Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengidap HIV/AIDS di Cianjur Didominasi Homoseksual

Benny Bastiandy/Budi Kansil
27/4/2021 14:42
Pengidap HIV/AIDS di Cianjur Didominasi Homoseksual
Ilustrasi(Antara)

LELAKI suka lelaki alias homoseksual masih mendominasi jumlah terbanyak pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selama 2020.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena faktor pergaulan bebas sehingga mereka rentan menularkan virusnya ke sesama.

Sekretaris Komite Penanggulangan AIDS Kabupaten Cianjur, Hilman, menyebutkan sejauh ini tren pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur, cenderung turun naik. Dari berbagai temuan kasus, LSL ataupun homoseksual alias gay, mendominasi jumlah pengidap terbanyak HIV/AIDS di Cianjur.

"Selain LSL atau gay, jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak lainnya yakni WPS (wanita pekerja seksual) dan ibu rumah tangga," terang Hilman, Selasa (27/4).

Jumlah temuan HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur sendiri secara keseluruhan sampai saat ini mencapai kisaran 1.300-an kasus. Pada 2019 hingga 2020, jumlah temuannya cenderung sama, kisaran 179 kasus.

"Kalau untuk sebaran wilayah, cakupan pengidap HIV/AIDS terbanyak itu ada di Kecamatan Cianjur, Pacet, dan Cipanas. Salah satu faktor penyebabnya mungkin karena tingginya mobilitas dan aktivitas masyarakatnya. Belum lagi banyak wisatawan dari luar daerah yang datang setiap liburan," tuturnya.

Hilman mengaku pada masa pademi covid-19 saat ini, program sosialisasi pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat atau populasi-polulasi kunci memang
sedikit terkendala. Namun, kegiatannya disiasati dengan membatasi jumlah undangan setiap kali dilaksanakan sosialisasi.

"Kami bekerja sama dengan puskesmas-puskesmas menyosialisasikan pencegahan terhadap bahaya penularan HIV/AIDS. Pada situasi dan kondisi pandemi ini tentu ada pembatasan," terangnya.

Sedangkan untuk data jumlah pengidap HIV/AIDS tahun ini pada periode Januari-Maret, kata Hilman, belum dilaporkan dari para relawan di lapangan.
Kondisi itu dipicu juga pandemi covid-19 sehingga perlu kehati-hatian saat melakukan tes layanan konseling dan testing sukarela atau voluntary
counseling and testing (VCT).

"VCT masih terus kami lakukan dengan pembatasan-pembatasan," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Dari 18 Kecamatan di Palembang, 14 Masuk Zona Merah



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya