Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Kasus Nikah Usia Muda dan Kekerasan Anak Masih Tinggi

Ferdian Ananda Majni
14/7/2021 07:05
Kasus Nikah Usia Muda dan Kekerasan Anak Masih Tinggi
Ilustrasi(dok.medcom)

KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo kasus-kasus kekerasan pada anak dan remaja meningkat tajam. Bahkan ia menyoroti pernikahan usia mudah menjadi salah satu faktor kekerasan tersebut.

"Kekerasan dalam keluarga keluarga, sering terjadi pada keluarga yang tidak siap, dalam hal ini banyak keluarga keluarga muda yang nikah terlalu muda, pernikahan terlalu muda jadi pernikahan anak-anak jauh di bawah 20 tahun, secara medis orang itu bisa hamil dan melahirkan dengan sehat kalau usianya 20 tahun secara psikologis juga siap, secara biologis siap, juga sebagian besar secara ekonomi," kata Hasto kepada Media Indonesia, Rabu (14/7).

Menurutnya, banyak kekerasan yang terjadi karena orang tuanya sendiri belum dewasa. Bahkan ada orang tuanya berkelahi dengan anak karena tidak mampu mengendalikan diri.

"Orang tua usia 18 tahun sudah punya anak itu kan repot. Jadi anak-anak punya anak. Jadi anak berkelahi dengan anak ya begini jadi karena belum dewasa," sebutnya

Dia menambahkan banyak kasus pernikahan usia muda berujung pada perceraian. Bahkan sejak tahun 2018 angka perceraian meningkat terlebih dalam kondisi pandemi.

"Akhirnya apa? perceraian meningkat, tidak hanya kekerasan tapi perceraian. inilah yang kita lihat data-data sejak 2018 ada perceraian yang meningkat. Mungkin masa pandemi lebih lagi banyak konflik masalah ekonomi," jelasnya.

Apalagi hasil Survey KPAI menunjukkan dari 21 kasus kekerasan seksual terjadi di sekolah, 13 kasus atau sebanyak 62% terjadi di jenjang SD, 5 kasus atau 24 % di jenjang SMP/Sederajat dan 3 kasus atau 14% di jenjang SMA.

Sedangkan Komnas Perempuan di tahun 2019 mencatat 2341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, di antaranya 770 merupakan hubungan inses dan 571 kekerasan seksual.

“Kekerasaan seksual terjadi di tempat-tempat yang sangat menyedihkan seperti di sekolah di tingkat SD dan SMP dan SMA. Di tingkat SD justru lebih banyak. Juga kekerasan seksual online pada anak menjadi tren baru di banyak negara termasuk Indonesia, maka dari itu pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini," lanjutnya.

Hasto juga menyatakan banyak tantangan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja karena masih merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. "Tentu ini menjadi masalah serius bagi kita semua," sebutnya

Perlu dipikirkan bersama, lanjut Harto, sebenarnya pengenalan seksualitas pada anak remaja itu diawali dengan mengenal organ reproduksinya, bukan dipersepsikan tentang pelajaran hubungan antara pria dan wanita

"Tentu seksualitas itu just male female, bagaimana mengenal organ reproduksi, menjaganya akhirnya menjadikan generasi kita menjadi generasi yang sehat," tuturnya.

Sementara itu, perkawinan anak masih menjadi problem serius di Indonesia yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka perkawinan anak di Indonesia yaitu14,18% di tahun 2017 menjadi 15,66 di tahun 2018.

Tiga provinsi tertinggi angka perkawinan anak yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur (BPS,2018). Tingginya angka perkawinan anak di Indonesia menempatkan Indonesia sebagai peringkatnomor 7 di dunia danperingkat 2 di Asean sebagai negara dengan angka perkawinan anak tertinggi. (OL-13)

Baca Juga: Polri-BEM Nusantara Bersinergi Gelar Vaksinasi dan Penanganan Covid-19



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik