Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MENJADI seorang legenda di dunia perfilman Indonesia bukanlah hal mudah. Christine Hakim pun yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia perfilman Indonesia tetap harus belajar mendalami sebuah karakter yang baru ia perankan.
"Saya tidak pernah berhenti belajar, apalagi karakter orang itu bermacam-macam. Ada yang ini ada juga yang seperti Nyi Misni di film Perempuan Tanah Jahanam," ungkap Christine Hakim dalam acara The Legend MetroTV, Sabtu (19/6).
Ia mengatakan, masuk ke dunia film Tanah Air bagi Christine merupakan sebuah keberuntungan. Saat ia diikutsertakan menjadi nomine Festival Film Indonesia (FFI) pada 1974 dan dinobatkan menjadi aktris terbaik, dari situlah Christine berkomitmen pada dirinya sendiri.
"Betapa beruntungnya saya diperkenalkan dan dibawa ke dalam dunia ini. Namun betapa bodohnya saya kalau tidak mengambil manfaat. Maka dari situ saya memberi komitmen pada diri saya sendiri dan menganggap dunia film sebagai pengganti bangku kuliah saya," kata dia.
Setiap membintangi sebuah film, apalagi dengan genre film biopik, Christine selalu meminta pada Yang Kuasa agar bisa mendalami sebuah karakter. Sebab, hal tersebut bukanlah sebuah perkata mudah. Sama halnya saat ia memerankan sosok pejuang asal Aceh Tjoet Nja Dhien.
Pasalnya, sosok legendaris perempuan pahlawan tersebut sudah lama meninggal dan ia harus mendalami katakter tersebut. Sambil memerankan sosok pahlawan itu rupanya Christine tak luput mempelajari perjuangan bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan.
"Ketika Tuhan sudah memberikan saya amanah untuk memerankan karakter film seperti ini saya harus menggali sampai ke sejarah perjuangan bangsa ini. Sebab itu, pemain harus betul-betul menguasai apa tuntutan cerita," kata Christine.
Di film yang belum lama ia perankan, Perempuan Tanah Jahanam pun sebetulnya sempat ia tolak. Karena selain ia takut bermain film horor, memerankan tokoh antagonis merupakan pengalaman Christine pertama kali.
"Saya mencoba memakai nalar Nyi Misni di sini, tapi nyatanya Nyi Misni tidak punya nalar dan logika. Ia hanya punya hawa nafsu yang menguasai dirinya," lanjut dia.
Menurut dia, hal itu memang sifat dasar manusia. Saat orang sudah menyimpan semua rasa sakit, pahit di dalam hati akhirnya akan menjadi dendam. Hatinya berbintik hitam, itulah yang membuat nalar dan akal sehat tidak jalan. (Gan/S2-25)
Sunscreen menjadi perlindungan utama untuk menjaga kesehatan kulit dalam jangka panjang, terutama saat menghadapi paparan sinar matahari dan faktor lingkungan lainnya.
Chelsea Islan menjajal menjadi produser dalam film biopik Rose Pandanwangi. Selain menjadi produser, ia juga memerankan tokoh utama yakni penyanyi seriosa.
Tissa Biani mencari wawasan langsung dari psikolog profesional. Langkah itu diambil untuk memastikan penggambaran karakternya tidak hanya akurat, tetapi juga penuh empati.
AKTRIS Davina Karamoy kini menjadi salah satu nama yang kian laris di industri perfilman Indonesia. Setelah melejit berperan sebagai ‘pelakor’ yang filmnya menjadi blockbuster
Nikita Willy mengatakan cara itu akan membantu sang anak belajar memilih apa yang diinginkan dan merasa lebih dihargai.
Film Sah! Katanya menceritakan lika-liku kehidupan Marni, anak bungsu dari empat bersaudara yang harus memenuhi wasiat ayahnya untuk menikah dengan putra sahabat sang ayah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved