Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Program Pengadaan Vaksin Covid-19 Indonesia Diapresiasi

Ghani Nurcahyadi
13/3/2021 00:03
Program Pengadaan Vaksin Covid-19 Indonesia Diapresiasi
Kedatangan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca(Antara/Muhamamd Iqbal)

INDONESIA resmi mendapatkan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca pada Senin (8/3) dengan kedatangan 1,1 juta dosis vaksin. Kedatangan vaksin itu membuat varian vaksin Covid-19 di Indonesia makin beragam. Seluruh vaksin Covid-19 yang kini digunakan, juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pengamat imunisasi Elizabeth Jane Soepardi menyambut gembira adanya vaksin Covid-19 di Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia mendapat prioritas pertama di antara negara-negara di Asia Tenggara yang mendapat vaksin tersebut. 

“Untuk itu WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memberikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia,” katanya.

Menurut anggota Persatuan Ahli Epidemologi Indonesia itu, pemerintah sangat proaktif. Presiden Joko Widodo meminta semua menteri bekerja keras mendapatkan vaksin dari beragam produsen dan kelembagaan. 

“Tak cuma Menteri Kesehatan, tetapi juga menteri-menteri yang lain seperti Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan,” jelas Jane.

Indonesia pantas bersyukur, karena fasilitas COVAX melalui WHO dan UNICEF biasanya diprioritaskan untuk negara-negara miskin, seperti negara-negara Afrika. Sepengetahuannya, baru Afrika Selatan yang sudah mendapatkannya. Sebagian akan mendapatkannya pada Semester II tahun ini. 

“Nah Indonesia sudah dapat lebih dahulu sejak Januari lalu,” tutur Jane.

Baca juga : Survei : Masih ada Keraguan Kaum Muda untuk Vaksinasi Covid-19

Di sisi lain, Jane menyebutkan, Indonesia juga punya fasilitas pengolahan bahan baku vaksin yang dimiliki PT Bio Farma. Sehingga, biaya pembelian vaksin bisa ditekan. 

“Kalau beli vaksin jadi, volumenya lebih besar dan harganya jadi lebih mahal, Sedangkan bila membeli dalam bulk (bahan baku), Bio Farma bisa mengolahnya untuk dibuat vaksin jadi. Satu botol bulk bisa digunakan untuk membuat 8-10 dosis vaksin," imbuhnya.

Sampai sekarang Indonesia sudah mendapat sekitar 4,1 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi. Yaitu: 3 juta dosis dari Sinovac Biotech, Cina. Sisanya dari AstraZeneca. Selain bentuk jadi, Sinovac juga sudah mengirimkan 35 juta dosis dalam bentuk bahan baku (bulk). 

Menurut Bambang Heriyanto, Jurubicara PT Bio Farma, total bulk vaksin yang akan diterima dari Sinovac sebanyak 140 juta dosis, yang akan diterima secara bertahap hingga Juli 2021 mendatang. Ia menegaskan, fasilitas Bio Farma bisa menampung keseluruhan vaksin Covid-19 yang dibutuhkan oleh Indonesia. 

“Vaksin yang datang tidak selamanya disimpan terus di gudang penyimpanan, tapi tentu akan didistribusikan untuk segera digunakan mengejar program vaksinasi dan mencapai herd immunity,” kata Bambang.

Ke depan pemerintah sudah mendapat komitmen dari  sejumlah perusahaan farmasi lain, baik langsung maupun melalui lembaga lain. Dari Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) misalnya, pemerintah mendapat komitmen 100 juta dosis. Lantas Novavax dari AS, berkomitmen mengirimkan 50 juta dosis. Itu di luar vaksin bikinan Moderna dan Sinopharm yang disalurkan lewat program vaksin gotong royong (mandiri). 

Menurut data dari laman covid19.go.id, dari target sebanyak itu, sasaran vaksinasi tahap pertama dan kedua berjumlah 40.349.051 orang (per 11 Maret 2021). Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.696.059 orang sudah divaksin dosis pertama, sedangkan yang sudah menjalani penyuntikan dosis kedua sebanyak 1.295.615 orang. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik