Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kegundahan Orangtua soal Pembelajaran Tatap Muka

Fathurrozzak
02/7/2021 22:09
Kegundahan Orangtua soal Pembelajaran Tatap Muka
drummer Slank Bimbim di Program Vaksin Untuk Indonesia(Dok. MetroTV)

PARA personel Slank membagikan pengalaman dalam membimbing anak-anak mereka mengikuti sekolah daring. Diakui sang drummer, para anaknya menikmati pembelajaran dari rumah.

Pandemi yang sudah berjalan hingga 1,5 tahun ini juga memaksa para siswa belajar daring. Situasi ini juga turut menimbulkan kekhawatiran bagi para orangtua terhadap kondisi psikologis sang anak akibat kurangnya sosialisasi terhadap teman. 

Hal itu juga diungkapkan komedian Jarwo Kwat saat ia hadir dalam program Vaksin untuk Indonesia episode My Happy Family. Jarwo berharap sekolah tatap muka bisa dilakukan dengan penyesuaian yang sudah disusun pemerintah.

Meski sama-sama berharap pembelajaran tatap muka kelak dilakukan, tetapi Meisya Siregar juga merasa masih khawatir jika nanti sang anak bertemu dengan orang lain di luar rumah di tengah situasi pandemi yang belum terkendali. 

“Karena bisa saja ada peluang anak-anak bisa memaparkan atau terpapar. Sebagai ibu, saya merasa khawatir. Mungkin bisa dilakukan dengan banyak cara lain agar anak-anak tetap bisa mengasah skill sosial mereka selama pembelajaran daring ini,” kata Meisya, saat menjadi bintang tamu Vaksin Untuk Indonesia, Jumat, (2/7).

Drummer Slank, Bimbim, juga membagikan pengalamannya dalam membimbing anak-anaknya selama pembelajaran daring. Menurutnya, para anak cukup menikmati.

Baca juga : Vaksinasi untuk Mahasiswa Berprestasi Menjadi Prioritas

“Mereka enjoy sih buat sekolah online. Kalau dibanding tatap muka, malah mereka lebih memilih buat sekolah online. Tapi kupikir ini sudah 1,5 tahun, ya cara belajar haru dengan cara dan style baru,” katanya.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengatakan memang situasi pembelajaran saat ini tidak bisa seefektif seperti pembelajaran tatap muka (PTM). Ia juga menyampaikan, PTM menjadi keniscayaan. Diakui Wikan, beberapa keluhan seperti kelelahan orangtua, anak yang cenderung stres dan sukar untuk membentuk sifat membangun bersama komunitas, dan tenaga pengajar yang cukup kewalahan untuk menyusun cara mengajar memang masih menjadi tantangan.

Tapi, jika kelak PTM terbatas bakal dilangsungkan ia juga memberi catatan, itu bisa dijalankan dengan konteks berdasar wilayah.

“Beda sekolah, tempat, dan lokasi, akan memiliki tantangan yang tidak sama. Konteks panduan yang sudah disusun pemerintah itu sesuai daerah di mana para guru dan tenaga kependidikan bekerja. Pada prinsipnya hal teknis dan non-teknis sudah diatur, ada turunannya dari SKB 4 Menteri yang pernah dirilis untuk pengajaran pada era pandemi,” kata Wikan.

Aturan tersebut di antaranya mengatur jumlah maksimal murid yang boleh mengikuti PTM, tata ruangan, durasi PTM, hingga pengaturan sirkulasi ruangan.

“Panduan itu harus disesuaikan dengan konteks dan keadaan masing-masing sekolah. Harus dapat izin dari pemda, satgas, dan tentunya izin akhirnya ada pada orangtua," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya