Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo kasus-kasus kekerasan pada anak dan remaja meningkat tajam. Bahkan ia menyoroti pernikahan usia mudah menjadi salah satu faktor kekerasan tersebut.
"Kekerasan dalam keluarga keluarga, sering terjadi pada keluarga yang tidak siap, dalam hal ini banyak keluarga keluarga muda yang nikah terlalu muda, pernikahan terlalu muda jadi pernikahan anak-anak jauh di bawah 20 tahun, secara medis orang itu bisa hamil dan melahirkan dengan sehat kalau usianya 20 tahun secara psikologis juga siap, secara biologis siap, juga sebagian besar secara ekonomi," kata Hasto kepada Media Indonesia, Rabu (14/7).
Menurutnya, banyak kekerasan yang terjadi karena orang tuanya sendiri belum dewasa. Bahkan ada orang tuanya berkelahi dengan anak karena tidak mampu mengendalikan diri.
"Orang tua usia 18 tahun sudah punya anak itu kan repot. Jadi anak-anak punya anak. Jadi anak berkelahi dengan anak ya begini jadi karena belum dewasa," sebutnya
Dia menambahkan banyak kasus pernikahan usia muda berujung pada perceraian. Bahkan sejak tahun 2018 angka perceraian meningkat terlebih dalam kondisi pandemi.
"Akhirnya apa? perceraian meningkat, tidak hanya kekerasan tapi perceraian. inilah yang kita lihat data-data sejak 2018 ada perceraian yang meningkat. Mungkin masa pandemi lebih lagi banyak konflik masalah ekonomi," jelasnya.
Apalagi hasil Survey KPAI menunjukkan dari 21 kasus kekerasan seksual terjadi di sekolah, 13 kasus atau sebanyak 62% terjadi di jenjang SD, 5 kasus atau 24 % di jenjang SMP/Sederajat dan 3 kasus atau 14% di jenjang SMA.
Sedangkan Komnas Perempuan di tahun 2019 mencatat 2341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, di antaranya 770 merupakan hubungan inses dan 571 kekerasan seksual.
“Kekerasaan seksual terjadi di tempat-tempat yang sangat menyedihkan seperti di sekolah di tingkat SD dan SMP dan SMA. Di tingkat SD justru lebih banyak. Juga kekerasan seksual online pada anak menjadi tren baru di banyak negara termasuk Indonesia, maka dari itu pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini," lanjutnya.
Hasto juga menyatakan banyak tantangan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja karena masih merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. "Tentu ini menjadi masalah serius bagi kita semua," sebutnya
Perlu dipikirkan bersama, lanjut Harto, sebenarnya pengenalan seksualitas pada anak remaja itu diawali dengan mengenal organ reproduksinya, bukan dipersepsikan tentang pelajaran hubungan antara pria dan wanita
"Tentu seksualitas itu just male female, bagaimana mengenal organ reproduksi, menjaganya akhirnya menjadikan generasi kita menjadi generasi yang sehat," tuturnya.
Sementara itu, perkawinan anak masih menjadi problem serius di Indonesia yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka perkawinan anak di Indonesia yaitu14,18% di tahun 2017 menjadi 15,66 di tahun 2018.
Tiga provinsi tertinggi angka perkawinan anak yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur (BPS,2018). Tingginya angka perkawinan anak di Indonesia menempatkan Indonesia sebagai peringkatnomor 7 di dunia danperingkat 2 di Asean sebagai negara dengan angka perkawinan anak tertinggi. (OL-13)
Baca Juga: Polri-BEM Nusantara Bersinergi Gelar Vaksinasi dan Penanganan Covid-19
Program pencegahan dan pengendalian stunting berhasil membawa angka stunting di Jatirejo menjadi 0. 0.
Saat bonus demografi, terjadi surplus usia produktif yang sangat tinggi. Angkanya rata-rata 70% dari keseluruhan jumlah penduduk usia produktif.
BKKBN menekankan perlunya tetap waspada dan melakukan tindakan berkelanjutan karena risiko stunting dapat mengenai siapa saja, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi.
KEMENTERIAN Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menegaskan pentingnya peran agama sebagai salah satu dari 8 Fungsi Keluarga dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.
Sinergi ini bertujuan menyediakan fasilitas penitipan anak di seluruh lingkungan kerja.
MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji memaparkan ada 4 tantangan untuk menurunkan stunting saat ini.
Berdasarkan catatan SIMKAH Kemenag jumlah pasangan di bawah usia 19 tahun yang menikah menurun signifikan dalam tiga tahun terakhir:
Angka pernikahan dini di Kalsel jauh di atas rata-rata nasional 18%, sementara angka stunting nasional 19,8%.
Pernikahan dini juga merampas hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
UPAYA pencegahan pernikahan usia dini harus konsisten ditingkatkan dengan pelaksanaan sejumlah kebijakan yang ada dan langkah yang sistematis.
Upaya pencegahan pernikahan dini harus terus ditingkatkan melalui perluasan pemahaman masyarakat terkait risiko dan dampak negatif dari pernikahan dini.
Melihat kasus tersebut dan banyak kasus pelanggaran hak bagi anak dan perempuan, Kementerian PPPA akan meluncurkan Ruang Bersama Indonesia (RBI) yang nantinya akan dimiliki di desa-desa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved