Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
IVERMECTIN digadang-gadang sebagai obat yang mampu mengalahkan virus SARS-Cov-2 penyebab covid-19. Berdasarkan penelitian awal, obat itu disebut bisa membunuh virus, tetapi baru diuji secara in vitro alias dilakukan di luar tubuh objek atau manusia.
Dewan Pakar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Prof. Apt. Yahdiana Harahap mengatakan bahwa dari literatur, studi in vitro yang dilakukan membuktikan khasiat ivermectin mengalahkan covid-19. Obat tersebut bisa menghentikan replikasi virus SARS-Cov-2.
"Tapi hal ini tidak bisa langsung dikorelasikan atau ditranslasikan dengan kajian klinis. Diperlukan banyak sekali studi-studi lanjutan dari studi in vitro ini," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (2/7) malam.
Dijelaskannya, dari beberapa literatur lain disebutkan IC yang dibutuhkan untuk membunuh virus. Untuk menghitungnya, ivermectin membutuhkan IC 50. Artinya konsentrasi pada dosis itu mengakibatkan 50% virus mati.
"Kajian in vitro juga diperoleh kadar 5 mikromolar. Jadi kadar mikromolar virus akan mati 50%. Nah ini berarti dengan dosis yang tinggi," terangnya.
Yahdiana membeberkan dosis pada obat cacing itu 200-400 mikrogram per kg berat badan. Kemudian dosis yang ada pada saat ini 12 mg. Pada dosis tersebut kemudian dinaikkan delapan kali, ternyata konsentrasi di dalam tubuh hanya 0,28 mikromolar.
"Jadi saya ingin mengatakan bila kita ingin mengorelasikan obat cacing ke antivirus itu concern-nya di dosis. Berapa dosis yang diberikan untuk mematikan virus yang 5 mikromolar berarti harus dinaikkan 250 kalinya. Itu secara hitung-hitungan," jelasnya.
Kajian lain juga menyebut ivermectin sangat buruk karena kemampuan absorbsi dalam darah sangat lemah. Obat itu pun terikat dengan protein lebih kurang 93%.
Artinya obat bebas bila digunakan untuk membunuh virus, kadarnya kecil dalam darah. Selain itu terikat dengan protein dalam jumlah besar sebagaimana obat tersebut didesain untuk obat cacing.
"Nah obat ini kan memang didesain untuk obat cacing sehingga dia masuk ke darah dalam jumlah yang tidak besar. Sedangkan obat kalau dia menuju ke reseptor dia harus tersedia dalam darah dan kemudian menuju reseptor," kata dia.
Sementara itu, lanjutnya, studi lain juga menyebut ivermectin dan plasebo pada pasien tidak ada perbedaan yang signifikan. Obat itu tidak memberi efek sebagai antivirus. (OL-14)
Ketersediaan obat yang sesuai kebutuhan medis semua penyakit yang ada di Indonesia juga menjadi harapan utama bagi kesembuhan para pasien.
Ketamin adalah obat yang awalnya dipakai sebagai obat bius dalam prosedur medis singkat untuk meredakan nyeri sesaat.
Kenali 4 jenis obat migrain bebas resep seperti Panadol Extra dan Bodrex Migra yang efektif redakan sakit kepala sebelah dengan cepat dan aman.
Orangtua sebaiknya lebih dulu menanyakan dan mengamati gejala sakit yang dialami oleh anak sebelum membeli obat.
Pasien TB RO harus minum lebih banyak obat setiap hari dan menjalani pengobatan dalam jangka yang lebih lama sesuai dengan rekomendasi dari tim ahli klinis agar bisa sembuh.
Kanker payudara triple-negatif mencakup 15% hingga 20% dari semua kasus kanker payudara. Kanker ini tumbuh lebih cepat dan lebih mungkin kambuh setelah perawatan.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved