Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Eijkman Temukan Reinfeksi Covid-19 pada Orang yang Sudah Divaksin

Zubaedah Hanum
15/3/2021 10:35
Eijkman Temukan Reinfeksi Covid-19 pada Orang yang Sudah Divaksin
Ilustrasi virus korona(CDC)

TIDAK sedikit penyintas covid-19 yang mengaku terinfeksi kembali (reinfeksi) virus tersebut. Ada yang mengatakan terinfeksi untuk kedua kali bahkan sampai ketiga kalinya. Mengapa reinfeksi bisa terjadi?

Reinfeksi atau infeksi berulang pada kasus covid-19 memang bisa saja terjadi. Hal ini tentu bisa menyebabkan kekhawatiran karena itu berarti meskipun seseorang sudah sembuh, bukan berarti bahwa mereka sudah aman.

Prof Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman/Pakar Mikrobiologi Klinik mengamini, pihaknya telah menerima beberapa kasus reinfeksi pada kasus covid-19. Yang menarik, menurut Amin, reinfeksi itu tidak hanya dialami orang yang sudah sembuh (penyintas), tapi juga yang sudah divaksin.

"Terjadinya reinfeksi pada orang yang sudah sembuh maupun orang yang sudah divaksin itu memang beberapa kali dilaporkan," ungkapnya dalam talkshow BNPB, pekan lalu.

"Kita mesti lihat apakah ini infeksi yang disebabkan virus yang berbeda atau yang sama dengan sebelumnya. Pada infeksi pertama, mungkin virusnya belum sepenuhnya pergi dari tubuh. Ketika tubuh melemah, bisa menyebabkan flare up atau menyala kembali," jelas Amin.

Tetapi, kata Amin, yang lebih banyak adalah reinfeksi kembali oleh virus yang bermutasi. Artinya virus yang berbeda dari yang sebelumnya.

"Virus yang menginfeksi kedua itu tidak dikenali oleh antibodi yang sudah terbentuk," ujar Prof Amin.

Namun, menurut Amin, reinfeksi juga bisa terjadi disebabkan karena antibodi yang terbentuk tidak terlalu tinggi atau tidak cukup.

"Pada beberapa orang, biasanya setelah infeksi berat itu kadar antibodinya lebih tinggi. Tetapi dari pengamatan yang dilakukan, setiap individu berbeda-beda. Ada yang antibodinya tinggi tapi cepat hilang, ada yang tidak terlalu tinggi tetapi bertahan lama," jelasnya.

Dengan adanya varian baru ini, Amin mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan prinsip kewaspadaan umum.

"Tidak perlu membedakan virus A dan B karena cara pengendalinya sama. Tidak perlu panik, tetap patuhi protokol kesehatan yang disarankan seperti 3M dan itu harus dilakukan oleh semua orang," tegasnya.

Terkait dengan vaksinasi, Prof Amin juga menekankan bahwa vaksinasi itu sifatnya berdampingan dengan protokol kesehatan dan 3T yatu Tracing, Testing, dan Treatment. "Kembali kami mengimbau jika ada kesempatan mendapat vaksin, laksanakanlah tidak perlu ditolak," tutupnya. (Medcom.id/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya