Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEMERINTAH dan masyarakat masih harus siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi saat peralihan musim, tepatnya dari musim hujan ke musim kemarau.
"Di beberapa tempat itu hujan masih cukup tinggi. Bahkan, berdampak bencana hidrometeorologi, seperti genangan dan banjir. Ada berapa titik yang hujan dari minggu-minggu kemarin, juga sampai tergenang karena curah hujan tinggi," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan saat dihubungi, Selasa (22/6).
Lebih lanjut, dia menjelaskan biasanya hujan di wilayah darat disertai angin kencang. Sehingga, bencana hidrometeorologi masih berpotensi tinggi, begitu juga curah hujan tinggi yang mengakibatkan banjir dan genangan.
Baca juga: BNPB: 1.445 Bencana Alam Terjadi Hingga 20 Juni
"Selagi masih akan transisi, artinya sampai betul-betul memasuki musim kemarau. Angin biasanya kencang," imbuhnya.
Meski saat ini memasuki periode musim kemarau, namun tergolong kemarau basah. Alhasil, potensi bencana hidrometeorologi masih tinggi, seperti periode Januari-Februari, yang terjadinya curah hujan tinggi dalam sehari.
"Lautnya juga, angin kencang, hingga gelombang tinggi. Itu harus diwaspadai. Bencana hidrometeorologi, dalam artian masih hujan, belum kepada kemarau atau kebakaran hutan," pungkas Dodo.
Baca juga: Yuk, Kenali Tipe Petir di Musim Hujan
Berdasarkan prakiraan BMKG, seharusnya sejumlah wilayah di Indonesia memasuki musim kemarau. Dari beberapa daerah yang memiliki ciri musim kemarau, lanjut dia, hampir sebagiannya sudah masuk musim tersebut. Seperti, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat di bagian timur, Nusa Tenggara Timur dan beberapa wilayah Sumatera.
Dari sisi atmosfer, musim kemarau masih ditandai sifat dinamika atmosfer yang mendukung pembentukan hujan. Sehingga, dari aspek cuaca harian, sejumlah wilayah masih berpotensi hujan hingga beberapa hari ke depan.
"Unsur penentu El Nino atau La Nina itu sudah mengarah ke kondisi netral. Istilahnya netral menunju bekas dari La Lina, sehingga nuansanya masih cukup basah. Ini dicirikan kondisi muka laut yang masih hangat di wilayah Indonesia," paparnya.(OL-11)
Oktober merupakan masa transisi anomali cuaca. Pasalnya, pada momen itu terjadi peralihan dari musim kemarau ke hujan.
Dari berbagai kejadian selama Januari-Februari, bencana hidrometeorologi paling banyak. Pada Januari terdapat sebanyak 36 kali dan Februari sebanyak 11 kali.
SEBANYAK 137 rumah di Dusun Desa, Dusun Segel, Dusun Leuwihalang, Desa Mangkubumi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, tersapu angin puting beliung.
"Kondisi curah hujan lebat ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang," kata Fachri
Tingginya intensitas hujan terjadi karena terjadi peningkatan intensitas angin Monsun dari Asia Pasifik yang melintas wilayah Indonesia menuju ke Australia
BMKG mengimbau para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk mewaspadai dan melakukan upaya mitigasi.
Petugas khusus dan alat material disiagakan untuk mewujudkan perjalanan KA yang lancar dan terkendali, sehingga pelanggan dapat menikmati perjalanan KA dengan aman dan nyaman.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Cicalengka terendam banjir pada Kamis (30/11) malam.
Apel diikuti pemangku kepentingan dalam penanganan bencana. Terdiri dari unsur pemerintah provinsi, TNI, Polri, BPBD, relawan dan masyarakat.
TNI, Polri, maupun Pemkab Cianjur, semua sudah menyiapkan personel maupun sarana dan prasarana.
Di masa libur Natal dan tahun baru, sejumlah jalur menuju kawasan pariwisata Kota Bandung dipenuhi kendaraan dari luar daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved