Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Konsumsi AMDK Meningkat, Dosen FK Unpad Peringatkan Kualitas

Suryani Wandari
27/4/2021 09:45
Konsumsi AMDK Meningkat, Dosen FK Unpad Peringatkan Kualitas
Sejumlah prajurit TNI AL membersihkan sampah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (18/3/2021).(ANTARA/ADWIT B PRAMONO)

Konsumsi AMDK Meningkat, Dosen FK Unpad Peringatkan KualitasPandemi Covid-19 membawa perubahan pola pemakaian air masyarakat. Menurut Founder Indonesia Water Institute (IWI) yang juga staf khusus menteri Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya air, Firdaus Ali saat memasuki pandemi Covid-19 terdapat peningkatan konsmsi Air minum dalam kemasan (AMDK).

"Berdasarkan survey dari IWI, 2020, 88% responden menggunakjan kemasasn galon, sisanya menggunakan campuran jenis kemasan seperti botol dan galon," kata Firdaaus dalam jurnalis class yang diselenggarakan PWI, Senin (19/4).

Baca juga: Rayakan Hari Bumi, Foreo Ingatkan Masyarakat akan Bahaya Sampah

Ia melanjutkan, dalam hal konsumsi air terdapat 69% responden menggunkan AMDK 51-200 liter perbulan atau 1-10 galon per bulan. Sementara 87% responden mengeluarkan biaya mencapai rata-rata Rp 300 ribu per bulan untuk AMDK.

Senada dengan itu, Dosen FK Unpad Sri Yusnita Irda Sari pun mengatakan 48% penduduk di wilayah kumuh perkotaan pun memilih air minum isi ulang. Hal ini menurutnya terjadi karena beberapa faktor.

"Faktor tersebut yakni status ekonomiu, ketersediaan jenis sumber air bersih yang dimiliki, pendidikan kepala keluarga dan persepsi terhadap risiko keamanan sumber air bersih." kata Sri.

Padahal, lanjutnya, sumber-sumber tersebut disebut belum tentu terjamin kebersihannya.Menurutnya, memang sulit untuk membedakan kualitas iatr memenuhi syarat atau tidak, namun umumnya masyarakat hanya bisa mengandalkan parameter fisik.

Hal ini mengkhawatirkan karena fenomena air minum isi ulang semakin meningkat. Di DKI Jakarta saja, jumlah Depot Air Minum (DAM) meningkat 800% (1997-2008) atau jumlahnya ,mencapai 10 ribu.

Baca juga: KKP Panggil Pertamina Bahas Kasus Tumpahan Minyak di Karawang

Namun menurutnya, kepatuhan DAM ini sangat rendah yakni 41,5% DAM memiliki sertifikat pelatihan, 26,6% memiliki ijin usaha, 17,9% memiliki sertifikat Laik Higiene Sanitasi, 10,5% patuh pada peraturan pemerintah laboratorium secara reguler, dan 12,2% memliki standard prosedur operasional dalam melanjutkan usahanya.

Dalam hal ini Sri mengatakan, masyarakat maupun pengusaha perlu memiliki kesadaran atas dampak buruk dari mutu air kurang higienis.

“Berkaitan dengan depot air minum, perlu kesadaran dari pihak pengusaha, kalau tidak berkualitas, dampak ke masyarakat bisa buruk. Pengawasan dari pemerintah, dan awareness dari masyarakat perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Masyarakat juga dihimbau untuk dapat berani mempertanyakan jika ada kejanggalan pada air yang dikonsumi.

Sementara itu, pemilik usaha depot air juga harus ditinjau ulang terkait pembersihan galon dan airnya. karena teknologi yang digunakan sudah sangat lama, dan sampai sekarang metode pembersihan galon belum ada yang baru.

Untuk masyarakat yang ingin mengolah air bersih di rumah untuk dikonsumsi, salah satu cara efektif adalah direbus selama 3 menit sampai mendidih. “Ini metode paling simpel walaupun tidak menghilangkan zat kimia. Ada juga filtrasi, menggunakan alat filtrasi sederhana, ada keramik, ada berlapis-lapis untuk rumah tangga, tapi belum terlalu populer,” imbuhnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya