Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Prevalensi Hipertensi di Kalangan Milenial Meningkat

Eni Kartinah
04/6/2021 16:12
Prevalensi Hipertensi di Kalangan Milenial Meningkat
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner itu yang kini sering ditemui pada usia yang relatif lebih muda.(Ist/Istock)

BANYAK orang masih belum menyadari bahaya hipertensi atau penyakit darah tinggi.

Untuk memperingati Hari Hipertensi Sedunia yang tahun ini bertemakan “Cegah dan Kendalikan Hipertensi dengan Tepat untuk Hidup Sehat Lebih Lama”.

Terkait Hari Hipertensi Sedunia, PT Omron Healthcare Indonesia, perusahaan monitor kesehatan di rumah dan teknologi kesehatan, mengadakan media briefing virtual untuk mendorong masyarakatmencegah dan mengendalikan hipertensi melalui pemantauan tekanan darah secara mandiri.

Hipertensi, yang juga disebut the silent killer, sering terjadi tanpa keluhan dan baru diketahuisetelah terjadi komplikasi.

“Prevalensi hipertensi selama ini dianggap hanya terjadi dikalangan pasien berusia 60 tahun ke atas,” ujar Tomoaki Watanabe, Director, Omron Healthcare Indonesia dalam keterangan pers Jumat (4/6).

“Namun beberapa tahun terakhir, penyakit yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner itu sering ditemui pada usia yang relatif lebih muda,” kata Tomoaki.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada kelompokusia 25-34 tahun mencapai 20% dan pada kelompok usia 35-44 tahun mencapai 34%.

Menurut Yayasan Jantung Indonesia (YJI), hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.

Kondisi ini tidak hanya menyerang mereka yang sudah lanjut usia tapi jugamilenial, yakni generasi yang lahir antara tahun 1981 dan 1996.

Kenaikan prevalensi hipertensi pada milenial ini berhubungan erat dengan pola hidup tidaksehat, stres, dan kemajuan teknologi yang mengurangi aktivitas fisik.

Stres dipicu oleh banyakfaktor seperti tuntutan pekerjaan, selain juga pandemi Covid-19.

Studi Blue Cross Blue Shield Association menemukan bahwa 92% milenial menganggap Covid-19 telahberdampak negatif terhadap kesehatan mental mereka.

Tak hanya itu, hipertensi patut diwaspadai sebagai komorbid atau penyakit penyerta teratas yang mengikutipenderita Covid-19.

Menurut data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 1 Juni 2021, tiga besar komorbid tertinggi yang ditemukan pada pasien Covid-19 adalah hipertensi (50 %), Diabetes Melitus (36.6 %), penyakit jantung (17,4%).

Jangan lupa, hipertensi adalah kontributor utama pada penyakit jantung, stroke dan penyakitginjal kronik.

Dalam media briefing virtual, Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin  juga menegaskan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang tidak hanya bisamenyerang mereka yang lanjut usia tetapi juga bisa menyerang generasi muda atau milenial.

“Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi dan penyakit jantung iniberhubungan erat dengan pola atau gaya hidup,” jelasnya.

“Pola hidup antara lain merokok, konsumsi minumanberalkohol, rendahnya aktivitas fisik, rendahnya konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah, serta tingginya konsumsi gula garam dan lemak,” kata Esti .

“ Yang paling utama selain menghindaripola hidup tidak sehat adalah kita juga melalukan pengukuran tekanan darah secara rutinsehingga bisa mencegah atau setidaknya dan mengendalikan hipertensi,” tuturnya.

Di sisi lain, ahli jantung dan pemerhati pipertensi dr. Badai Bhatara Sp.JP, FIHA, MM, menambahkan bahwa hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai dua kali, risiko gagal jantung satu setengah kali dan stroke dua koma enam kali lipat

“Kita harusmenumbuhkan kesadaran diri untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukurantekanan darah secara rutin, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam,” ujar dr.Badai yang juga staf di divisi prevensi dan rehabilitasi, departemen kardiologi dan kedokteran vaskular, FK Unpad.

Pemantauan tekanan darah bisa dilakukan secara mandiri di rumah.  Untuk memenuhi hal itu, Omron telah merancang berbagai monitor tekanan darah (blood pressure monitoring) yang sesuai untuk penggunaan di rumah dengan akurasi tinggi, nyaman digunakan.

Monitor tekanan darah memiliki fitur-fitur canggih seperti konektivitas Bluetooth untuk berbagi data secara real time dengan dokter,menjadikan perangkat ini sempurna untuk mengukur tekanan darah di rumah, bahkan oleh pengguna baru.

Namun  Tomoaki menyarankan untuk berkonsultasi ke tenaga medis sebelum menggunakan perangkat monitor kesehatan apa pun. (Nik/OL-09)

 

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya