SEBUAH video di Youtube menampilkan seorang gadis yang galau karena pandemi Covid-19 tak kunjung mereda. Ia pun antusias ketika mendapatkan sekotak ‘obat pandemi Covid-19’ dari sebuah apotik.
Sampai di rumah, dibukanya kotak obat berlabel 5M itu. Rupanya, isinya berupa lima gulungan kertas. Ketika dibuka, gulungan itu bertuliskan lima poin protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Di video lain, seorang pemuda, Noto, yang tinggal di pedesaan bersepeda ke warung untuk membeli gula pesanan sang ibu. Kala itu bulan Ramadan, gula tersebut akan dipakai untuk membuat minuman buka puasa.
Di tengah jalan, ia berhenti sejenak, menyapa teman-temannya yang sedang nongkrong. Dilihatnya, sebagian besar tidak memakai masker, ada pula yang memakai masker tapi tak menutup hidung.
Menggunakan bahasa setempat, dengan gaya komunikasi khas anak muda yang akrab, Noto pun mencoba memberi pemahaman soal penggunaan masker yang benar. Sesudahnya, ia meneruskan perjalanan ke warung.
Magrib pun tiba, bersama ayah, ibu, dan seorang saudaranya, Noto duduk di lantai menikmati hidangan buka puasa. Sembari makan, sang ibu mengenang Ramadan di masa lalu, ketika mereka masih bisa buka puasa bersama di masjid bersama para tetangga.
Menanggapi ‘curhat’ ibundanya, dengan santun Noto menjelaskan kondisi pandemi yang belum memungkinkan untuk acara kumpul-kumpul.
Itulah cuplikan tayangan video kreatif berisi sosialisasi pencegahan Covid-19. Dua video itu masing-masing merupakan karya Jihan Nadira dan Ahmad Supranoto.
Mereka adalah mahasiswa finalis Daewoong Social Impactor, sebuah program duta mahasiswa yang digelar Daewoong Pharmaceutical Company Indonesia (DPCI) untuk mempromosikan beragam isu kesehatan di Indonesia kepada publik melalui produksi konten kreatif.
Program yang berjalan sejak 8 April lalu itu diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Melalui proses seleksi, terpilih 15 finalis. Para finalis menjalankan empat misi secara terjadwal hingga Agustus mendatang.
Misinya, memproduksi konten di media sosial seputar informasi kesehatan dan gaya hidup sehat yang kemudian dibagikan melalui kanal Youtube dan Instagram para finalis. Misi pertama telah selesai pada akhir Mei lalu, yang menghasilkan dua pemenang terpilih, Jihan Nadira dan Ahmad Supranoto.
Jihan Nadira mengungkapkan, konten sosialisasi pencegahan Covid-19 sebetulnya sudah banyak. Yang menjadi tantangan ialah bagaimana menarik perhatian masyarakat untuk menyimak konten tersebut.
Karena itulah, dalam video karyanya, ia memanfaatkan judul yang bersifat clickbait yaitu ‘5 Cara Sembuh dari Pandemi Covid-19 | Emang bisa?’.
“Sembuh dari pandemi kan jadi keinginan semua orang ya, diharapkan dengan judul ini masyarakat tertarik untuk meng-klik dan menyimak videonya,” ujar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini pada keterangan pers, Rabu (23/6).
Berbeda dengan Jihan, Ahmad Supranoto mengulas fenomena yang terjadi di desa tempat tinggalnya, yakni masih banyak orang yang belum mematuhi protokol kesehatan. Gambaran kehidupan masyarakat desa beserta lingkungannya menjadi salah satu kekuatan video ini.
“Semoga, dengan menyimak videonya, kesadaran masyarakat akan pencegahan Covid-19 terus bertambah,” kata Noto, sapaan akrab mahasiswa Universitas Sriwijaya itu.
Ke-15 finalis Daewoong Social Impactor mendapat hadiah berupa dana pendidikan senilai Rp7,5 juta per orang. Bagi dua pemenang di setiap misi, ada hadiah tambahan senilai Rp5,5 juta.
Apresiasi tersebut tentu mendatangkan kebanggaan bagi mereka. Bahkan, ada satu finalis, Hanif Ibrahim, yang menyumbangkan sebagian hadiah tersebut ke Yayasan Yatim Mandiri.
“Saya sangat senang dan terharu mendapat hadiah yang dari Daewoong. Karena itu saya berinisiatif menyumbangkan sebagian ke yayasan yatim,” ungkap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Bagi Hanif, Jihan, Noto dan para finalis lain, apresiasi berupa dana pendidikan tersebut bukan satu-satunya hadiah yang mendatangkan kebahagiaan. Lebih dari itu, ada manfaat besar yang mereka peroleh dari mengikuti program kompetisi ini.
“Kami dapat kesempatan ikut workshop pembuatan konten kreatif bersama para pakar, dapat pengalaman mengasah kreativitas dalam pembuatan konten, juga memperoleh jejaring dan teman baru. Bagi saya, itu semua punya nilai manfaat yang luar biasa,” ungkap Noto.
Hal senada juga diungkapkan Jihan. Menurutnya, banyak ilmu baru terkait pembuatan konten kreatif yang ia dapat dari workshop. Hal itu semakin memacunya untuk membuat konten-konten kreatif bidang kesehatan.
“Jadi, harapannya, bukan hanya konten bidang beauty yang banyak, konten soal kesehatan juga semoga makin bertambah,” imbuhnya.
Hanif menambahkan, jika sebelumnya dia lebih banyak menyimak konten-konten medsos orang lain, berkat ikut serta dalam Daewoong Social Impactor dirinya terpacu membuat konten medsos yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ia, Jihan, dan Noto pun berharap ke depan Daewoong terus melanjutkan kompetisi yang memacu kreativitas mahasiswa sekaligus berdampak positif bagi masyarakat ini.
CEO Daewoong Pharmaceutical, Sengho Jeon, menjelaskan, program Daewoong Social Impactor dirancang untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai gaya hidup sehat dan meningkatkan kesadaran terhadap industri kesehatan.
Program ini bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia dengan mengajak mahasiswa memproduksi konten digital terkait kesehatan yang akan dibagikan melalui sosial media dengan tema “Pikiran Positif Awal Hidup Sehat”.
“Sebagai grup kesehatan global, Daewoong Pharmaceutical telah melakukan berbagai upaya termasuk menjalankan program kerja sama industri-akademik bersama dengan universitas serta melakukan kolaborasi terbuka untuk meningkatkan kualitas hidup warga dan membina generasi pemimpin masa depan di Indonesia," jelasnya.
"Dimulai dengan Daewoong Social Impactor, Daewoong Pharmaceutical akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tutur Sengho Jeon. (Nik/OL-09)