Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDENT Chief Medical Officer at Front Line Covid-19 Critical Care (FLCCC) Alliance Pierre Kory mengatakan bahwa ivermectin dapat digunakan sebagai pengobatan pada tahap awal maupun tahap akhir bagi pasien covid-19 yang tengah menjalani perawatan serta pasien dengan gejala jangka panjang setelah pulih dari infeksi virus korona. Ivermectin merupakan obat antiparasit yang telah digunakan selama kurang lebih 40 tahun.
Kory merujuk pada sejumlah penelitian di antaranya hasil studi meta-analisis terhadap 24 uji klinis acak dari penggunaan obat ivermectin untuk covid-19 yang ditulis oleh Andrew Hill. Jurnal tersebut, yang dipublikasikan Oxford University Press pada 6 Juli 2021, menunjukkan hasil menjanjikan pada tahap awal, untuk jumlah sampel yang lebih kecil. Salah satunya, efektivitas ivermectin diyakini 56% mencegah kematian berdasarkan pada total 128 kasus meninggal dalam 11 uji klinis yang berbeda. Meski demikian, studi ini perlu diinterpretasikan dengan hati-hati karena masih memiliki skala yang kecil.
Kory mendorong adanya studi lebih luas. "Ada kaitan antara jumlah dosis yang diberikan dengan perbandingan durasi uji klinis," ujarnya dalam diskusi bertajuk World Ivermectin Day, Minggu (25/7). Kory mengklaim bahwa penggunaan ivermectin aman terhadap para pasiennya meskipun diberikan dalam dosis tiga kali lebih besar dari standar penggunaan obat antiparasit. Ia menggunakan 0,6 mg ivermectin per kilogram berat badan pasien.
Menurutnya, penggunaan ivermectin dengan dosis lebih besar seperti itu juga dilakukan pada uji klinis di Argentina. "Penggunaan dosis rendah juga efektif. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, penggunaan ivermectin terhadap penyakit lain membuktikan penggunaan dengan dosis rendah, tidak menimbulkan efek samping," klaim Kory.
Untuk pasien dengan gejala jangka panjang yang telah pulih dari covid-19, ivermectin, menurut Kory, bisa digunakan. Tetapi ia mengingatkan penggunaan obat tersebut setidaknya sebanyak 2-3 kali setiap minggu dalam waktu beberapa bulan. "Jika dosisnya dikurangi dan stop, gejalanya dapat muncul kembali," ucapnya.
Di Indonesia, ivermectin digunakan untuk pasien dengan gejala sedang hingga berat. Kory menuturkan ia tidak yakin
efektivitas ivermectin untuk pasien bergejala mulai ringan hingga berat, tapi pengunaan obat ini dimungkinan sebagai antiviral untuk mencegah peradangan dan dapat diberikan dalam dosis lebih tinggi dengan durasi lebih lama baik sebagai pengobatan awal maupun akhir.
Ketua Konsil Kedokteran Indonesia Putu Moda Arsana mengatakan dalam menerapkan bukti ilmiah meski sudah terpublikasi, pada praktik tidak mudah. Sebab, begitu banyak informasi baru yang ada saat ini dan publik dengan mudah menyebarkan informasi tersebut.
Ia mengingatkan bahwa hasil penelitian ilmiah sering kali bias dan hanya hasil baik yang dipublikasikan sehingga kelihatannya bagus. "Itu salah satu yang harus dicermati oleh dokter. Bagaimana menerapkan bukti-bukti tersebut bagi pasien, dokter harus melakukan suatu telaah kritis," paparnya.
Baca juga: Dituduh Punya Kepentingan dari Ivermectin, Moeldoko akan Laporkan ICW
Disampaikannya, dalam menyikapi bukti dari hasil penelitian, dokter dapat melihat apakah itu valid melalui metode yang digunakan. Selain itu, melihat apakah bukti tersebut penting bagi pasiennya. Sebab sering kali meskipun bukti valid, tapi tidak penting ketika diterapkan pada pasien. "Terakhir apakah bisa diterapkan pada pasien," tukasnya. (OL-14)
Padahal, pemerintah menetapkan HET untuk Ivermectin sekitar Rp7 ribu per kaplet atau Rp75 ribu per kotak. Kepolisian pun masih mengusut adanya spekulan lain.
"Ada kurang lebih 20 pertanyaan yang disampaikan tadi, semua sudah terjawab. Seperti menghadapi situasi itu,"
Sejumlah negara Amerika Selatan juga telah menggunakan Ivermectin sebagai pengobatan dan tindakan pencegahan
Kabar baik berhembus dari India mengenai obat bernama Ivermectin yang dijuluki “obat yang mengalahkan Covid-19”. Obat ini sekarang telah diproduksi di Indonesia.
Penelitian untuk pencegahan maupun pengobatan covid-19 yang sudah dipublikasikan menyatakan Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium.
Obat tersebut sudah digunakan di India dan dikabarkan berhasil menurunkan jumlah kematian hingga 25%.
Target tes WHO yaitu 1.000 orang dites PCR per sejuta penduduk per minggu (bukan spesimen). Ini berarti target WHO untuk Jakarta minimum 10.645 orang dites per minggu.
Saat ini RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran menampung pasien hingga 6.120 pasien Covid-19. Angka ini dihimpun berdasarkan data per Senin (12/7).
Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 589.486 dengan tingkat kesembuhan 85,5%, dan total 9.541 orang meninggal dunia
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, pemerintah sudah menyiapkan layanan telemedicine sehingga masyarakat bisa mengajukan secara online.
Saat ini ketersediaan oksigen bagi pasien Covid-19 di wilayah DKI Jakarta sedang terbatas. Wagub DKI Jakarta menegaskan oknum penimbun akan ditindak setegas-tegasnya.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur DKI, yang juga mengingatkan bahwa penimbun oksigen akan ditindak dengan tegas. Mengingat, kebutuhan oksigen medis masih tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved