebat delta dan menjadi super varian yang bisa berasal dari negara yang tak terkendali angka covdinya," kata Dicky saat dihubungi, Senin (26/7).

Negara yang belum bisa mengendalikan tingkat positif salah satunya Indonesia.

"Inilah yang harus kita antisipasi dengan berbagai cara, artinya vaksinasi disegerakan dan juga penguatan Genomic Surveillance," ujar Dicky.

Baca juga : BOR Turun, Satgas Covid-19 Permudah Syarat Isolasi Terpusat

Dicky menyebutkan ancaman varian baru covid-19 pada tahun ini akan terus terjadi. Menurutnya tahun ini akan banyak lahir varian baru bahkan mendekati super strange.

Hal itu dikarenakan dengan pandemi yang lebih dari satu tahun dan banyak negara yang tidak dapat mengendalikan virus sehingga virus menginfeksi manusia, ketika menginfeksi virus tersebut akan bereplikasi, dan bermutasi menjadi lebih kuat dan terus begitu. Ini terjadi di India, Brazil, Afrika, Inggris, dan Amerika Serikat.

"Negara-negara itu yang tidak terkendali pandeminya. Artinya Indonesia juga bisa menjadi sumber varian baru. Genomic Surveillance Indonesia kurang, tahu-tahu meledak seperti ini, bisa jadi ini bukan hanya varian delta saja, tentu perlu ada Genomic Surveillance yang kuat dan mungkin berat untuk Indonesia," ungkapnya.

Kemunculan varian baru akan membuat pandemi lebih panjang. karena varian baru ini akan membuat efikasi vaksin menurun, terutama yang tingkat vaksinasinya rendah seperti Indonesia.

"Yang membedakan varian sebelumnya harus dilihat dari Genomic Surveillance dan dari tampilan data yang cepat juga kematiannya tinggi, kasus infeksinya nggak berhenti-berhenti terus terjadi," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya