Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
MENGELOLA emosi orangtua dan anak menjadi penting dilakukan, utamanya ketika orangtua mendampingi anak saat belajar di masa pandemi covid-19. Selain mampu menanamkan nilai-nilai kehidupan, dengan melatih emosinya, anak akan bertumbuhkembang, mandiri, dan menemukan potensi dirinya.
Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas kesehatan dan Pendidikan, Kementerian PPPA, Entos Zainal mengatakan, kondisi pandemi covid-19, mengalami perubahan kondisi dan berbagai persoalan baru. Dia mengimbau untuk melakukan berbagai aktivitas di rumah.
"Kita pun tidak pernah membayangkan bahwa anak-anak akan belajar dari rumah dengan tata cara yang baru. Pada akhirnya, anak-anak merasa bosan, serta rindu bersenda gurau dan bermain dengan teman-temannya. Di samping itu, orangtua juga memiliki persoalan, diantaranya ketika mereka harus bekerja dari rumah dan mengelola emosinya,” ujarnya dalam keterangan Pers Kementerian PPPA, Sabtu, (3/7).
Oleh karenanya, Kemen PPPA melalui Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) hadir untuk memberikan layanan pembelajaran dan pendampingan bagi keluarga. Selain itu, Kemen PPPA bersama Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), dan PT Telkom telah meluncurkan Layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA) untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan mental masyarakat di masa pandemi covid-19. Melalui layanan ini masyarakat bisa mendapatkan edukasi, konsultasi, dan pendampingan psikologi.
“Kami khawatir betul selama pandemi anak-anak kita kurang mendapat penanaman nilai-nilai kehidupan, seperti empati, toleransi, dan kebersamaan. Ketika kami berdialog dengan Forum Anak, ternyata anak-anak memiliki caranya sendiri untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Mereka juga tak jarang merasa kesepian di rumah,” tambah Entos.
Psikolog, Ifa H. Misbach mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan berbagai permasalahan tersebut adalah transformasi pendidikan kita belum mampu mendukung bagaimana menciptakan kreativitas belajar, sehingga guru tidak hanya sekadar memindahkan tugas yang diberikan secara manual menjadi bentuk digital.
Proses belajar mengajar secara tatap muka sangatlah berbeda dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Oleh karenanya, Ifa menambahkan pada situasi seperti ini kita membutuhkan lebih banyak empati agar tidak saling menyalahkan. Orangtua dan guru saling bekerja sama dan berperan sebagai pelatih emosi anak.
“Diperlukan peran dan interaksi antara anak, guru, dan orangtua untuk menentukan model pengalaman belajar. Dunia pendidikan kita saat ini tidak sama lagi dengan sebelumnya. Mari anggap permasalahan ini menjadi sebuah tantangan bersama,” terang Ifa.
Dalam kesempatan tersebut, Ifa juga juga mengungkapkan bermain bersama anak merupakan hal penting untuk memperkuat ikatan emosi antara orangtua dan anak, dan melatih mereka dalam mengelola emosinya. Teman terbaik anak saat bermain adalah orangtua.
“Selain menjadi hak, bermain adalah “makanan otak” untuk anak, bermain adalah pekerjaan utama anak. Jika kita ingin memiliki anak yang antusias dalam mempelajari banyak hal, dan membangun hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya, maka orang dewasa harus ikut bermain bersama membantu anak untuk meningkatkan level dopamine pada otak mereka. Kita dapat memanfaatkan imajinasi kita untuk membuat permainan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di rumah untuk bermain,” jelas Ifa.
Selain bermain bersama anak, dalam berkomunikasi dengan anak orangtua juga diimbau menghindari kalimat verbal yang bersifat menghakimi, mendikte, menyindir, merendahkan harga diri, membandingkan, mengancam, dan menyalahkan.
“Ayo, para orangtua ubahlah kalimat-kalimat tersebut menjadi pernyataan positif yang disertai dengan dukungan dan apresiasi. Tanya dan dengarkan pendapat, kondisi, dan saran dari mereka,” pungkas Ifa.(H-1)
Pendidikan pada usia dini merupakan fase yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
Gejala awal pneumonia pada anak sering disalahartikan sebagai batuk pilek biasa, sehingga tidak jarang kondisi ini disepelekan begitu saja.
Anak-anak yang tumbuh bersama ayah yang aktif secara fisik cenderung memiliki perkembangan fisik yang kuat.
Pola makan bergizi seimbang bisa mengikuti panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan yang memuat proporsi nasi, sayur, lauk hewani, dan buah sebagai acuan yang mudah diterapkan di rumah.
PHBS ini sebenarnya utamanya untuk anak-anak usia sekolah, karena biasanya mereka sudah dikasih untuk makan bekal sendiri, jadi sudah dilepas sama orangtua.
Vaksinasi influenza memang tidak menjamin anak bebas dari flu sepenuhnya, namun dapat mencegah gejala menjadi berat atau komplikasi serius.
'Karena manusia itu hanya bisa dididik oleh manusia untuk menjadi manusia. Kalau manusia dididik oleh robot maka dia akan jadi robot,'
PERUBAHAN status Universitas Terbuka (UT) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) tidak serta-merta membuat perguruan tinggi tersebut meningkatkan biaya pendidikan.
Dalam jangka pendek, Dekan FEB UP yang baru, Dr Harnovinsah, akan menjalankan program fast track yakni mahasiswa dalam kuliah selama lima tahun mendapatkan dua ijazah S1 dan S2.
GAWAI dan peranti digital semakin masif digunakan anak dan remaja Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh
Unpad EdEx juga telah meresmikan kerja sama perdana dengan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney yang merupakan BUMN Holding Industri Aviasi dan Pariwisata Indonesia.
Prod1gy menjanjikan para pengajar mendapatkan penghasilan tambahan dengan terkoneksi dengan banyak murid.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved